Bekerja di Politik Syar’iyah, Bagaimana Hukumnya ?



العمل في السياسة الشرعية

Bekerja di Bidang Politik Syar’iyah, Bagaimana Hukumnya ?

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel “Bekerja di Politik Syar’iyah, Bagaimana Hukumnya ?” masuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah

السؤال

ما حكم العمل في مجال من مجالات السياسة؟

Pertanyaan

Apa hukum bekerja di salah satu bidang politik?

الإجابــة

Jawaban

خلاصة الفتوى:

Ringkasan fatwa :

العمل في السياسة الشرعية ليس بحرام؛ بل هو من فروض الكفاية التي يؤجر عليها من قام بها بصدق وإخلاص نية.

Bekerja di politik syar’iyah tidaklah haram; bahkan merupakan fardhu kifayah yang mendapat pahala bagi siapa saja yang melakukannya dengan niat yang jujur dan ikhlas.

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد :

فإن العمل في السياسة ليس بحرام ؛ بل هو من فروض الكفاية، وربما تعين على بعض الناس ممن يصلح له إذا لم يوجد من يقوم به ممن يصلح له،

Bekerja di bidang politik tidak haram; bahkan merupakan fardhu kifayah, dan mungkin menjadi wajib bagi sebagian orang yang mampu melakukannya jika tidak ada orang lain yang dapat melakukannya.

والسياسة الشرعية هي سياسة الناس بالدين وتدبير أمورهم التي لا تستقيم إلا عليه ولا تستقر أحوالهم إلا به، في أي مجال من مجالات الحياة ؛

As Siyaasah Asy Syar’iyah (Politik syar’iyah) adalah upaya mengatur masyarakat dengan aturan-aturan agama dan mengelola urusan-urusan  mereka, dimana urusan tersebut tidak akan berjalan dan tidak akan stabil kecuali dengan aturan agama. Hal ini mencakup  seluruh bidang kehidupan.

فقد نص أهل العلم على وجوب تنصيب إمام للمسلمين يسوسهم ويدبر شؤون حياتهم، وأن ذلك من أهم مصالح المسلمين وأعظم مقامات الدين ؛ جاء في الأحكام السلطانية للماوردي .. والْإِمَامَةُ مَوْضُوعَةٌ لِخِلَافَةِ النُّبُوَّةِ فِي حِرَاسَةِ الدِّينِ وَسِيَاسَةِ الدُّنْيَا، وَعَقْدُهَا لِمَنْ يَقُومُ بِهَا فِي الْأُمَّةِ وَاجِبٌ بِالْإِجْمَاعِ. انتهى

Para ulama telah menegaskan bahwa wajib adanya seorang Imam bagi umat Islam untuk mengatur mereka dan mengelola urusan hidup mereka. Hal tersebut merupakan salah satu dari kebutuhan umat Islam yang paling penting dan menempati posisi tertinggi dalam agama.

جاء في الأحكام السلطانية للماوردي

Dalam kitab “Al Ahkam As Sulthaniyyah” karya Al Mawardi disebutkan :

.. والْإِمَامَةُ مَوْضُوعَةٌ لِخِلَافَةِ النُّبُوَّةِ فِي حِرَاسَةِ الدِّينِ وَسِيَاسَةِ الدُّنْيَا، وَعَقْدُهَا لِمَنْ يَقُومُ بِهَا فِي الْأُمَّةِ وَاجِبٌ بِالْإِجْمَاعِ. انتهى

“Kepemimpinan itu diadakan untuk menggantikan kenabian dalam penjagaan agama dan pengaturan dunia. Mengangkat pemimpin bagi yang mampu melakukannya di antara umat ini adalah wajib menurut ijma’.”

 — Selesai kutipan dari al Ahkam as Sulthaniyyah —

وقال سيدي عبدالله الشنقيطي في المراقي وهو يعدد فروض الكفاية:

Sidi Abdullah Asy Syanqithi dalam kitab “Al Muraqi” saat menyebutkan fardu kifayah menyatakan:

فروضه القضا كنهي أمر * رد السلام وجهاد الكفر

إمامة منه…

“Fardhu kifayahnya seperti menegakkan hukum, melarang kemungkaran, membalas salam, dan berjihad melawan kekufuran, Kepemimpinan juga termasuk dalam hal ini…”

ولذلك ؛ فإن العمل في السياسة يؤجر صاحبه إذا أخلص النية وقصد بعمله التقرب إلى الله تعالى والقيام بهذا الواجب العظيم الذي ذهب بعض أهل العلم إلى أنه أفضل من فرض العين، وقال أيضا في المراقي:

Oleh karena itu, bekerja dalam politik syar’iyah akan mendapatkan pahala bagi siapa saja yang ikhlas dalam niatnya dan berniat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala serta konsisten dalam menjalankan kewajiban besar ini. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa ini lebih utama dari fardhu ‘ain. Syaikh Abdullah asy Syanqithi juga mengatakan dalam “Al Muraqi”:

وهو مفضل على ذي العين في زعم الأستاذ مع الجويني

“Dan hal tersebut lebih utama daripada fardhu ‘ain menurut pendapat Abu Ishaq Al Isfarayini dan Al Juwaini.”

ومع الأسف فقد شوهت هذه الفريضة العظيمة حتى أصبح كثير من أهل الدين والاستقامة يفر منها، ويظن العامة أن الاشتغال بها لا يجوز، وأنها مرادفة للنفاق والخداع والغش والمكر، أَحَدًا.

Namun sayangnya, kewajiban yang agung ini telah terdistorsi sehingga banyak orang yang beragama dan istiqamah menjauh darinya, dan masyarakat awam menganggap bahwa terlibat dalam politik tidak diperbolehkan, serta menganggapnya identik dengan kemunafikan, penipuan, kecurangan, dan tipu muslihat.

وكل ذلك ناشئ عن جهل بحقيقة هذا الدين العظيم وعن تلبيس ممن تشربوا بثقافة مبنية على التفرقة بين الدين والسياسة وتقول: دع ما لقيصر لقيصر، وما لله لله، وما دروا أن الجميع لله كما قال- سبحانه وتعالى:

Semua ini muncul dari ketidaktahuan tentang hakikat agama yang agung ini dan dari kekeliruan mereka yang telah terpengaruh oleh budaya yang memisahkan antara agama dan politik. Orang-orang sekular ini mengatakan, “Berikan kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.” Mereka tidak tahu bahwa semuanya milik Allah, sebagaimana Firman Allah Ta’ala :

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ.

“Ketahuilah bahwa penciptaan dan urusan itu milik-Nya.”

وقال تعالى: إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ.

Dan Firman-Nya, “Hukum itu hanyalah milik Allah.”

وقال تعالى: وَلَا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ

Dan Firman-Nya, “Dia tidak membiarkan siapapun ikut serta dalam Hukum-Nya.”

فدين الله شامل لجميع مجالات الحياة السياسية والاقتصادية والاجتماعية، وكل من عمل بإخلاص وصدق نية فهو مأجور إن شاء الله تعالى.

Agama Allah (Islam) mencakup semua bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun sosial. Siapa saja yang bekerja dengan ikhlas dan niat yang tulus, insya Allah akan mendapatkan pahala.

والله أعلم.

Sumber Utama : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.