Orientalisme dalam Pandangan Edward Said (Bagian 2)
Penulis : Abdul Qadir at Tharnishi
Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Orientalisme dalam Pandangan Edward Said ini masuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah dan Orientalisme
Seluruh Artikel Orientalisme dalam Pandangan Edward Said dapat dibaca pada link ini |
فهذا التوجه لم يولد من فراغ لان المثقف الغربي دائما يبني دراساته على تساؤلات تجعله يبحث عن حلول لمعالجتها وهذا هو سر تفوقهم بحيث ان السؤال الذي حير بعض المستشرقين هو: ما سر جاذبية الإسلام وسرعة انتشاره ؟
Pendekatan yang dilakukan oleh para orientalis tersebut ini tidak muncul begitu saja tanpa niat tertentu. Para intelektual Barat selalu membangun studi mereka berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong mereka mencari solusi untuk mengatasinya, dan inilah rahasia keunggulan mereka. Pertanyaan yang membingungkan beberapa orientalis adalah: Apa rahasia daya tarik Islam dan kecepatan penyebarannya ?
فهذا ليون فانتاني مثلا يؤلف كتابا عنونه ب “المصيبة الإسلامية” يتساءل فيه عن سر دخول الشعوب النصرانية الى الإسلام وذاك مكسيم رودنسون يؤلف كتابا اخر عنونه ب “جاذبية الإسلام”. هذه الطائفة من المستشرقين كان هدفهم ولا يزال هو: اعتبار الإسلام دين يجب محاربته لأنه يشكل عقبة أمام انتشار حضارتهم.
Misalnya, Leon Vintani menulis sebuah buku berjudul ‘Bencana Islam,’ di mana ia bertanya tentang rahasia pindahnya bangsa-bangsa Nasrani masuk ke dalam Islam, sementara Maxime Rodinson menulis buku lain berjudul ‘Daya Tarik Islam.’ Kelompok orientalis ini memiliki tujuan — dan masih memiliki tujuan yang sama hingga kini — yaitu memandang Islam sebagai agama yang harus diperangi karena dianggap sebagai penghalang bagi penyebaran peradaban mereka.
كان أول مدخل دخل منه المستشرقون إلى التراث الإسلامي والى القران بصفة خاصة هو المعجم
Pintu masuk pertama yang digunakan oleh para orientalis untuk masuk ke dalam warisan Islam, khususnya masuk ke dalam Al Quran adalah melalui kamus.
فقدد كان هو رفيقهم في رحلة البحث في التراث ومنهم من فسر القران انطلاقا من معجم بسيط كان يملكه أمثال ” رودي بارت”
Kamus telah menjadi teman mereka sepanjang perjalanan penelitian warisan Islam. Bahkan beberapa di antara para orientalis menafsirkan Al Quran berdasarkan kamus sederhana yang mereka miliki, salah satunya adalah ‘Rudy Bart’.
وقد ذهب الأمر ببعض المستشرقين أمثال casanova الى الاعتقاد بأن الرسول صلى الله عليه وسلم لم يقم بعملية جمع القران قيد حياته لأنه كان يتوقع قرب نهاية العالم نظرا لوجود هذه الاية: (اقتربت الساعة وانشق القمر).
Beberapa orientalis, seperti Casanova, bahkan sampai pada keyakinan bahwa Nabi Muhammad ﷺ tidak melakukan proses pengumpulan Al Quran semasa hidupnya karena beliau mengharapkan kiamat akan segera tiba. Hal itu didasarkannya pada ayat: (Telah dekat saatnya dan bulan telah terbelah).
هذا التفسير الضيق لبعض الأمور جعل بعض المستشرقين يتهمون من طرف المفكرين الإسلاميين بالافتراء والأوهام الواهية وبالتالي يشك في حسن نيتهم وبراءتهم العلمية.
Penafsiran sempit terhadap beberapa hal ini membuat sebagian orientalis dituduh oleh para pemikir Islam sebagai pendusta dan memiliki ilusi yang tidak berdasar, sehingga kaum muslimin mulai meragukan niat baik dan ketulusan ilmiah para orientalis tersebut.
ومن الأوهام التي وقع فيها بعض المستشرقون أيضا هي: ادعى برودلي ان زيد عندما كلف من طرف ابي بكر الصديق بجمع القران في مصحف واحد كان يخرج الرقاع من الصندوق كيفما اتفق، ثم يكتب الوحي دون النظر الى الترتيب الزمني،
Di antara kesalahpahaman yang dilakukan oleh beberapa orientalis lainnya adalah klaim Brodley bahwa ketika Zaid bin Tsabit ditugaskan oleh Abu Bakar untuk mengumpulkan Al Quran dalam satu mushaf, ia mengeluarkan lembaran-lembaran dari kotak dengan serampangan dan menulis wahyu tanpa memperhatikan urutan kronologis.
وقد رد الاستاذ محمد خروبات على هذا المستشرق بقوله ” إن ما يسترعي الانتباه هو غياب طرق البحث العلمي وقواعد المتابعة الدقيقة، إن الصندوق الذي كتب له أن يحضر هنا هو صندوق بودلي صندوق الإنشاء والكتابة التي يدخل فيها الوصف الاعتباطي مع الخيال غير المطابق للواقع”.
Profesor Muhammad Khurubat kemudian membantah klaim orientalis tersebut dengan mengatakan, ‘Yang perlu diperhatikan adalah kurangnya metode penelitian ilmiah dan aturan pemantauan yang teliti. Kotak yang disebutkan di sini adalah kotak Brodley itu sendiri, yaitu kotak yang dia gunakan untuk penulisan dan pembuatan kesimpulan yang melibatkan deskripsi yang berantakan dan imajinasi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
نعم في بعض الأحيان قد يقع الباحث الغربي المهتم بالمجال الإسلامي في بعض الأخطاء قد يعود مرجعها الى عدم فهم مفهوم السند
Ya, para peneliti Barat yang tertarik dengan penelitian tentang Islam seringkali membuat beberapa kesalahan yang mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka tentang konsep sanad.
فعلم الحديث مثلا قد حصنه علماء الحديث بالسند والضبط والعدالة وعلم الجرح والتعديل ولولا هذه العلوم لكثر القيل والقال في هذا الباب وقد صدق ابن المبارك حين قال: “لولا الإسناد لقال من شاء ما شاء”
Misalnya, dalam ilmu hadits, para ulama telah melakukan penjagaan hadits dengan sanad, dhabth, ‘adl, dan ilmu jarh wa ta’dil. Tanpa ilmu-ilmu ini, akan banyak spekulasi dalam masalah ini. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh Ibnu Mubarak : ‘Seandainya tidak ada sanad, maka setiap orang akan mengatakan apa saja.’
والمستشرقون لما وجدوا الحديث قد جمع في مجاميع ومسانيد ووجدوا القران قد جمع بين دفتي المصحف مالوا إلى التاريخ وفي التاريخ تكثر التفاصيل،
Para orientalis, ketika mendapati bahwa hadits telah dikumpulkan dalam jami’ dan musnad, begitu pula Al Quran telah dikumpulkan dalam mushaf, mereka kemudian mengalihkan perhatian mereka ke catatan sejarah, yang penuh dengan rincian-rincian kejadian.
والأمثلة على ذلك كثيرة، فمثلا لما وجدوا ان السيرة النبوية لم تعطي الاهتمام الكبير لفترة ما قبل بعثة النبي صلى الله عليه وسلم استغلوا هذا الفراغ لزيادة بعض الأحداث الغير الصحيحة بالمرة كقول بعضهم أن النبي محمد استمد تعاليم الدين الإسلامي من اليهودية عندما كان يقبل على راهب يهودي قبل البعثة!
Banyak contoh yang bisa kita dapati terkait hal tersebut. Misalnya ketika mereka menemukan bahwa sirah nabawiyah tidak memberikan perhatian besar pada periode sebelum kenabian, mereka memanfaatkan kekosongan ini untuk menambahkan beberapa peristiwa yang tidak benar sama sekali, seperti klaim beberapa orang bahwa Nabi Muhammad memperoleh ajaran Islam dari Yahudi ketika ia mengunjungi seorang rahib Yahudi sebelum kenabian !
ما ذكره ادوارد سعيد تبدى واضحا في كتاب ” تاريخ القران” لنولدكه، حيث لم تكن اللغة المستعملة في المعالجة مستقلة عن الميولات والمصالح والأهواء والأحقاد بل سخرت لخدمة مصالح الاستشراق وأهدافه ومن هذه الاهداف: نسف نولدكه لربانية القران وقدسيته وارجاعها الى الطبيعة البشرية.
Apa yang dipaparkan oleh Edward Said ini terlihat jelas misalnya dalam buku ‘Sejarah Al-Qur’an’ oleh Noldeke” Dalam buku tersebut, bahasa yang digunakan dalam pembahasannya tidak terlepas dari kecenderungan, kepentingan, dan kebencian pribadi. Bahasa tersebut digunakan untuk melayani kepentingan dan tujuan orientalisme. Salah satu tujuan tersebut adalah meruntuhkan keyakinan tentang keilahian dan kesucian Al Qu’an, dan menuduhnya sebagai buatan manusia.
من جهة أخرى يظن البعض أن محاولات المستشرقين ترجمة القران هي بهدف علمي نبيل ولكن إذا نظرنا الى المنسوبين على هذا التوجه سنلحظ أن هدفهم هو مزاحمة أي ترجمة حقيقية للقران الكريم بترجمة تلحق بمعاني القران الكريم تحريفا،
Di sisi lain, beberapa orang beranggapan bahwa upaya para orientalis dalam menerjemahkan Al Quran adalah untuk tujuan ilmiah yang mulia. Namun, jika kita melihat para pelaku yang melakukan pendekatan tersebut, kita akan menyadari bahwa tujuan mereka adalah untuk mengalahkan terjemahan Al Quran yang benar dengan terjemahan yang memutarbalikkan makna Al Quran.
وتجعل كل من قرأ الترجمة المحرفة يعتقد أن ما فيها هو ما في قران المسلمين،
Mereka ingin agar setiap orang yang membaca terjemahan yang dipalsukan tersebut percaya bahwa apa yang mereka baca adalah isi dari Al-Quran umat Muslim.
والأمثلة الشاهدة على ذلك كثيرة جدا فهذا بلاشير مثلا بين في مقدمة كتابه عن القران الكريم كيف ان ترجمته كانت بدافع الحقد الصليبي المعادي للإسلام وليست لهدف علمي كما يدعي البعض.
Contoh yang menunjukkan hal ini sangat banyak. Misalnya, dalam pengantar bukunya tentang Al Quran, kita melihat bagaimana Blachère memanipulasi terjemahan al Quran dengan motif kebencian Kristen yang anti-Islam dan bukan untuk tujuan ilmiah seperti yang diklaim oleh beberapa orang.
وهذا جلادستون في تصريح مثير اما مجلس اللوردات البريطاني حيث امسك المصحف بيده وقال: “ما دام هذا الكتاب على الأرض، فلا سبيل لنا الى إخضاع المسلمين”.
Kemudian ada pula Gladstone yang memberikan pernyataan mencolok di depan Dewan Bangsawan Inggris, sambil memegang mushaf Al Quran di tangannya. Dia berkata: ‘Selama buku ini ada di bumi, tidak ada cara bagi kita untuk menundukkan umat Muslim.
وهذا ما قصده ادوارد سعيد بقوله أن الاستشراق سياسة، و معرفة لها منهج معين لا مكان فيه للعمل الفردي انه عمل جماعي شارك فيها كل مكونات المجتمع الغربي: المفكر والمثقف باسم المناهج العلمية، الراهب والقسيس ورجل الدين والسياسي المحنك.
Inilah yang dimaksud oleh Edward Said dengan mengatakan bahwa orientalisme sesungguhnya adalah sebuah gerakan politik dan pengetahuan yang memiliki metode tertentu, yang tidak memberikan tempat untuk kerja individu. Orientalisme adalah kerja kolektif yang melibatkan semua komponen masyarakat Barat: para pemikir dan intelektual dengan nama metode ilmiah, rahib, pendeta, tokoh agama, dan politisi berpengalaman.
وفي الختام هل يمكن اعتبار الاستشراق حملة صليبية جديدة أو دعوة بابوية تحاول طمس معالم العقيدة الإسلامية؟ أم هي ردة فعل تلتجئ الى القوة لرد الإعتبار لنفسها؟ إنها تعود الى الماضي التاريخي لتؤكد استمرار الأحداث.
Sebagai penutup, dapatkah orientalisme dianggap sebagai kampanye salibis baru atau ajakan kepausan yang mencoba menghapus jejak ajaran Islam ? Atau apakah ia adalah reaksi yang menggunakan kekuatan untuk membela diri dari anggapan ancaman Islam ? Maka untuk menyimpukan hal tersebut kita mestilah merujuk ke sejarah masa lalu untuk dapat menyimpulkan kaitannya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi setelahnya.
Sumber Utama : aljazeera
Leave a Reply