Lafazh “al Khayr” di al Quran (Bagian 2)
Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Lafazh “Al Khayr” di al Quran ini masuk dalam Kategori Tadabbur al Quran
Seluruh Rangkaian Artikel Lafazh al Khayr di Al Quran dapat dibaca di link berikut ini |
الثالث: القوة، كقوله سبحانه في حق مشركي العرب:
Ketiga dalam makna al Quwwah (Kekuatan), seperti pada Firman Allah Ta’ala mengenai kaum musyrik Arab :
أَهُمْ خَيْرٌ أَمْ قَوْمُ تُبَّعٍ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ (الدخان:٣٧)،
Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba’ dan orang-orang yang sebelum mereka. (Surah Ad Dukhan ayat 37).
قال البغوي : يعني: أقوى، وأشد، وأكثر من قوم تُبَّع،
Al Baghawi mengatakan khairun dalam ayat tersebut : ‘Artinya lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih banyak daripada kaum Tubba’.’
وقال ابن عاشور: “المراد بالخيرية: التفضيل في القوة والمَنَعَة”.
Ibnu ‘Asyur mengatakan: Yang dimaksud dengan al khairiyah di sini adalah keunggulan dalam kekuatan dan pertahanan.
وعلى هذا المعنى قوله تعالى:
Dengan makna ini dapat ditafsirkan Firman Allah Ta’ala :
أَكُفَّارُكُمْ خَيْرٌ مِّنْ أُولَٰئِكُمْ أَمْ لَكُم بَرَاءَةٌ فِي الزُّبُرِ (القمر:٤٣)
Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu (Surah Al Qamar ayat 43).
الرابع: العبادة والطاعة، كقوله سبحانه:
Keempat bermakna al Ibaadah wath Tha’aah (Ibadah dan ketaatan), seperti pada Firman Allah Ta’ala :
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ (الأنبياء:٧٣)،
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, (Surah Al Anbiya ayat 73).
قال القرطبي: “أي: أن يفعلوا الطاعات”.
Al Qurthubi mengatakan : Arti al khairaat dalam ayat ini adalah “melakukan ketaatan.”
الخامس: حُسْن الحالة، كقوله تعالى حاكياً قصة شعيب عليه السلام مع قومه:
Kelima dalam makna Husnul Haalah (Kebaikan keadaan), seperti dalam Firman Allah dalam kisah Nabi Syu’aib ‘alaihis salam dengan kaumnya :
وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ وَلَا تَنقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ۚ إِنِّي أَرَاكُم بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُّحِيطٍ (هود:٨٤)،
Sesungguhnya aku melihat kalian dalam keadaan yang baik (Surah Hud ayat 84).
قال الطبري: “يدخل في خير الدنيا: المال، وزينة الحياة الدنيا، ورخص السعر، ولا دلالة على أنه عنى بقيله ذلك بعض خيرات الدنيا دون بعض، فذلك على كل معاني خيرات الدنيا”،
Ath Thabari mengatakan : makna bi khairin dalam ayat tersebut adalah : Kebaikan dunia mencakup harta, perhiasan kehidupan dunia, dan murahnya harga barang. Tidak ada indikasi bahwa yang dimaksud hanya sebagian dari kebaikan dunia, melainkan mencakup seluruh kebaikan dunia.’
وقال ابن عاشور: “الخير: حسن الحالة”.
Ibnu ‘Asyur mengatakan : Kebaikan dalam ayat ini berarti keadaan yang baik.
السادس: التفضيل، من ذلك قوله تعالى:
Keenam : Dapat bermakna at Tafdhiil (Keunggulan/Keutamaan), Seperti pada Firman Allah Ta’ala :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (البينة : ٧)،
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (Al-Bayyinah:7),
أي: المؤمنون بالله حق الإيمان أفضل الخلق أجمعين.
yang berarti orang-orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang sejati adalah makhluk terbaik dari seluruh ciptaan
السابع: القرآن، وذلك في قوله تعالى:
Ketujuh : dapat menunjukkan makna : Al Quran, sebagaimana Firman Allah Ta’ala :
وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنزَلَ رَبُّكُمْ ۚ قَالُوا خَيْرًا ۗ (النحل: ٣٠)،
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) al khayr. (Surah An Nahl ayat 30).
قال القرطبي: “المراد: القرآن”.
Al Qurthubi mengatakan : Yang dimaksud dengan al khayr dalam ayat ini adalah Al Quran
وعلى ضوء هذه المعاني للفظ (الخير)، نسلط الضوء على بعض الآيات التي هي على صلة وثيقة بهذا اللفظ، لننظر ماذا تفيد من معنى.
Berdasarkan makna-makna kata (kebaikan) ini, kita akan menyoroti beberapa ayat yang memiliki kaitan erat dengan kata tersebut untuk melihat apa maknanya
فقوله تعالى: قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ (الأعراف : ١٨٨)
Firman Allah : Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku memiliki banyak al khayr (Surah Al A’raf ayat 188).
المراد بـ (الخير) في هذه الآية الكريمة: المال – على ما رجحه الشنقيطي وغيره – ويدل على ذلك كثرة ورود الخير بمعنى (المال) في القران، كقوله تعالى:
Yang dimaksud dengan al khayr dalam ayat yang mulia ini adalah harta, sebagaimana yang dikuatkan oleh Asy Syinqithi dan lainnya. Hal ini juga didukung oleh banyaknya penggunaan kata al khayr dengan makna harta dalam Al-Qur’an, seperti pada Firman Allah Ta’ala :
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (العاديات:٨)
dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. (Surah Al ‘Adiyat ayat 8).
وقد روي عن ابن عباس رضي الله عنهما، في معنى الآية، قال: (لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ)، أي: من المال.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa makna ayat ini adalah: {Aku akan memperbanyak kebaikan}, yakni harta.
وقوله سبحانه:
Kemudian Firman Allah Ta’ala :
لَّا يَسْأَمُ الْإِنسَانُ مِن دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِن مَّسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ (فصلت : ٤٩)
Manusia tidak jemu memohon al khayr, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (Surah Fushshilat ayat 49).
قال الطبري: “الخير في هذا الموضع: المال وصحة الجسم”، وقال القرطبي: “والخير هنا: المال، والصحة، والسلطان، والعز”، ويقوي هذا المعنى قراءة ابن مسعود رضي الله عنه لهذه الآية:
Ath Thabari mengatakan makna al Khayr dalam ayat ini adalah harta dan kesehatan tubuh. Al Qurthubi mengatakan : al Khayr dalam ayat ini berarti harta, kesehatan, kekuasaan, dan kemuliaan.’ Makna ini juga dikuatkan oleh bacaan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu untuk ayat ini :
لا يسأم الإنسان من دعاء المال
Manusia tidak bosan berdoa untuk harta
وقوله تعالى:
Kemudian Firman Allah Ta’ala :
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُم مِّن شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ (الحج : ٣٦)
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, (Surah Al Hajj ayat 36).
قال الطبري: {لكم فيها خير}: الأجر في الآخرة بنحرها والصدقة بها، وفي الدنيا: الركوب إذا احتاج إلى ركوبها. ونحو هذا قال البغوي.
Ath Thabari mengatakan makna : lakum fiiha khayrun : yaitu pahala di akhirat karena menyembelihnya dan bersedekah dengannya, serta manfaat di dunia seperti menungganginya jika diperlukan. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Al Baghawi.
وقوله سبحانه:
Kemudian Firman Allah Ta’ala :
فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ (الأحزاب : ١٩)
dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan(Surah Al Ahzab ayat 19)
قال بعض المفسرين: الخير هنا: الغنيمة التي يصيبها المسلمون في المعركة. وقال آخرون: الخير هنا: المال المنفق في سبيل الله. وقال فريق ثالث: الخير هنا: المودة بالمسلمين، والشفقة عليهم.
Beberapa mufasir mengatakan bahwa makna al khayr dalam ayat ini adalah rampasan perang yang didapatkan kaum Muslimin dalam pertempuran. Sementara yang lain mengatakan bahwa al khayr di sini adalah harta yang digunakan di jalan Allah. Kelompok ketiga berpendapat bahwa makna al khayr di sini adalah kasih sayang terhadap kaum Muslimin dan perhatian kepada mereka.
ويكون معنى الآية عموماً: أن المنافقين لا يروق لهم أن تكون الغنائم للمسلمين، بل يريدونها خاصة لهم من دون المؤمنين. وأيضاً، فإن المنافقين يقبضون أيديهم عن الإنفاق في سبيل الله، حرصاً على ما في أيديهم من المال. وهم فوق هذا وذاك لا يوادون المسلمين، ولا يشفقون بهم حال اشتداد القتال.
Secara umum, makna ayat tersebut adalah : bahwa orang-orang munafik tidak senang jika rampasan perang menjadi milik kaum Muslimin, tetapi mereka ingin agar itu hanya untuk mereka sendiri tanpa membaginya dengan orang-orang beriman. Selain itu, orang-orang munafik enggan mengeluarkan harta di jalan Allah karena terlalu menjaga apa yang mereka miliki. Lebih dari itu, mereka tidak memiliki rasa kasih sayang terhadap kaum Muslimin, bahkan ketika pertempuran sedang berlangsung sengit
وقريب من هذه الآية قوله تعالى:
Ayat yang hampir serupa dengan ini adalah Firman Allah Ta’ala :
مَّا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْكُم مِّنْ خَيْرٍ مِّن رَّبِّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (البقرة : ١٠٥)
Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Surah Al Baqarah ayat 105).
فالمراد بـ (الخير) هنا: شرعة الإسلام، قال ابن كثير: “ينبه تعالى على ما أنعم به على المؤمنين من الشرع التام الكامل، الذي شرعه لنبيهم محمد صلى الله عليه وسلم”.
Yang dimaksud dengan al khayr dalam ayat ini adalah syariat Islam. Ibnu Katsir mengatakan : ‘Allah menegaskan nikmat-Nya kepada kaum mukminin berupa syariat yang sempurna dan lengkap yang Dia turunkan kepada Nabi mereka, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.
وقوله تعالى:
Lalu Firman Allah Ta’ala :
فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّىٰ تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ (ص : ٣٢)
maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. (Surah Shad ayat 32).
قال ابن العربي: “يعني: الخيل، وسماها (خيراً)؛ لأنها من جملة المال الذي هو خير بتسمية الشارع له بذلك”. وفي قراءة ابن مسعود رضي الله عنه:
Ibnu Al Arabi mengatakan : Yang dimaksud dengan al khayr dalam ayat ini adalah kuda, dan Allah menyebutnya al khayr karena ia termasuk bagian dari harta yang disebut oleh syariat sebagai kebaikan. Dalam bacaan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ayat ini dibaca:
(إني أحببت حب الخيل).
Sesungguhnya aku sangat mencintai kecintaan kepada kuda
وقوله تعالى:
Lalu Firman Allah Ta’ala :
فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (الرحمن : ٧٠)
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. (Surah Ar Rahman ayat 70).
فـ (الخيرات) في الآية: حور العين، وصفن بذلك: إما لأنهن خيِّرات الأخلاق. وإما لأنهن مختارات، اختارهن الله، فأبدع خلقهن باختياره.
Yang dimaksud dengan al khayraat dalam ayat ini adalah para bidadari, yang digambarkan demikian karena mereka berakhlak baik, atau karena mereka dipilih oleh Allah Ta’ala dan Dia menciptakan mereka dengan seindah-indahnya ciptaan.
ختاماً، فإن لفظ (الخير) كغيره من ألفاظ القرآن، لا يُفهم المراد منه تماماً إلا من خلال معرفة السياق الذي ورد فيه، فعلى الرغم من أنه قد ورد في كثير من الآيات القرآنية بمعنى (المال)، إلا أنه قد ورد في آيات غير قليلة على غير هذا المعنى، مما يحتم ضرورة معرفة السياق الذي ورد فيه هذا اللفظ أو ذاك.
Sebagai penutup, lafazh al Khayr seperti kata-kata lainnya dalam Al-Qur’an, tidak bisa dipahami maknanya secara sempurna kecuali dengan mengetahui konteks di mana kata itu digunakan. Meskipun dalam banyak ayat Al Quran, kata ini bermakna harta, namun dalam beberapa ayat lain, kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks di mana kata tersebut muncul.
والله اعلم
—- Selesai Rangkaian 2 Artikel tentang Lafazh al Khayr di al Quran, Alhamdulillah —
Sumber Utama : IslamWeb
Leave a Reply