Makna Mandi Wajib, Hukum dan Dalilnya | Fiqh Muyassar 046



Serial Fiqh Muyassar

الباب السابع: في الغسل، وفيه مسائل

Bab Ketujuh: Tentang Mandi Wajib, dan Berbagai Masalahnya

المسألة الأولى: معنى الغسل، وحكمه، ودليله

Makna Mandi Wajib, Hukum dan Dalilnya

Artikel Makna Mandi Wajib, Hukum dan Dalilnya ini Bagian dari Serial Fiqh Muyassar

١ – معناه :

Pengertiannya :

الغُسل لغة: مصدر من غسل الشيء يَغسله غَسْلاً وغُسْلاً، وهو تمام غسل الجسد كله.

Makna Secara bahasa: Kata “ghusl” (mandi) berasal dari kata “ghasala” yang berarti mencuci sesuatu. Secara bahasa, ghusl artinya mencuci seluruh tubuh.

ومعناه شرعاً: تعميم البدن بالماء. أو: استعمال ماء طهور في جميع البدن، على صفة مخصوصة، على وجه التعبد لله سبحانه.

Makna Secara syariat: Mandi wajib berarti membasahi seluruh tubuh dengan air, atau menggunakan air suci pada seluruh tubuh dengan cara tertentu sebagai bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

٢ – حكمه :

Hukumnya :

والغسل واجب إذا وجد سبب لوجوبه. لقوله تعالى: 

Mandi wajib menjadi kewajiban ketika terdapat sebab yang mewajibkannya. Hal ini didasarkan pada Firman Allah Ta’ala :

وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا (المائدة: ٦)

“Dan jika kamu junub, maka bersucilah” (Surah Al Maidah ayat 6)

والأحاديث التي ورد فيها كيفية الغسل عن عدد من الصحابة نقلاً عن رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – دالة على وجوبه.

Serta berbagai hadis yang menjelaskan cara mandi wajib dari sejumlah sahabat yang meriwayatkan dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menunjukkan hukum wajibnya.

وسيأتي طرف منها قريباً إن شاء الله.

Beberapa di antaranya akan dijelaskan lebih lanjut, insya Allah.

٣ – موجباته: ويجب الغسل للأسباب الآتية:

Sebab-sebab yang Mewajibkan Mandi Wajib :

١ – خروج المنيّ من مخرجه: ويشترط أن يكون دفقاً بلذة من ذكر أو أنثى، لقوله تعالى: 

Pertama : Keluarnya mani dari tempatnya: Diperlukan syarat bahwa keluarnya mani tersebut terjadi dengan dorongan syahwat, baik pada laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan Firman Allah :

وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا (المائدة: ٦)

“Dan jika kamu junub, maka bersucilah” (Surah Al Maidah ayat 6)

ولقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لعلي: 

serta sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam kepada Ali :

إذا فَضَخْتَ الماء فاغتسل

“Jika air mani memancar  1 (dengan syahwat), maka mandilah” 2

ما لم يكن نائماً ونحوه فلا تشترط اللذة؛ لأن النائم قد لا يحس به، ولقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لما سئل

Namun, jika terjadi dalam tidur atau kondisi serupa, syahwat tidak disyaratkan, karena orang yang tidur mungkin tidak merasakannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda ketika ditanya :

هل على المرأة غسل إذا احتلمت؟ قال: (نعم إذا رأت الماء). وهذا كله مجمع عليه.

“Apakah seorang wanita wajib mandi jika bermimpi basah?” Beliau menjawab: ‘Ya, jika ia melihat air mani’ (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Hal ini disepakati oleh para ulama.

٢ – تغييب حشفة الذكر كلها أو قدرها في الفرج، وإن لم يحصل إنزال بلا حائل: لقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: 

Masuknya seluruh kepala penis atau sebagian besar dari penis ke dalam kemaluan, meskipun tidak terjadi ejakulasi dan tanpa ada penghalang. Berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :

إذا جلس بين شعبها الأربع، ومس الختانُ الختانَ، وجب الغسل

“Jika seorang laki-laki duduk di antara empat anggota tubuh wanita, kemudian kedua khitan bertemu, maka wajib mandi” 

لكن لا يجب الغسل في هذه الحالة إلا على ابن عشر أو بنت تسع فما فوق.

Namun, mandi wajib dalam hal ini hanya diwajibkan bagi laki-laki yang berusia sepuluh tahun atau perempuan yang berusia sembilan tahun ke atas.

٣ – إسلام الكافر ولو مرتداً: 

Masuk Islamnya orang kafir, termasuk murtad:

لأن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أمر قيس بن عاصم حين أسلم أن يغتسل

Karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Qais bin ‘Ashim untuk mandi ketika ia masuk Islam 

٤ – انقطاع دم الحيض والنفاس: لحديث عائشة أن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قال لفاطمة بنت أبي حبيش:

Berhentinya darah haid dan nifas: Berdasarkan hadis dari Aisyah bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Fathimah binti Abi Hubaisy :

إذا أقبلت الحيضة فدعي الصلاة، وإذا أدبرت فاغتسلي وصَلِّي

“Jika haidmu datang, tinggalkanlah salat, dan jika sudah berhenti, mandilah dan salatlah” 

والنفاس كالحيض بالإجماع.

Nifas memiliki hukum yang sama seperti haid menurut kesepakatan ulama.

٥ – الموت: لقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – في حديث غسل ابنته زينب حين توفيت: 

Kematian: Berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tentang memandikan putrinya, Zainab, ketika wafat:

اغسلنها

“Mandikanlah dia”

وقال في المحرم:

Dan dalam hadis tentang orang yang meninggal dalam keadaan ihram :

اغسلوه بماء وسدر

“Mandikan dia dengan air dan daun bidara” 

. وذلك تعبداً؛ لأنه لو كان عن حدث لم يرتفع مع بقاء سببه

Hal ini dilakukan sebagai bentuk ibadah, karena jika mandi wajib disebabkan hadas, hadas tersebut tidak akan hilang selama sebabnya masih ada.

Catatan Kaki

  1. “Faḍkhul maa'”: artinya adalah memancarkan air, yang dimaksud di sini adalah mani.
  2. Hadits Riwayat Imam Abu Dawud Nomor 206


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.