Mengangkat Tangan Berdoa Saat Khutbah Jumat



Mengangkat Tangan Berdoa Saat Khutbah Jumat

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Mengangkat Tangan Berdoa Saat Khutbah Jumat ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan

إذا دعا الخطيب في الجمعة، فالمسنون أن لا يرفع يديه أثناء الدعاء, لكن بقية المسلمين، هل يسن لهم رفع أيديهم أثناء دعاء الخطيب؟ وهل إذا رفعوها يأثمون؟ وما آراء جميع الفقهاء في هذه المسألة؟.
وجزاكم الله خيراً.

Jika seorang khatib berdoa pada khutbah Jumat, sunnahnya adalah tidak mengangkat tangannya saat berdoa. Namun, bagaimana dengan jamaah? Apakah disunnahkan bagi mereka mengangkat tangan saat khatib berdoa? Dan jika mereka melakukannya, apakah mereka berdosa? Apa saja pandangan para ulama dalam masalah ini?

الإجابــة

Jawaban

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد:

فما ذكرته ـ من كون السنة للإمام أن لا يرفع يديه إذا دعا في خطبة الجمعة ـ هو الصحيح الراجح، وفي المسألة خلاف، ذهب ابن عقيل ـ من الحنابلة كما نقله عنه في الفروع، وبعض المالكية كما نقله عنهم القاضي وذكره النووي في شرح مسلم وهو قول بعض السلف ـ إلى مشروعية رفع اليدين واستدلوا على ذلك بالعمومات،

Apa yang Anda sebutkan—bahwa sunnahnya bagi imam adalah tidak mengangkat tangannya ketika berdoa dalam khutbah Jumat—merupakan pendapat yang lebih kuat. Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat. Ibn Aqil dari kalangan Hanbali, seperti yang dinukil dalam kitab Al-Furu‘, dan sebagian Malikiyah, sebagaimana dinukil oleh Al-Qadhi dan disebutkan oleh An-Nawawi dalam Syarh Muslim, yang juga merupakan pendapat sebagian salaf, berpendapat disyariatkan mengangkat tangan berdasarkan dalil-dalil umum.

والأصح عند الحنابلة وهو قول الشافعية والمالكية عدم استحباب الرفع، ولم نر من فرق في هذا بين الإمام والمأموم فاستحب الرفع للمأموم دون الإمام، بل ظاهر إطلاق من كره الرفع من الفقهاء أن ذلك يشمل الإمام والمأموم، 

Namun, pendapat yang lebih kuat dalam mazhab Hanbali, serta pendapat Syafi‘iyah dan Malikiyah, adalah tidak disunnahkan mengangkat tangan. Kami tidak menemukan ulama yang membedakan antara imam dan makmum dalam masalah ini, sehingga menganggap sunnah bagi makmum tetapi tidak bagi imam. Bahkan, dari pernyataan para ulama yang membenci pengangkatan tangan, tampak jelas bahwa larangan tersebut mencakup imam dan makmum.

قال في حاشية الروض: وأشار بأصبعه عند ذكر الله ودعائه وأمن الناس، ولا يستحب رفع اليدين في الخطبة، قال المجد: بدعة، وفاقا للمالكية والشافعية وغيرهم.

Dalam Hasyiyat Ar-Raud, disebutkan: “Dan ia mengisyaratkan dengan jarinya saat menyebut Allah dan berdoa, serta makmum mengaminkan, namun tidak disunnahkan mengangkat tangan dalam khutbah. Al Majd (Ibnu Taimiyah) berkata: Itu adalah bid‘ah, sesuai pendapat Malikiyah, Syafi‘iyah, dan lainnya.”

وقال الشيخ: الأصح أنه مكروه، وإنما كان صلى الله عليه وسلم يشير بأصبعه إذا دعا، ورأى عمارة بشر بن مروان رفع يديه في الخطبة فقال: قبح الله هاتين اليدين، لقد رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم ما يزيد على أن يقول بيده هكذا وأشار بأصبعه المسبحة. رواه مسلم وغيره. انتهى.

Syaikh juga mengatakan: “Pendapat yang lebih kuat adalah makruh, karena Nabi ﷺ hanya mengisyaratkan dengan jarinya saat berdoa.” Ketika melihat Amarah bin Ruwaibah mengangkat tangannya dalam khutbah, beliau berkata: “Semoga Allah memburukkan kedua tangan ini. Aku telah melihat Rasulullah ﷺ tidak lebih dari sekadar menunjuk dengan jari telunjuknya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.

وقال العيني في شرح أبي داود: والحديث أخرجه مسلم والترمذي والنسائي، وفيه: من السنة أن لا ترفع اليد في الخطبة، وهو قول مالك والشافعي وغيرهما.

Al-‘Aini dalam Syarh Abi Dawud menyebutkan: “Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i. Dalam hadis tersebut terdapat sunnah bahwa tidak mengangkat tangan dalam khutbah. Ini adalah pendapat Malik, Syafi‘i, dan lainnya.”

وحكى عن بعض المالكية وبعض السلف إباحته، لأن النبي صلى الله عليه وسلم رفع يديه في خطبة الجمعة حين استسقى، وأجاب الأولون بأن هذا الرفع كان لعارض. انتهى.

Sebagian Malikiyah dan sebagian salaf memperbolehkannya, karena Nabi ﷺ pernah mengangkat tangannya saat khutbah Jumat ketika berdoa meminta hujan (istisqa’). Namun, mereka yang melarang menjawab bahwa pengangkatan tangan tersebut hanya dilakukan karena ada sebab tertentu (istisqa’).

وممن صرح بأن حكم المأموم في عدم الرفع هو حكم الإمام العلامتان: ابن باز وابن عثيمين ـ رحمهما الله ـ سئل ابن باز ـ رحمه الله: فأجاب:

Dua ulama besar, Ibn Baz dan Ibn Utsaimin—rahimahumallah—menyatakan bahwa hukum bagi makmum dalam hal tidak mengangkat tangan sama dengan imam. Ibn Baz rahimahullah pernah ditanya, dan beliau menjawab:

رفع اليدين غير مشروع في خطبة الجمعة ولا في خطبة العيد ـ لا للإمام ولا للمأمومين ـ وإنما المشروع الإنصات للخطيب والتأمين على دعائه بينه وبين نفسه من دون رفع صوت، وأما رفع اليدين فلا يشرع، لأن النبي صلى الله عليه وسلم لم يكن يرفع يديه في خطبة الجمعة ولا في خطبة الأعياد ولما رأى بعض الصحابة بعض الأمراء يرفع يديه في خطبة الجمعة أنكر عليه ذلك، وقال: ما كان النبي صلى الله عليه وسلم يرفعهما، نعم إذا كان يستغيث في خطبة الجمعة للاستسقاء، فإنه يرفع يديه حال الاستغاثة، لأن النبي صلى الله عليه وسلم كان يرفع يديه في هذه الحالة، فإذا استسقى في خطبة الجمعة أو في خطبة العيد، فإنه يشرع له أن يرفع يديه تأسياً بالنبي صلى الله عليه وسلم. انتهى.

“Mengangkat tangan tidak disyariatkan dalam khutbah Jumat maupun khutbah Id, baik bagi imam maupun makmum. Yang disyariatkan adalah mendengarkan khutbah dan mengaminkan doa secara diam-diam tanpa mengangkat suara. Adapun mengangkat tangan, itu tidak disyariatkan, karena Nabi ﷺ tidak melakukannya dalam khutbah Jumat maupun khutbah Id. Ketika sebagian sahabat melihat seorang pemimpin mengangkat tangannya dalam khutbah Jumat, mereka mengingkarinya dan berkata: ‘Nabi ﷺ tidak mengangkat keduanya.’ Namun, jika berdoa meminta hujan (istisqa’) dalam khutbah Jumat, maka disyariatkan mengangkat tangan, karena Nabi ﷺ melakukannya dalam keadaan seperti itu. Jadi, jika khatib berdoa meminta hujan dalam khutbah Jumat atau khutbah Id, disyariatkan baginya untuk mengangkat tangan sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi ﷺ.”

وقال الشيخ العثيمين ـ رحمه الله: رفع اليدين عند الدعاء في الخطبة إنما يشرع في دعاء الاستسقاء فقط، لما جاء في حديث أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ فإذا دعا الإمام بالاستسقاء أي قال: اللهم اسقنا، اللهم أغثنا، فهنا ترفع الأيدي ـ يرفعها الخطيب والمستمعون كلهم ـ وفي غير ذلك لا رفع ـ لا للإمام ولا للمأمومين ـ ولهذا أنكر الصحابة ـ رضي الله عنهم ـ على بشر بن مروان حين رفع يديه بالدعاء في خطبة الجمعة، وإنما يشير الإمام إشارة فقط عند الدعاء إشارة إلى علو المدعو وهو الله تبارك وتعالى. انتهى.

Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Mengangkat tangan saat berdoa dalam khutbah hanya disyariatkan dalam doa istisqa’ saja, sebagaimana disebutkan dalam hadis Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Jika imam berdoa meminta hujan, seperti mengatakan ‘Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah, berikanlah pertolongan kepada kami,’ maka pada saat itu tangan diangkat, baik oleh khatib maupun oleh jamaah. Selain itu, tidak ada pengangkatan tangan—baik oleh imam maupun jamaah. Oleh karena itu, para sahabat radhiyallahu ‘anhum mengingkari Bisyr bin Marwan ketika dia mengangkat tangannya dalam khutbah Jumat. Imam hanya cukup mengisyaratkan dengan jarinya saat berdoa, sebagai isyarat kepada keagungan Allah Ta‘ala.”

وهذا القول ـ وهو عدم مشروعية رفع المأموم يديه في الدعاء في خطبة الجمعة ـ هو ما رجحناه، وذلك في

Pendapat ini—yakni tidak disyariatkannya makmum mengangkat tangan saat berdoa dalam khutbah Jumat—adalah yang kami anggap lebih kuat, sebagaimana telah dijelaskan dalam artikel lain berikut ini :

والله أعلم.

Sumber Utama : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.