حكم قراءة سورة الإخلاص بين ركعات التراويح
Hukum Membaca Surah Al Ikhlas di Antara Rakaat Tarawih
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Hukum Membaca Surah Al Ikhlas di Antara Rakaat Tarawih ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال:
Pertanyaan :
زعم بعض الناس أن قراءة: ﴿قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ﴾ ثلاث مرات في الاستراحة بين ركعات التراويح بدعة، فهل هذا الكلام صحيح؟
Sebagian orang mengklaim bahwa membaca Surah Al Ikhlas (Qul Huwa Allahu Ahad) sebanyak tiga kali pada jeda antara rakaat-rakaat Tarawih adalah bid‘ah. Apakah pernyataan ini benar ?
الجواب:
Jawaban
قراءةُ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ثلاث مرات، ونحو ذلك مِن الذِّكر أو الثناء أو الدعاء بين ركعات القيام هي أمورٌ مشروعةٌ لا حرج فيها، بل هي مُستَحَبَّةٌ يُثَابُ فاعِلُها، ويكون مُتَّبِعًا لِسُنَّة النبي صلى الله عليه وآله وسلم بفِعلِها،
Membaca Qul Huwa Allahu Ahad sebanyak tiga kali, atau melakukan dzikir, pujian, atau doa serupa di antara rakaat-rakaat shalat malam (qiyam) adalah perbuatan yang disyariatkan dan tidak ada larangan di dalamnya. Bahkan, hal tersebut adalah sunnah yang dianjurkan dan pelakunya akan mendapatkan pahala, serta dianggap mengikuti sunnah Nabi ﷺ.
وقد درج عليها المسلمون سلفًا وخلفًا عبر القرون من غير نكير، فإنكارُها ضربٌ من التنطّع الذي لا يحبه الله تعالى ولا رسوله صلى الله عليه وآله وسلم.
Praktik ini telah dilakukan oleh umat Islam, baik generasi awal maupun generasi kemudian, sepanjang masa tanpa ada pengingkaran. Mengingkarinya justru termasuk bagian dari sikap berlebihan (tanaththu‘) yang tidak disukai oleh Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya ﷺ.
التفاصيل
Rincian
جاء الشرع الشريف بالأمر بقراءة القرآن الكريم على جهة الإطلاق مِن غير تقييدٍ بوقتٍ دون وقتٍ أو حالٍ دون حالٍ، إلَّا ما استُثنِي مِن ذلك؛ كَحَالِ الجنابة مثلًا، وقد نبَّه النبيُّ صلى الله عليه وآله وسلم على عظيم فضل سورة الإخلاص واستحباب قراءتها ليلًا بقوله لأصحابه رضي الله عنهم:
Syariat Islam menganjurkan membaca Al Quran secara umum tanpa pembatasan waktu atau kondisi tertentu, kecuali beberapa keadaan yang dikecualikan, seperti dalam keadaan junub. Nabi ﷺ telah menjelaskan keutamaan besar Surah Al Ikhlas dan menganjurkan membacanya pada malam hari. Beliau bersabda kepada para sahabatnya :
«أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ؟
“Adakah salah seorang dari kalian yang tidak mampu membaca sepertiga Al Quran dalam semalam?”
قَالُوا: وَكَيْفَ يَقْرَأُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ؟
Para sahabat bertanya, “Bagaimana seseorang membaca sepertiga Al Quran?”
قَالَ: «قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
Beliau menjawab, “Qul Huwa Allahu Ahad sebanding dengan sepertiga Al Quran.”
رواه مسلمٌ عن أبي الدرداء، والبخاريُّ بنحوه عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنهما.
(Hadits Riwayat Imam Muslim dari Abu Darda’, dan Bukhari meriwayatkan dengan lafaz serupa dari Abu Sa‘id Al Khudri radhiyallahu ‘anhuma).
وعَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وآله وسلم بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ يَقْرَأُ لأَصْحَابِهِ فِي صَلَاتِهِ فَيَخْتِمُ بِـ﴿قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ﴾، فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وآله وسلم، فَقَالَ:
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, diceritakan bahwa Nabi ﷺ mengutus seorang laki-laki untuk memimpin sebuah ekspedisi. Dalam shalatnya, ia membaca Surah dan menutupnya dengan Surah Al Ikhlas. Ketika mereka kembali, para sahabat menceritakan hal tersebut kepada Nabi ﷺ. Beliau bersabda,
سَلُوهُ: لأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ؟» فسألوه، فَقَالَ: لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وآله وسلم: «أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللهَ يُحِبُّهُ (متفقٌ عليه)
“Tanyakan kepadanya, apa alasan ia melakukan itu?” Mereka bertanya kepadanya, dan ia menjawab, “Karena Surah ini menggambarkan sifat Allah Yang Maha Penyayang, dan aku suka membacanya.” Nabi ﷺ pun bersabda, “Sampaikan kepadanya bahwa Allah mencintainya.”
(Muttafaqun ‘alaih).
وبناءً على ذلك وفي واقعة السؤال: فقراءةُ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ثلاث مرات، ونحو ذلك مِن الذِّكر أو الثناء أو الدعاء بين ركعات القيام هي أمورٌ مشروعةٌ لا حرج فيها، بل هي مُستَحَبَّةٌ يُثَابُ فاعِلُها، ويكون مُتَّبِعًا لِسُنَّة النبي صلى الله عليه وآله وسلم بفِعلِها، وقد درج عليها المسلمون سلفًا وخلفًا عبر القرون من غير نكير، فإنكارُها ضربٌ من التنطّع الذي لا يحبه الله تعالى ولا رسوله صلى الله عليه وآله وسلم.
Berdasarkan hal tersebut, dalam kasus yang ditanyakan: membaca Qul Huwa Allahu Ahad sebanyak tiga kali atau melakukan dzikir, pujian, atau doa serupa di antara rakaat-rakaat shalat malam adalah perbuatan yang disyariatkan dan tidak ada larangan di dalamnya. Bahkan, hal tersebut dianjurkan dan pelakunya akan mendapatkan pahala serta dianggap mengikuti sunnah Nabi ﷺ. Praktik ini telah dilakukan oleh umat Islam sepanjang masa tanpa pengingkaran. Mengingkarinya justru termasuk sikap berlebihan yang tidak disukai oleh Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya ﷺ.
والله سبحانه وتعالى أعلم.
Sumber : Dar al Ifta
Leave a Reply