محاذير الأناشيد الحديثة وشروط الجائز منها
Bahaya Nasyid Modern dan Syarat Nasyid yang Diperbolehkan (Bagian Keempat)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Atikel Bahaya Nasyid Modern dan Syarat Nasyid yang Diperbolehkan ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
٢. وقال الشيخ عبد العزيز بن باز رحمه الله :
2. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata:
” الأناشيد الإسلامية تختلف ، فإذا كانت سليمة ليس فيها إلا الدعوة إلى الخير ، والتذكير بالخير ، وطاعة الله ورسوله ، والدعوة إلى حماية الأوطان من كيد الأعداء ، والاستعداد للأعداء ونحو ذلك : فليس فيها شيء ، أما إذا كانت فيها غير ذلك من دعوة إلى المعاصي ، واختلاط النساء بالرجال ، أو تكشف عندهم ، أو أي فساد : فلا يجوز استماعها ” انتهى .
” مجموع فتاوى الشيخ ابن باز ” ( ٣ / ٤٣٧ ) .
“Nasyid-nasyid Islam berbeda-beda. Jika nasyid tersebut bersih, hanya berisi ajakan kepada kebaikan, mengingatkan tentang kebaikan, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mengajak untuk menjaga tanah air dari musuh-musuh dan mempersiapkan diri menghadapi mereka, maka tidak ada masalah dengan itu. Namun, jika nasyid tersebut mengandung ajakan kepada dosa, campur baur antara wanita dan pria, atau memperlihatkan aurat di hadapan mereka, atau mengandung kerusakan lainnya, maka tidak boleh mendengarkannya.” (Majmu’ al-Fatawa 3/437).
٣. وقال – أيضاً رحمه الله :
3. Beliau – rahimahullah – juga berkata:
” الأناشيد الإسلامية مثل الأشعار ؛ إن كانت سليمة : فهي سليمة ، وإن كانت فيها منكر : فهي منكر …
والحاصل أن البَتَّ فيها مطلقاً ليس بسديد ، بل يُنظر فيها ؛ فالأناشيد السليمة : لا بأس بها ، والأناشيد التي فيها منكر ، أو دعوة إلى منكرٍ : منكرةٌ ” انتهى ” شريط أسئلة وأجوبة الجامع الكبير ” ( رقم : ٩٠ / أ ) .
“Nasyid-nasyid Islam seperti puisi; jika nasyid itu bersih, maka ia bersih, namun jika mengandung kemungkaran, maka itu adalah kemungkaran…
Kesimpulannya, tidak bijak untuk memutuskan secara mutlak, melainkan harus dilihat lebih lanjut; nasyid-nasyid yang bersih tidak masalah, namun nasyid yang mengandung kemungkaran atau mengajak kepada kemungkaran adalah terlarang.” Syaikh Abdul Aziz bin Baz – Pertanyaan dan Jawaban dari al-Jami’ al-Kabir (No. 90/A).
٤. وقال علماء اللجنة الدائمة للإفتاء :
4. Para ulama dari Komite Fatwa tetap berpegang pada prinsip :
” ويجوز لك أن تستعيض عن هذه الأغاني بأناشيد إسلامية ، فيها من الحكم ، والمواعظ ، والعبر ما يثير الحماس والغيرة على الدين ، ويهز العواطف الإسلامية ، وينفر من الشر ودواعيه ، لتبعث نفس من ينشدها ، ومن يسمعها إلى طاعة الله ، وتنفر من معصيته تعالى وتعدي حدوده إلى الاحتماء بحمى شرعه ، والجهاد في سبيله ، لكن لا يتخذ من ذلك وِرْداً لنفسه يلتزمه ، وعادة يستمر عليها ، بل يكون ذلك في الفينة بعد الفينة عند وجود مناسبات ودواعٍ تدعو إليه كالأعراس والأسفار للجهاد ونحوه ، وعند فتور الهمم لإثارة النفس والنهوض بها إلى فعل الخير ، وعند نزوع النفس إلى الشر وجموحها لردعها عنه وتنفيرها منه ” انتهى . – ” فتاوى إسلامية ” ( ٤ / ٥٣٣ ) ، وقد نقلنا الفتوى كاملة في جوابي السؤالين هنا و هنا .
“Anda diperbolehkan untuk mengganti lagu-lagu ini dengan nasyid Islam yang mengandung hikmah, nasihat, dan pelajaran yang dapat membangkitkan semangat dan kecintaan terhadap agama, menggugah perasaan Islam, dan menjauhkan dari keburukan serta penyebabnya. Nasyid ini seharusnya membangkitkan jiwa pendengarnya untuk taat kepada Allah, dan menjauhkan dari maksiat dan pelanggaran terhadap batasan-Nya, serta mendorong kepada perlindungan dalam syariat-Nya dan jihad di jalan-Nya. Namun, tidak boleh menjadikannya sebagai rutinitas yang tetap dan kebiasaan yang terus dilakukan, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu ketika ada kebutuhan atau kesempatan, seperti dalam pernikahan, perjalanan untuk jihad, atau ketika semangat lemah untuk membangkitkan kembali semangat menuju kebaikan dan untuk menahan jiwa dari keburukan.”
Fatwa Islamiyah (4/533), juga disebutkan dalam jawaban untuk pertanyaan yang lainnya disini dan disini.
٥. وقال الشيخ الألباني رحمه الله :
5. Syaikh al Albani rahimahullah mengatakan :
” بل قد يكون في هذا – [ أي : الأناشيد ] – آفةٌ أخرى ، وهي أنّها قد تُلحَّن على ألحان الأغاني الماجنة ، وتوقع على القوانين الموسيقية الشرقية والغربية التي تطرب السامعين وترقصهم ، وتخرجهم عن طورهم ، فيكون المقصد هو اللحن والطرب ، وليس النشيد بالذات ، وهذه مخالفة جديدة ، وهي التشبه بالكفار والمجّان ، وقد ينتج من وراء ذلك مخالفة أخرى ، وهي التشبه بهم في إعراضهم عن القرآن وهجرهم إياه ، فيدخلون في عموم شكوى النبي صلى الله عليه وسلم من قومه ، كما في قوله تعالى : ( وقال الرسول يا رب إن قومي اتخذوا هذا القرآن مهجوراً ) ” انتهى . ” تحريم آلات الطرب ” ( ص ١٨١ ) .
“Sebetulnya, ada bahaya lain dalam nasyid ini, yaitu bisa jadi nasyid tersebut dilantunkan dengan irama lagu-lagu yang buruk, mengikuti aturan musik Timur dan Barat yang menghibur pendengar dan membuat mereka menari, mengeluarkan mereka dari keadaan yang normal, sehingga tujuan utama menjadi irama dan hiburan, bukan nasyid itu sendiri. Ini adalah pelanggaran baru, yaitu meniru orang kafir dan orang-orang fasik, yang mungkin mengarah pada pelanggaran lain, yaitu meniru mereka dalam mengabaikan Al-Qur’an dan menjauhinya. Hal ini membuat mereka termasuk dalam keluhan Nabi صلى الله عليه وسلم terhadap umatnya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala :
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Dan Rasul berkata: ‘Ya Tuhanku, sungguh umatku telah menjadikan Al-Qur’an ini sebagai sesuatu yang ditinggalkan.'” (Surah al Furqan ayat 30)
Tahreem Aalaat al-Tarab (hal. 181).
٦. وقال – أيضاً – :
6. Beliau juga mengatakan
” إذا كانت هذه الأناشيد ذات معانٍ إسلامية ، وليس معها شيء من المعازف ، وآلات الطرب كالدفوف والطبول ونحوِها : فهذا أمرٌ لا بأس به ، ولكن لابد من بيان شرطٍ مهم لجوازها ، وهو أن تكون خالية من المخالفات الشرعية ؛ كالغلوّ ، ونَحوِه ، ثم شرط آخر ، وهو عدم اتخاذها دَيدَناً ؛ إذ ذلك يصرِفُ سامعيها عن قراءة القرآن الذي وَرَدَ الحضُّ عليه في السُنَّة النبوية المطهرة ، وكذلك يصرِفُهُم عن طلب العلم النافع ، والدعوة إلى الله سبحانه ” انتهى .” مجلة الأصالة ” ( العدد الثاني ، تاريخ 15 جمادى الآخرة 1413هـ ) .
“Jika nasyid tersebut memiliki makna yang Islamis, dan tidak disertai dengan alat musik atau alat hiburan seperti daf, drum, dan sebagainya, maka tidak ada masalah dengan itu. Namun, ada syarat penting yang harus dipenuhi agar itu diperbolehkan, yaitu nasyid tersebut harus bebas dari pelanggaran syar’i seperti ghuluw (berlebihan), dan syarat lainnya yakni tidak menjadikannya sebagai kebiasaan tetap, karena itu akan mengalihkan pendengarnya dari membaca Al Quran yang dianjurkan dalam sunnah Nabi, serta mengalihkan mereka dari mencari ilmu yang bermanfaat dan dakwah kepada Allah.” (Majalah al Ashalah edisi kedua, tanggal 15 Jumada al-Akhirah 1413 H).
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamQA
Leave a Reply