Bertahap dalam Belajar adalah Manhaj Rabbani



التدرج في التعلم والتعليم منهج رباني

Bertahap dalam Belajar dan Mengajar adalah Manhaj Rabbani

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Bertahap dalam Belajar adalah Manhaj Rabbani ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab Aqidah Islam

السؤال

Pertanyaan

أنا طالب علم, بفضل الله تعالى أستطيع التعامل مع الأدلة. عندما أريد أن أعلم الأطفال الصغار، أو عامة الناس شيئاً من العبادات، فإنني أقوم بـ:

Saya seorang penuntut ilmu. Dengan karunia Allah Ta’ala, saya mampu memahami dalil-dalil. Ketika saya ingin mengajarkan sesuatu tentang ibadah kepada anak-anak kecil atau masyarakat umum, saya melakukan hal berikut:

إذا كان الأمر مسألة، فأنا أعلمهم بناء على القول الراجح عندي فمثلاً: أعلمهم أن قراءة الفاتحة واجبة حتى على المأموم؛ لأن هذا هو الراجح عندي ,

Jika permasalahannya adalah suatu masalah hukum, maka saya mengajarkan mereka berdasarkan pendapat yang menurut saya paling kuat. Sebagai contoh, saya mengajarkan bahwa membaca Al-Fatihah wajib, bahkan bagi makmum, karena ini adalah pendapat yang menurut saya paling kuat.

أما إذا كان الأمر يحتاج إلى وصف وفهم، فأنا أعلمهم ما فهمته من القرآن والسنة، ثم ما فهمته من العلماء في هذا الأمر فمثلا: أعلمهم أن النية هي عبارة عن قصد القيام بالعمل، فمتى قصد المسلم عملا فقد نواه, وأن النية فائدتها تمييز العبادات عن العادات، والعبادات عن بعضها، وأيضاً قد يحصل بها المسلم على أجر عمل لم يعمله، كمن نوى وهو عازم على قيام الليل، ثم نام. …..إلخ.

Namun, jika permasalahannya memerlukan penjelasan dan pemahaman, saya mengajarkan apa yang saya pahami dari Al-Qur’an dan Sunnah, kemudian apa yang saya pahami dari para ulama terkait masalah tersebut. Sebagai contoh, saya mengajarkan bahwa niat adalah maksud untuk melakukan suatu amalan. Maka, kapan pun seorang Muslim berniat untuk suatu amalan, berarti ia telah berniat. Saya juga menjelaskan bahwa manfaat dari niat adalah membedakan antara ibadah dengan kebiasaan, serta membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya. Selain itu, melalui niat, seorang Muslim bisa mendapatkan pahala atas amalan yang tidak dilakukannya, seperti seseorang yang berniat untuk bangun malam namun kemudian tertidur, dan seterusnya.

فهل ما أقوم به صحيح أم هناك خطأ ؟ أطلب سرد أي خلاف (إن وجد), وآراء العلماء بأدلتها (ما أمكن).

Apakah yang saya lakukan ini sudah benar atau ada kesalahan? Saya memohon penjelasan terkait perbedaan pendapat (jika ada), dan pendapat para ulama beserta dalil-dalilnya (jika memungkinkan).

جزاكم الله خيرا.

الإجابــة

Jawaban

الحمد لله، والصلاة والسلام على نبينا محمد، وعلى آله، وصحبه، ومن والاه، أما بعد:

فلا إشكال فيما ذكرته من طريقة التعليم، وأنت على خير -إن شاء الله تعالى- ونوصيك بالاستزادة من طلب العلم، ونشره، وتعليمه للناس، 

Tidak ada masalah dalam metode pengajaran yang Anda sebutkan, dan Anda berada di jalan yang baik, insya Allah Ta’ala. Kami menganjurkan Anda untuk terus menuntut ilmu, menyebarkannya, dan mengajarkannya kepada orang lain.

وليكن طلبُك للعلم وتعلميك للناس، كلاهما بالتدرج من المسائل الصغيرة في العلم، إلى الكبار، لا العكس، وبالأهم ثم المهم، مراعاةً لمبدأ الربانية في التعلم والتعليم، وذلك لقول الله تعالى:

Baik dalam menuntut ilmu maupun mengajarkan kepada orang lain, lakukanlah secara bertahap, mulai dari hal-hal kecil dalam ilmu menuju hal-hal besar, bukan sebaliknya. Dahulukan yang paling penting sebelum yang penting lainnya. Hal ini sesuai dengan prinsip Rabbani dalam belajar dan mengajar, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

… وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ {آل عمران :79 }

“… Akan tetapi jadilah kalian Rabbaniyyin (orang-orang yang mendalam ilmunya) karena kalian mengajarkan Kitab dan karena kalian mempelajarinya.” (Surah Ali Imran ayat 79)

قال البخاري في صحيحه: قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: {كُونُوا رَبَّانِيِّينَ}  حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ، وَيُقَالُ: الرَّبَّانِيُّ الَّذِي يُرَبِّي النَّاسَ بِصِغَارِ العِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ. اهـ.

Imam Bukhari dalam Shahih-nya menyebutkan, Ibnu Abbas berkata: “Jadilah kalian Rabbaniyyin, yakni orang-orang yang bijaksana dan ahli fiqih, serta orang yang mendidik manusia dengan ilmu-ilmu kecil sebelum ilmu-ilmu besar.”

قال ابن حجر في (هدي الساري): أي: بالتدريج. اهـ.

Ibnu Hajar dalam Hadyus Saari berkata: “Maksudnya adalah dengan bertahap.”

وقال القرطبي في تفسير هذه الآية: وَالرَّبَّانِيُّ الَّذِي يُرَبِّي النَّاسَ بِصِغَارِ الْعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ، وَكَأَنَّهُ يَقْتَدِي بِالرَّبِّ سُبْحَانَهُ فِي تَيْسِيرِ الْأُمُورِ، رُوِيَ مَعْنَاهُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ. اهـ.

Imam al Qurthubi dalam tafsirnya tentang ayat ini menjelaskan: “Rabbani adalah orang yang mendidik manusia dengan ilmu-ilmu kecil sebelum ilmu-ilmu besar, seolah-olah ia mencontoh Rabb (Allah) dalam mempermudah urusan. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas.”

والله تعالى أعلم.

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.