الالتزام بجماعة إسلامية هل هو فرض عين
Apakah Bergabung dengan Kelompok Islam Wajib ‘Ain ?
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Apakah Bergabung dengan Kelompok Islam Wajib ‘Ain ? ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan
هل الالتزام بجماعة إسلامية فرض عين كالصلاة والصوم ,وهل يجوز لأي جماعة تحت الاحتلال أن تلغي الجهاد؟
Apakah bergabung dengan kelompok Islam tertentu merupakan kewajiban ‘ain seperti shalat dan puasa ? Dan apakah diperbolehkan bagi kelompok mana pun di bawah penjajahan untuk membatalkan jihad ?
الإجابــة
Jawaban
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد:
فليس الالتزام بجماعة من الجماعات الإسلامية فرض عين كالصلاة والصوم، وغاية ما في ذلك أن التعاون مع الجماعات الإسلامية السنية مشروع ما لم يترتب عليه محذور شرعي آخر،
Bergabung dengan salah satu kelompok Islam tertentu bukanlah kewajiban ‘ain seperti salat dan puasa. Yang dianjurkan adalah bekerja sama dengan kelompok-kelompok Islam Ahlus Sunnah selama tidak mengakibatkan pelanggaran syariat.
والواجب على المسلمين جميعًا أن ينصروا دينهم، وأن يعملوا لخدمته والدعوة إليه، وأن يتعاونوا على البر والتقوى، وأن يكونوا إخواناً، ولا يتهاجروا ولا يتدابروا، كما أمر الله تعالى ورسوله -صلى الله عليه وسلم – ، قال تعالى :
Kewajiban bagi seluruh umat Islam adalah menolong agama mereka, bekerja untuk melayani agama, berdakwah kepadanya, saling bekerja sama dalam kebaikan dan takwa, serta menjadi saudara seiman. Mereka tidak boleh saling memutus hubungan, saling membelakangi, atau bermusuhan, sebagaimana diperintahkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ. Allah berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ {المائدة: ٢}.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (ٍSurah Al Ma’idah ayat 2)
وقال رَسُول اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- :
Rasulullah ﷺ juga bersabda :
لَا تَهَاجَّرُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَحَسَّسُوا .. وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا. رواه البخاري ومسلم واللفظ له.
“Janganlah kalian saling memutus hubungan, saling membelakangi, atau saling mencari-cari kesalahan… dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, lafazh ini dari Imam Muslim)
والعمل الدعوي الجماعي المنضبط هو من التعاون والتناصر والتآخي على الحق، ولذا؛ فهو مشروع مرغب فيه، كما سبق التنبيه عليه في الفتوى: هنا
Amal dakwah yang dilakukan secara kolektif dengan prinsip yang terarah adalah bagian dari kerja sama, saling mendukung, dan persaudaraan dalam kebenaran. Oleh karena itu, hal ini disyariatkan dan dianjurkan, sebagaimana telah dijelaskan dalam fatwa lain di :
وننصح كل من يتعاون مع الجماعات الإسلامية أن يكون واضحًا صريحًا، في منهجه الشرعي، يبين لإخوانه أن ولاءه للحق،
Kami menyarankan siapa pun yang bekerja sama dengan kelompok Islam untuk bersikap jelas dan tegas dalam metode syariatnya. Ia harus menjelaskan kepada saudaranya bahwa loyalitasnya hanya kepada kebenaran.
وأن عمله مع مجموعة ما لا يعني براءته أو كرهه لغيرها، بل كل مؤمن يوالي ويحب على قدر طاعته ودينه من أي طائفة كان.
Kerjasamanya dengan kelompok tertentu tidak berarti ia menolak atau membenci kelompok lainnya. Setiap mukmin dicintai dan didukung sesuai tingkat ketaatan dan agamanya, tanpa memandang kelompoknya.
وأما عقد الولاء على اسم أو شعار أو شخص فهذا من فعل أهل البدع، ومن زعم أنه يجب مبايعته أو مبايعة طائفته، ونزل أحاديث البيعة في ذلك فهو مبتدع مخالف لما عليه أهل السنة والجماعة، كما سبق بيانه في الفتوى: هنا.
Adapun menjadikan loyalitas kepada nama, slogan, atau individu tertentu adalah perbuatan ahli bid’ah. Siapa saja yang mengklaim bahwa membaiat dirinya atau kelompoknya wajib, atau yang menafsirkan hadis-hadis tentang baiat untuk kepentingan itu, ia adalah seorang ahli bid’ah yang menyelisihi Ahlus Sunnah wal Jamaah, sebagaimana dijelaskan dalam fatwa lain disini :
وأما السؤال: هل يجوز لأي جماعة تحت الاحتلال أن تلغي الجهاد؟ فالجواب: لا، فإن شريعة الجهاد باقية إلى يوم القيامة، قال الإمام البخاري في صحيحه: باب الجهاد ماض مع البر والفاجر؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم:
Adapun pertanyaan: Apakah diperbolehkan bagi kelompok mana pun di bawah penjajahan untuk membatalkan jihad? Jawabannya: Tidak. Syariat jihad tetap berlaku hingga Hari Kiamat. Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya menyebutkan, “Bab Jihad Berlanjut Bersama Orang Baik Maupun Buruk,” karena sabda Nabi ﷺ:
“الخيل معقود في نواصيها الخير إلى يوم القيامة.
“Kebaikan selalu terikat pada ubun-ubun kuda hingga Hari Kiamat.”
قال ابن حجر في الفتح: هذه الترجمة لفظ حديث أخرجه بنحوه أبو داود وأبو يعلى مرفوعا وموقوفا عن أبي هريرة، ولا بأس برواته إلا أن مكحولا لم يسمع من أبي هريرة،
Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menjelaskan bahwa judul ini diambil dari hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Abu Ya’la secara marfu’ dan mauquf dari Abu Hurairah. Tidak ada masalah dalam riwayatnya (laa ba’sa) hanya saja ada kelemahan karena Mak-hul tidak mendengar dari Abu Hurairah.
وفي الباب عن أنس أخرجه سعيد بن منصور وأبو داود أيضا، وفي إسناده ضعف ..
Ada juga riwayat serupa dari Anas yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansur dan Abu Dawud, meskipun sanadnya juga lemah.
وفي الحديث الترغيب في الغزو على الخيل، وفيه أيضا بشرى ببقاء الإسلام وأهله إلى يوم القيامة، لأن من لازم بقاء الجهاد بقاء المجاهدين وهم المسلمون، وهو مثل الحديث الآخر:
Hadits ini menganjurkan perang di atas kuda dan memberikan kabar gembira bahwa Islam dan pemeluknya akan terus ada hingga Hari Kiamat. Hal ini juga seperti hadits lain :
لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق .. الحديث. انتهى.
“Akan selalu ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran…”
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
لا هجرة بعد الفتح ، ولكن جهاد ونية، وإذا استنفرتم فانفروا. متفق عليه.
“Tidak ada hijrah setelah penaklukan (Mekah), tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Jika kalian diminta untuk berangkat, maka berangkatlah.” (Muttafaq ‘alaih)
والله أعلم.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply