تطور دراسة الإعجاز القرآني على مر العصور
Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (Bagian Kedua)
أ.د / عبد الغني محمد بركة
Prof. Dr. Abdul Ghani Muhammad Barakah
(Profesor di Fakultas Bahasa Arab dan Mantan Dekan Fakultas tersebut di Universitas Al-Azhar)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman ini kami masukkan ke Kategori Ilmu al Quran
ووجه دلالة المعجزة على صدق النبي، أن العقل يدرك أن الكون يسير على سنن مطردة، وأن هناك ارتباط لا يتخلف بين الأسباب ومسبباتها العادية، فالنار تحرق، والولد يولد من أب وأم، إلى غير ذلك من الربط بين الأسباب ومسبباتها، فإذا تخلفت الأسباب عن مسبباتها، فولد ولد من غير أب كعيسى عليه السلام، أو أصبحت النار لا تحرق، بل تكون برداً وسلاماً، كما حدث لإبراهيم عليه السلام، أو تحرك الجامد كما حدث لعصى موسى، إذ انقلبت حية تلقف ما يأفكون….
Indikasi mukjizat yang membuktikan kebenaran nabi adalah bahwa akal manusia menyadari jikalau alam semesta berjalan menurut hukum yang tetap dan ada kaitan yang tidak terputus antara sebab dan akibat yang normal. Api membakar, anak lahir dari ayah dan ibu, dan seterusnya. Namun, jika sebab-sebab ini tidak menghasilkan akibat yang semestinya, seperti ketika seorang anak lahir tanpa seorang ayah, seperti halnya dengan Isa alaihisalam, atau ketika api tidak membakar, melainkan menjadi dingin dan damai seperti yang terjadi pada Ibrahim alaihisalam, atau ketika benda mati bergerak seperti yang terjadi pada tongkat Musa yang berubah menjadi ular yang memakan apa yang mereka dustakan, maka ini menunjukkan bahwa yang melakukan hal tersebut pasti melampaui hukum alam dan memiliki kekuasaan untuk melakukan apa yang Dia kehendaki.
إذا حدث هذا حكم العقل بأن الذي فعل ذلك لا بد أن يكون فوق الأسباب ومسبباتها، وأنه يفعل ما يشاء ويختار، وأن الذي خرق العادات لا بد أن يكون هو خالقها وموجدها، وأن خرق العادات لا بد أن يكون مقصوداً، فإذا علمت الغاية، وبينت المقاصد تبين صدق ما يدعيه النبي.
Jika hal seperti ini terjadi, akal akan memutuskan bahwa yang melakukannya pasti berada di atas sebab dan akibat, dan Dia memiliki kekuasaan untuk melakukan apa yang Dia kehendaki dan Dia pilih. Yang mampu melanggar hukum alam pastilah Pencipta dan Pembuatnya. Pelanggaran terhadap kebiasaan tersebut tentu dilakukan dengan maksud tertentu. Ketika tujuan dari mukjizat itu dipahami dan maksudnya dijelaskan, maka akan menjadi jelas kebenaran dari klaim nabi tersebut.
ولكي تكون المعجزة قاطعة لكل حجة، كانت دائماً من جنس ما يحسنه قوم النبي وينبغون فيه، إذ تكون بهذا أقوى دلالة على صدق النبي في دعواه.
Agar mukjizat menjadi bukti yang mematahkan segala argumen, mukjizat selalu berasal dari bidang yang dikuasai dan menjadi kebanggaan kaum nabi tersebut. Dengan cara ini, mukjizat menjadi bukti yang lebih kuat atas kebenaran klaim nabi tersebut.
وعلى هذه القاعدة المطردة، جاءت معجزة سيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم قرآناً يتلى، لأن البيان كان مناط فخر العربي، وموئل تطاولهم واعتزازهم.
Berdasarkan prinsip yang konsisten ini, mukjizat Nabi kita Muhammad ﷺ datang berupa Al-Qur’an yang dibacakan, karena keunggulan dalam kemampuan berbahasa merupakan kebanggaan bangsa Arab dan menjadi sumber kehebatan serta rasa percaya diri mereka.
غير أن النظرة الدقيقة تعطي معجزة نبينا صلى الله عليه وسلم أبعاداً أخرى، تتناسب مع طبيعة رسالته الخاتمة.
Namun, jika kita memandang lebih dalam, mukjizat Nabi kita ﷺ memiliki dimensi lain yang sesuai dengan sifat pesan kenabiannya sebagai risalah terakhir.
ذلك أن معجزات الأنبياء السابقين، كانت مادية ملموسة ينتهي أثرها بمجرد إعلان تعاليمها، ولا تلزم إلا من اطلع عليها أو صدق من أخبره بها، لأن ذلك هو المناسب لطبيعة هذه الرسالات السابقة على الرسالة الإسلامية.
Mukjizat para nabi sebelumnya bersifat material dan konkret, yang pengaruhnya berakhir segera setelah ajaran mereka diumumkan. Mukjizat tersebut hanya mengikat mereka yang menyaksikannya secara langsung atau mempercayai laporan dari orang-orang yang menyaksikannya, karena hal ini sesuai dengan sifat risalah-risalah yang mendahului Islam.
فقد كانت كل رسالة خاصة بقوم النبي الذين بعث إليهم كما أنها رسالات مؤقتة بزمن معين، لا يمضي وقت حتى يصطفي الله نبياً جديداً، يحدد ما أندرس من الشريعة السابقة، أو يضيف إليها ويوسع في آفاقها، حسبما يقتضيه تطور البشرية.
Setiap risalah ditujukan secara khusus kepada kaum nabi yang diutus kepada mereka, dan juga bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu. Tidak lama setelah itu, Allah memilih nabi baru untuk memperbaiki apa yang telah dilupakan dari syariat sebelumnya, menambah atau memperluas cakrawala risalah tersebut sesuai dengan kebutuhan perkembangan umat manusia.
أما رسالة نبينا محمد صلى الله عليه وسلم، فلها طبيعة أخرى، إذ هي خاتمة الرسالات جميعاً، وهي الحلقة الأخيرة في سلسلة النبوات الطاهرة، كما أنها عامة للبشر جميعاً، وصدق الله العظيم حيث يقول:
Adapun risalah Nabi kita Muhammad ﷺ, ia memiliki sifat yang berbeda. Risalah ini adalah penutup dari semua risalah, dan merupakan mata rantai terakhir dalam rangkaian kenabian yang suci. Risalah ini juga ditujukan untuk seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Maha Bensar Allah Yang Maha Agung kala Ia berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” (Surah Al Anbiya ayat 107).
وحيث يقول سبحانه :
Dan juga firman-Nya:
(مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ)[سورة الأحزاب : ٤٠].
“Muhammad itu bukanlah ayah dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi” (Surah Al Ahzab ayat 40).
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : Quran-M
Leave a Reply