Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (7)



تطور دراسة الإعجاز القرآني على مر العصور

Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (Bagian Ketujuh)

أ.د / عبد الغني محمد بركة

Prof. Dr. Abdul Ghani Muhammad Barakah

(Profesor di Fakultas Bahasa Arab dan Mantan Dekan Fakultas tersebut di Universitas Al-Azhar)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman ini kami masukkan ke Kategori Ilmu al Quran

ثم جاء دور التحدي، ليحسم الأمر، ويقطع عليهم كل سبيل، فقد تحداهم القرآن الكريم، وكرر عليهم التحدي في صور متعددة

Kemudian datanglah fase tantangan untuk memperjelas perkara dan memutuskan semua alasan mereka. Al-Qur’an menantang mereka dengan berbagai cara, dan terus mengulang tantangan tersebut.

فدعاهم أول مرة أن يأتوا بمثله، فلما عجزوا تنزل معهم إلى الأخف فالأخف فدعاهم أن يأتوا بعشر سور مثله فلما عجزوا تنزل معهم في التحدي إلى أبعد مدى يمكن أن يصل إليه التنزيل، فاكتفى منهم بأن يأتوا بسورة واحدة منه، دون تحديد السورة، طالت أم قصرت،

Pada awalnya, Al-Qur’an mengajak mereka untuk mendatangkan sesuatu yang serupa dengannya. Ketika mereka tidak mampu, tantangan itu diturunkan ke tingkat yang lebih ringan: mereka diajak untuk mendatangkan sepuluh surah yang serupa dengannya. Ketika mereka tetap tidak mampu, tantangan itu diturunkan ke tingkat yang paling rendah yang mungkin dapat diterima, yaitu hanya mendatangkan satu surah saja dari Al-Qur’an. Tidak ada batasan surah yang diminta — apakah panjang atau pendek.

وذلك في قوله تعالى في سورة البقرة، وهي آخر آيات التحدي، إذ نزلت في العهد المدني :

Hal ini ditegaskan dalam firman Allah di Surah Al-Baqarah, yang merupakan ayat terakhir dari tantangan ini dan diturunkan pada masa Madinah:

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٢٣) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ [سورة البقرة].

“Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah yang semisal dengannya, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak mampu membuatnya — dan pasti kamu tidak akan mampu — maka takutlah kamu akan neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Surah Al Baqarah ayat 23 dan 24).

وكانت هذه الآية الكريمة قمة التحدي، بما تضمنته من إثارة واستفزاز لهم، كي يدفعوا عن أنفسهم هذه العجز، إن كانت بهم قدرة على ذلك، قد أباح لهم أن يستعينوا بمن شاءوا إن كانوا صادقين، ثم بالغ في إثارتهم واستفزازهم حتى يثبت أن قدرتهم على المعارضة منفية تماماً، فلن تقع ولن تكون فقال لهم :

Ayat mulia ini adalah puncak tantangan, dengan segala rangsangan dan provokasinya, untuk mendorong mereka menolak kelemahan mereka sendiri jika mereka mampu melakukannya. Allah bahkan memperbolehkan mereka untuk meminta bantuan siapa saja yang mereka kehendaki jika mereka benar-benar jujur. Tantangan ini semakin memprovokasi mereka dengan menegaskan bahwa kemampuan mereka untuk menandingi Al-Qur’an benar-benar tidak ada. Allah berfirman kepada mereka:

وَلَنْ تَفْعَلُوْا

“Dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya.”

أي: إن هذا فوق قدرتكم، وفوق الحيلة، وفوق الاستعانة، ثم جعلهم وقوداً، ثم قرنهم بالأحجار، ثم سماهم كافرين؛ وليس بعد ذلك مدى يذهب إليه في الإثارة والاستفزاز، فلو كان بهم طاقة لدفعوا عن أنفسهم هذا الهوان، ولعارضوا القرآن حتى يبطلوا دعواه.

Artinya, ini berada di luar kemampuan mereka, di luar segala daya upaya, dan bahkan di luar bantuan makhluk lainnya. Kemudian Allah menggambarkan mereka sebagai bahan bakar neraka, menyamakan mereka dengan batu, dan menyebut mereka sebagai orang-orang kafir. Tidak ada lagi batas provokasi yang lebih jauh dari ini. Jika mereka memiliki kemampuan, mereka pasti akan berusaha untuk menolak penghinaan ini dan menentang Al-Qur’an guna membatalkan klaimnya.

إن طبيعة الأشياء تقتضي ألا يسلم الإنسان لخصمه بالفضل، وهو يجد سبيلاً إلى دفعه ولا يرضى إنسان لنفسه أن يوصم بالعجز وهو قادر على قهر أعدائه، فكيف يجوز أن يقوم من يدعي النبوة في قوم من صميم العرب، أهل اللسن والفصاحة، فيخبرهم أنه رسول الله تعالى إلى الخلق كافة، وأنه يبشر بالجنة، وينذر بالنار، ثم يسفه أحلامهم، ويسلب آلهتهم كل قيمة، ثم يقول :

Secara alami, manusia tidak akan mengakui keunggulan lawannya jika mereka masih memiliki cara untuk menolaknya. Tidak ada manusia yang rela dicap lemah jika mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi musuh mereka. Maka bagaimana mungkin seorang yang mengaku nabi, muncul di tengah-tengah kaum Arab yang merupakan ahli bahasa dan kefasihan, lalu menyatakan bahwa ia adalah utusan Allah untuk seluruh manusia, memberi kabar gembira tentang surga, memperingatkan tentang neraka, mencela akal mereka, dan mencabut nilai dari berhala-berhala mereka, kemudian berkata

حجتي أن الله تعالى قد أنزل علي كتاباً عربياً مبيناً، تعرفون ألفاظه، وتفهمون معانيه، ألا إنكم لا تقدرون على أن تأتوا بمثله، ولا بعشر سور منه، ولا بسورة واحدة حتى وإن استعنتم بمن شئتم من الجن والإنس،

“Bukti saya adalah bahwa Allah telah menurunkan kepada saya sebuah kitab dalam bahasa Arab yang jelas. Kamu mengenal kata-katanya dan memahami maknanya. Ketahuilah, kamu tidak akan mampu membuat yang semisal dengannya, bahkan tidak dengan sepuluh surah, atau satu surah pun, meskipun kamu meminta bantuan dari siapa saja, baik jin maupun manusia.”

كيف يصنع معهم ذلك، ثم لا تدعوهم أنفسهم إلى معارضته ليبينوا خطأ دعواه، ألا يكون ذلك عجزاً منهم، واعترافاً بأن ذلك فوق قدرتهم.

Bagaimana dia dapat melakukan itu kepada mereka, namun mereka tidak tergerak untuk menentangnya guna membuktikan kesalahan klaimnya? Bukankah ini menunjukkan ketidakmampuan mereka dan pengakuan bahwa Al-Qur’an berada di luar kemampuan mereka ?

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : Quran-M



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.