Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (8)



تطور دراسة الإعجاز القرآني على مر العصور

Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (Bagian Kedelapan)

أ.د / عبد الغني محمد بركة

Prof. Dr. Abdul Ghani Muhammad Barakah

(Profesor di Fakultas Bahasa Arab dan Mantan Dekan Fakultas tersebut di Universitas Al-Azhar)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman ini kami masukkan ke Kategori Ilmu al Quran

ولو أن العرب قد تركوه وشأنه، لقلنا إنهم قد تجاهلوه استخفافاً بأمره، ولكنهم قد بلغ بهم الغيظ من مقالته حداً تركوا معه أحلامهم الراجحة، 

Jika saja bangsa Arab mengabaikannya dan membiarkannya tanpa gangguan, kita mungkin akan mengatakan bahwa mereka tidak mengacuhkannya karena menganggapnya tidak penting. Namun, kenyataannya, kemarahan mereka terhadap perkataan Nabi ﷺ mencapai titik di mana mereka kehilangan keseimbangan rasional.

وواجهوه بكل قبيح، ولقوه بكل أذى ومكروه ووقفوا له بكل طريق، ودارت بينهم وبينه المعارك الطاحنة، التي قتل فيها صناديدهم، ونال منهم ونالوا منه.

Mereka menghadapi Nabi dengan segala bentuk penghinaan, menyakitinya dengan berbagai cara, dan menghalanginya di setiap kesempatan. Bahkan, mereka melibatkan diri dalam pertempuran sengit dengannya, di mana para pemimpin mereka terbunuh, dan kedua belah pihak saling melukai.

فهل يعقل أن يتركوا إبطال حجته، وهي لا تكلفهم أكثر من معارضة ما جاء به بكلام من مثله، ثم يلجأون إلى مواجهته بأمور تأباها الحكمة، ويدعو إليها السفه، ولا يقدم عليها إلا من أعوزته الحيلة وعز عليه المخلص، وأيقن أنه لا سبيل له إلى ما يرمي إليه.

Maka, apakah masuk akal bahwa mereka meninggalkan peluang untuk membatalkan argumennya, padahal itu hanya memerlukan mereka untuk mendatangkan sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an ? Sebaliknya, mereka justru memilih menghadapi Nabi dengan cara-cara yang tidak masuk akal, dipandu oleh kebodohan, dan hanya dilakukan oleh orang yang kehabisan akal serta menyadari bahwa tidak ada jalan lain untuk mencapai tujuannya.

وهكذا حسم الأمر وأصبح الإعجاز القرآني حقيقة تاريخية لا جدال حولها ولا شبهة فيها،

Dengan demikian, perkara ini selesai, dan mukjizat Al-Qur’an menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan dan bebas dari keraguan.

واستمر الحال على هذا طوال القرن الأول والثاني الهجريين، 

Keadaan ini terus berlangsung sepanjang abad pertama dan kedua Hijriah,

حتى إذا جاء القرن الثالث الهجري وحمل معه دعاوى وشبهات أثارها الحاقدون، الذين سبقوا إلى الإسلام بحكم الغلبة، ونفوسهم تنطوي على حقد دفين، ينتهز فرصة مواتية ليتنفس عن أحقاده وبغضه، وتبدأ مرحلة جديدة في تاريخ قضية الإعجاز القرآني.

hingga datanglah abad ketiga Hijriah, membawa serta klaim-klaim dan keraguan yang dilontarkan oleh para pembenci. Mereka adalah orang-orang yang masuk Islam karena kekalahan mereka, tetapi masih menyimpan kebencian mendalam, menunggu kesempatan untuk mengungkapkan dendam dan kebencian mereka. Maka dimulailah fase baru dalam sejarah mukjizat Al-Qur’an.

هذه المرحلة الجديدة يمكن أن نطلق عليها ( مرحلة الدفاع عن الإعجاز القرآني )، وقد تمثل ذلك في الرد على ما أثاره المشككون من شبهات، إضافة إلى بحوث علمية دقيقة تبرز السمات الموضوعية التي بين بها الأسلوب القرآني وتصل ببلاغته إلى حد الإعجاز.

Fase baru ini dapat kita sebut sebagai “fase pembelaan terhadap mukjizat Al-Qur’an.” Fase ini ditandai dengan usaha menjawab berbagai keraguan yang dilontarkan oleh orang-orang yang skeptis, disertai penelitian ilmiah yang cermat untuk menonjolkan keistimewaan objektif yang menjelaskan gaya Al-Qur’an dan menunjukkan keindahan retorikanya yang mencapai tingkat mukjizat.

أما عن الشبهات التي أثيرت فمن أهمها شبهتان :

Di antara keraguan yang dilontarkan, ada dua yang paling menonjol :

الشبهة الأولى:القول بأن عجز العرب عن الإتيان بمثل القرآن لم يكن بسبب عدم قدرتهم على ذلك، بل إنهم عجزوا لأن الله صرفهم عنه بما أطلق عليه القول بالصرفة.

Keraguan pertama: Klaim bahwa ketidakmampuan bangsa Arab untuk mendatangkan sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an bukan karena ketidakmampuan mereka, melainkan karena Allah sengaja menghalangi mereka dari melakukannya, yang dikenal dengan istilah ash sharfah (pengalihan kemampuan).

الشبهة الثانية:أن القرآن الكريم يتضمن بعض الألفاظ والأساليب المعيبة في مقامها وسياقها.

Keraguan kedua: Tuduhan bahwa Al-Qur’an mengandung kata-kata dan gaya bahasa yang dianggap cacat dalam konteksnya.

ونبدأ بمناقشة موضوع القول بالصرفة.

Mari kita mulai dengan membahas isu terkait ash sharfah.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : Quran-M



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.