تطور دراسة الإعجاز القرآني على مر العصور
Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (Bagian Kesepuluh)
أ.د / عبد الغني محمد بركة
Prof. Dr. Abdul Ghani Muhammad Barakah
(Profesor di Fakultas Bahasa Arab dan Mantan Dekan Fakultas tersebut di Universitas Al-Azhar)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman ini kami masukkan ke Kategori Ilmu al Quran
على أنه من العلماء من يقول بالصرفة، باعتبارها وجهاً من وجوه الإعجاز، من جهة كونها دالة على القوة وباعتبار أن ذلك ـ على فرض حدوثه ـ يعتبر أمراً خارجاً عن العادة كسائر المعجزات التي دلت على النبوة، أي: أن ذلك احتمال عقلي، والتسليم به إنما هو على سبيل التنزل مع الخصم والمجادلة والمنافحة عن الحق،
Namun, ada juga ulama yang menyatakan konsep ash sharfah sebagai salah satu aspek dari mukjizat, dengan memandangnya sebagai bukti kekuatan Allah. Mereka berpendapat bahwa jika ash sharfah benar-benar terjadi, maka hal itu dianggap sebagai sesuatu yang di luar kebiasaan, sebagaimana mukjizat lainnya yang menjadi bukti kenabian. Dengan kata lain, gagasan ini diterima sebagai kemungkinan secara akal, dan penerimaan terhadapnya hanya dilakukan dalam konteks berdiskusi, berdebat, dan membela kebenaran.
وهذه الطريقة وإن لم تكن مرضية، لأن القرآن في نفسه معجز لا يستطيعه بشر، إلا أنها تصلح على سبيل التنزل والمجادلة والمنافحة عن الحق.
Meskipun pendekatan ini tidak sepenuhnya memuaskan, karena Al Quran pada dirinya sendiri sudah merupakan mukjizat yang tidak dapat ditiru oleh manusia, pendekatan ini tetap dianggap berguna dalam situasi tertentu, khususnya dalam konteks berdiskusi, berdebat, dan mempertahankan kebenaran.
باعتبار أنها لو صحت فإنها لا تطعن في أن القرآن الكريم من عند الله، بل تثبت أن الصرفة دليل على النبوة، وهذا لا يمنع من أن القرآن في نفسه معجز.
Dengan pandangan bahwa jika ash sharfah benar, hal itu tidak meragukan fakta bahwa Al Quran adalah firman Allah. Sebaliknya, ash sharfah dapat dianggap sebagai bukti kenabian, dan ini tidak menghalangi kenyataan bahwa Al Quran pada dirinya sendiri adalah mukjizat.
وأياً كان الأمر في مفهوم الصرفة عند أصحاب القول بها، فقد تصدى العلماء لهذه الشبهة، واقتلعوها من جذورها، وبلغوا من ذلك مبلغاً لا مزيد عليه.
Bagaimanapun, apa pun pandangan mengenai konsep ash sharfah dari para pendukungnya, para ulama telah menghadapi keraguan ini, membantahnya hingga ke akar-akarnya, dan mencapai tingkat pembuktian yang sangat kuat sehingga tidak menyisakan ruang untuk bantahan.
وسوف أوجز أقوال العلماء في الرد على أصحاب هذه الشبهة وإبطالها دون الرد على أصحاب هذه الردود، تجنباً للتكرار.
Di sini saya akan meringkas pandangan para ulama dalam menjawab dan membatalkan keraguan ini tanpa merinci tanggapan terhadap pendapat-pendapat mereka, guna menghindari pengulangan.
وإن كان أهم هؤلاء العلماء :
Di antara para ulama paling menonjol yang membahas dan membantah keraguan ini adalah:
الخطابي ( ت سنة ٣٨٨ ) في كتابه: بيان إعجاز القرآن، والرماني ( ت سنة ٣٨٦ ) في كتابه: النكت في القرآن. والباقلاني ( ت سنة ٤٠٣ ) في كتابه: إعجاز القرآن… وعبد القاهر الجرجاني ( ت سنة ٤٧١ ) في كتابه: الرسالة الشافية في إعجاز القرآن.
- Al Khathabi (wafat tahun 388 H) dalam kitabnya Bayan I’jaz al Quraan
- Ar Rummani (wafat tahun 386 H) dalam kitabnya An Nukaat fi al Quraan
- Al Baqillani (wafat tahun 403 H) dalam kitabnya I’jaz al Quraan
- Abdul Qahir Al Jurjani (wafat tahun 471 H) dalam kitabnya ar Risalah Asy Syafiyah fi I’jaz al Quraan
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : Quran-M
Leave a Reply