Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (13)



تطور دراسة الإعجاز القرآني على مر العصور

Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (Bagian Ketiga Belas)

أ.د / عبد الغني محمد بركة

Prof. Dr. Abdul Ghani Muhammad Barakah

(Profesor di Fakultas Bahasa Arab dan Mantan Dekan Fakultas tersebut di Universitas Al-Azhar)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman ini kami masukkan ke Kategori Ilmu al Quran

وإليكم نموذجاً آخر.

Contoh Lain :

قال تعالى :

Firman Allah:

وَانطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَىٰ آلِهَتِكُمْ ۖ  [سورة ص]

“Dan orang-orang yang besar di antara mereka berkata, ‘Berjalanlah dan bersabarlah terhadap tuhan-tuhanmu.'” (Surah Shad ayat 6)

قال المشككون: المشي ـ في هذا ليس بأبلغ الكلام، ولو قيل بدل ذلك: امضوا وانطلقوا ـ لكان أبلغ وأحسن.

Para pengkritik berpendapat bahwa kata “berjalanlah” (imsyu) dalam ayat ini bukanlah pilihan kata yang paling kuat. Mereka mengklaim bahwa jika yang digunakan adalah “pergilah” (imdhau) atau “berangkatlah” (inthaliqu), itu akan lebih fasih dan lebih baik.

ويرد الخطابي :

Jawaban Al Khathabi:

أن المشي ـ في هذا المحل أولى وأشبه بالمعنى، وذلك لأنه إنما قصد الاستمرار على العادة الجارية، في غير انزعاج منهم، ولا انتقال عن الأمر الأول، وذلك أشبه بالثبات والصبر على الأمر المأمور به في قوله واصبروا والمعنى: كأنهم قالوا: امشوا على هيأتكم، ولا تبالوا بقوله.

Penggunaan kata “berjalan” (امشوا) dalam konteks ini justru lebih tepat dan lebih sesuai dengan maknanya. Pasalnya, maksud ayat ini adalah untuk menunjukkan kelanjutan kebiasaan mereka yang sudah berlangsung, tanpa ada kegelisahan atau perubahan dari keadaan mereka sebelumnya. Hal ini sesuai dengan konteks perintah “bersabar” (واصبروا) dalam ayat tersebut. Maknanya adalah, seolah-olah mereka berkata: “Tetaplah berjalan sebagaimana biasa, dan jangan pedulikan ucapannya.”

ولو قيل: امضوا وانطلقوا… لكان فيه زيادة انزعاج ليس في قوله ( امشوا ) والقوم لم يقصدوا ذلك ولم يريدوه.

Jika dikatakan “berangkatlah” (امضوا) atau “pergilah” (انطلقوا), maka hal itu akan memberikan kesan adanya kegelisahan dan kekhawatiran, yang tidak terdapat dalam kata “berjalanlah” (امشوا). Sementara itu, kelompok tersebut tidak menginginkan kesan seperti itu.

فالخطابي هنا يربط بين المقام واختيار اللفظ الملائم له دون غيره،

Al Khathabi dalam penjelasannya menghubungkan antara konteks situasi dan pemilihan kata yang sesuai dengan situasi tersebut.

فلما كان الملأ من قريش يريدون أن يشعروا أتباعهم بأن ما جاء به محمد صلى الله عليه وسلم لا يستحق الاهتمام به، ولا الاكتراث له، لأنه ظاهر البطلان في زعمهم، فالواجب تجاهله تمام، كأن شيئاً لم يحدث، وأن أفضل ما نواجهه به نمضي في حياتنا، ونتناسى الأمر كله، 

Ketika para pembesar Quraisy ingin memberi kesan kepada para pengikut mereka bahwa apa yang dibawa oleh Muhammad ﷺ tidak layak untuk diperhatikan atau diberi perhatian serius, karena dalam anggapan mereka itu jelas merupakan kebatilan, maka sikap yang mereka tunjukkan adalah untuk sepenuhnya mengabaikannya. Seolah-olah tidak ada yang terjadi. Cara terbaik untuk menghadapinya, menurut mereka, adalah melanjutkan kehidupan mereka seperti biasa dan melupakan semua hal yang dibawa oleh Nabi ﷺ.

وهذا المقام استدعى التعبير ـ امشوا ـ لأنه هو الملائم لما يريدون أيهما إتباعهم به.

Situasi ini memerlukan penggunaan kata “berjalanlah” (امشوا), karena kata tersebut sesuai dengan maksud mereka, yaitu menyuruh para pengikut mereka untuk tetap tenang dan tidak mengubah kebiasaan mereka.

أما امضوا وانطلقوا ـ فلا تناسب المقام كما توحي به من الانزعاج وتغيير العادة الرتيبة التي اعتادوها، والأمر ليس كذلك ـ في زعمهم ـ بالنسبة لما جاء به الرسول صلى الله عليه وسلم فهو أقل من أن يأبهوا له.

Sebaliknya, kata-kata seperti “berangkatlah” (امضوا) atau “pergilah” (انطلقوا) tidak cocok dengan konteks ini, karena kata-kata tersebut menyiratkan adanya kekhawatiran atau perubahan pola kebiasaan yang stabil. Dalam anggapan mereka, apa yang dibawa oleh Rasul ﷺ adalah sesuatu yang tidak cukup penting untuk menimbulkan kegelisahan.

وذلك منهم في تضليل أتباعهم وطمس معالم الحقيقة عنهم.

Dengan cara itu, mereka berusaha menyesatkan para pengikut mereka dan mengaburkan kebenaran dari pandangan mereka.

وهكذا يمضي الخطابي وغيره من علماء تلك الفترة يوردون الشبهات ويفندونها بما كشف عن وجده الحق في البلاغة القرآنية.

Demikianlah, Al Khathabi, bersama para ulama lain pada masa itu, terus mengutip keraguan-keraguan yang diajukan terhadap Al Quran dan membantahnya dengan argumen-argumen yang menunjukkan kebenaran yang terkandung dalam keindahan bahasa Al Quran.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : Quran-M



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.