نوافذ الأقصى.. تحف فنية أدخلها الأمويون ويصونها المقدسيون
Jendela Masjidil Aqsha: Karya Seni Umayyah yang Dijaga Penduduk al Quds (Bagian Kedua)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Jendela Masjidil Aqsha : Dari Ummayah untuk Penduduk al Quds ini masuk dalam Kategori Negeri-negeri Islam
وقت وجهد
Waktu dan Usaha
ويقول محدثنا إن العمل يتم بزوايا هندسية محددة، وكلما تعمق الفني في العمل وزادت خبرته يتمكن من حصر الظلال التي تظهر من خلف النافذة، مع تثبيت إضاءة خلفية وأمامية، فيُنتج قطعة متقنة تسر الناظرين.
Bashir al Mausus menjelaskan bahwa pekerjaan membuat jendela dilakukan dengan sudut-sudut geometris yang terukur. Semakin dalam pengalaman teknisi dalam bidang ini, semakin baik ia dalam mengontrol bayangan yang muncul dari belakang jendela, sekaligus menyelaraskan pencahayaan depan dan belakang. Hasilnya adalah sebuah karya seni yang sempurna, memikat pandangan siapa pun yang melihatnya.
“من ينظر للنوافذ يستمتع بألوانها الخلابة، لكنه لا يعلم أن تفاصيل العمل مضنية وتحتاج إلى دقة ووقت طويل يتراوح بين ١٢٠ و١٤٠ ساعة عمل للنافذة الواحدة التي تبلغ مساحتها مترين مربعين”، أضاف الموسوس.
“Siapa pun yang memandangi jendela-jendela itu akan menikmati keindahan warna-warninya, tetapi mereka tidak tahu bahwa proses pembuatannya sangat melelahkan, membutuhkan ketelitian, dan memakan waktu yang panjang, yaitu antara 120 hingga 140 jam kerja untuk satu jendela dengan luas dua meter persegi,” tambah al Mausus.
وعند سؤاله عن طريقة اختياره ألوان الزجاج الذي يعمل على قص كل قطعة منه لتثبيتها في الجص المفرّغ، قال إن ذلك يعتمد على أمرين، الأول أنه يجب مراعاة أن تكون الألوان جاذبة وهادئة وتعزز الروحانيات، والآخر ذوق الحرفي ولمسته، وعادة ما يُستخدم الأزرق بدرجاته والأحمر والأصفر في المساجد.
Ketika ditanya tentang pemilihan warna kaca, yang setiap potongannya harus dipotong dengan hati-hati untuk dipasang pada gips yang telah dibentuk, ia menjawab bahwa ada dua pertimbangan utama. Pertama, warna harus menarik dan lembut untuk meningkatkan suasana spiritual. Kedua, sentuhan rasa seni dan kreativitas pengrajin itu sendiri. Biasanya, warna biru dalam berbagai gradasi, merah, dan kuning sering digunakan di masjid.
وفي تفصيل اختيار الألوان، قال الموسوس إن نوافذ المنطقة الشرقية التي تتخللها أشعة الشمس من الساعة السابعة صباحا حتى الواحدة ظهرا تستخدم فيها ألوان الزجاج القاتمة، على عكس المنطقة الغربية التي تصلها أشعة الشمس بعد الظهر، فيحرص الحرفيون على استخدام الألوان الزاهية في زجاجها.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa warna kaca disesuaikan dengan lokasi jendela. Untuk jendela di sisi timur, yang terkena sinar matahari dari pukul tujuh pagi hingga pukul satu siang, digunakan kaca dengan warna gelap. Sebaliknya, untuk jendela di sisi barat, yang terkena sinar matahari setelah siang hari, digunakan kaca dengan warna cerah.
نوافذ مزدوجة
Jendela Ganda
ولفت هذا الحرفي المتقاعد إلى ضرورة أن يعرف الجميع أن نوافذ المسجد الأقصى مزدوجة، وتصنع الخارجية منها من الجص والزجاج الأبيض، والداخلية من الجص والزجاج الملون، وبمجرد انطلاقه بتعداد النوافذ في المصلى القبلي توصل إلى أن عددها يفوق الـ١٠٠، لكل منها وجه داخلي وآخر خارجي، وتحمل ٢٥ منها اسمه.
Bashir, yang kini telah pensiun, menegaskan bahwa penting bagi semua orang untuk mengetahui bahwa jendela-jendela Masjid al Aqsha adalah jendela ganda. Jendela bagian luar terbuat dari gips dan kaca putih, sedangkan jendela bagian dalam terbuat dari gips dan kaca berwarna. Saat menghitung jumlah jendela di al Musalla al Qibli, ia menemukan bahwa jumlahnya melebihi 100. Setiap jendela memiliki sisi dalam dan luar, dan 25 di antaranya membawa tanda tangannya.
وبشأن نافذة صنعها الموسوس ولها مكانة خاصة في قلبه، تنهد وقال “أول نافذة صنعتها عام ١٩٨٢ مكتوب عليها عبارة لا إله إلا الله محمد رسول الله ومكونة من 3 طبقات، طعّمتها بالزجاج الكحلي والأصفر والتركواز وتوجد أعلى محراب المصلى القبلي، ومن خلالها فرضت أسلوبي وثقافتي الفنية وحازت على ثقة المهندس المسؤول عني الذي ترك لي حرية الاختيار والعمل حتى تقاعدي”.
Ketika ditanya tentang jendela yang memiliki tempat istimewa di hatinya, Bashir menghela napas dan berkata, “Jendela pertama yang saya buat pada tahun 1982 bertuliskan La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah. Jendela ini terdiri dari tiga lapisan, dihiasi dengan kaca biru tua, kuning, dan turquoise. Letaknya berada di atas mihrab al Musalla al Qibli. Melalui jendela ini, saya menunjukkan gaya dan budaya seni saya, dan mendapatkan kepercayaan dari insinyur yang bertanggung jawab, sehingga saya diberikan kebebasan dalam memilih dan bekerja hingga saya pensiun.”
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : al Jazeera
Leave a Reply