التأويل: معناه، أقسامه، ما يجوز منه وما لا يجوز.
Bahasan Ta’wil : Makna, Klasifikasi, Apa yang Diperbolehkan dan Tidak Diperbolehkan (Bagian Kedua)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Bahasan Ta’wil ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
فأما قوله تعالى:
Adapun firman Allah Ta’ala:
{وما يعلم تأويله إلا الله والراسخون في العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا}:
“Dan tidak ada yang mengetahui takwilnya selain Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya, mereka berkata, ‘Kami beriman kepadanya, semuanya dari sisi Rabb kami’” (Surah Ali Imran ayat 7).
فيحتمل أن يكون المراد بالتأويل فيها التفسير، ويحتمل أن يكون المراد به مآل الكلام إلى حقيقته بناء على الوقف فيها والوصل. فعلى قراءة الوقف عند قوله: {إلا الله}؛
Ayat ini dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan ta’wil adalah penafsiran, atau dapat juga berarti hasil akhir dari pembicaraan yang menunjukkan hakikatnya, bergantung pada cara membaca (berhenti atau menyambung) pada kata “illa Allah” (kecuali Allah).
يتعين أن يكون المراد به مآل الكلام إلى حقيقته؛ لأن حقائق ما أخبر الله به عن نفسه وعن اليوم الآخر لا يعلمها إلا الله -عز وجل-، وعلى قراءة الوصل يتعين أن يكون المراد به التفسير؛ لأن تفسيره معلوم للراسخين في العلم، فلا يختص علمه بالله تعالى.
Jika dibaca dengan berhenti pada “illa Allah”, maka yang dimaksud adalah hasil akhir dari pembicaraan menuju hakikatnya, karena hakikat yang diberitakan oleh Allah tentang Diri-Nya dan tentang hari kiamat hanya diketahui oleh Allah saja. Sedangkan jika dibaca sambung, maka yang dimaksud adalah penafsiran, karena penafsirannya diketahui oleh orang-orang yang mendalam ilmunya, dan tidak terbatas hanya pada pengetahuan Allah saja.
فنحن نعلم معنى الاستواء أنه العلو والاستقرار، وهذا هو التأويل المعلوم لنا، لكننا نجهل كيفيته وحقيقته التي هو عليها، وهذا هو التأويل المجهول لنا،
Sebagai contoh, kita mengetahui makna dari istawaa (‘uluw wa istiqraar [tinggi dan tetap]), yang merupakan penafsiran yang kita ketahui, namun kita tidak tahu bagaimana sesungguhnya hakikatnya pada Allah, yang merupakan ta’wil yang tidak diketahui oleh kita.
وكذلك نعلم معاني ما أخبرنا الله به من أسمائه وصفاته، ونميز الفرق بين هذه المعاني، فنعلم معنى الحياة، والعلم، والقدرة، والسمع، والبصر، ونحو ذلك، ونعلم أن الحياة ليست هي العلم، وأن العلم ليس هو القدرة، وأن القدرة ليست هي السمع، وأن السمع ليس هو البصر، وهكذا بقية الصفات والأسماء، لكننا نجهل حقائق هذه المعاني وكنْهها الذي هي عليه بالنسبة إلى الله -عز وجل-.
Demikian pula, kita mengetahui makna dari apa yang Allah kabarkan kepada kita mengenai nama-nama dan sifat-sifat-Nya, dan kita dapat membedakan perbedaan antara makna-makna tersebut. Kita mengetahui makna hayat (kehidupan), ‘ilm (pengetahuan), qudrah (kemampuan), sama‘ (pendengaran), basar (penglihatan), dan sifat-sifat lainnya. Kita juga mengetahui bahwa hayat bukanlah ‘ilm, ‘ilm bukanlah qudrah, qudrah bukanlah sama‘, dan sama‘ bukanlah basar. Begitu pula halnya dengan sifat-sifat dan nama-nama lainnya. Namun, kita tidak mengetahui hakikat sebenarnya dari makna-makna ini atau bagaimana kenyataannya pada Allah –Azza wa Jalla.
وهذان المعنيان للتأويل هما المعنيان المعروفان في الكتاب، والسنة، وكلام السلف.
Kedua makna ta’wil ini dikenal dalam Al-Qur’an, sunnah, dan perkataan para salaf.
المعنى الثالث للتأويل: صرف اللفظ عن المعنى الراجح إلى المعنى المرجوح لدليل يقتضيه. وإن شئت فقل: صرف اللفظ عن ظاهره إلى معنى يخالف الظاهر لدليل يقتضيه.
Makna ketiga dari ta’wil :
Mengalihkan makna suatu lafazh dari makna yang lebih kuat (rajih) ke makna yang lebih lemah (marjuh) karena adanya dalil yang mengharuskannya. Atau, jika Anda mau, dapat pula dikatakan: mengalihkan makna lafazh dari makna lahiriahnya ke makna yang bertentangan dengan lahiriahnya karena adanya dalil yang mengharuskannya.
وهذا اصطلاح كثير من المتأخرين الذين تكلموا في الفقه وأصوله، وهو الذي عناه أكثر من تكلم من المتأخرين في تأويل نصوص الصفات، وهل هو محمود أو مذموم؟ وهل هو حق أو باطل؟
Ini adalah istilah yang banyak digunakan oleh para ulama muta’akhirin (ulama kontemporer) yang membahas fiqih dan ushul fiqih. Inilah yang dimaksud oleh sebagian besar ulama muta’akhirin ketika berbicara tentang ta’wil dalam nash-nash sifat Allah: apakah ia terpuji atau tercela? Apakah ia benar atau batil ?
والتحقيق: أنه إن دل عليه دليل صحيح فهو حق محمود يعمل به، ويكون من المعنى الأول للتأويل وهو التفسير، لأن تفسير الكلام تأويله إلى ما أراده المتكلم به سواء كان على ظاهره أم على خلاف ظاهره ما دمنا نعلم أنه مراد المتكلم
Kesimpulan yang tepat adalah: jika ta’wil itu didukung oleh dalil yang sahih, maka ia adalah sesuatu yang benar, terpuji, dan wajib diamalkan. Dalam hal ini, ta’wil menjadi bagian dari makna pertama ta’wil, yaitu tafsir. Sebab, penafsiran suatu kalam adalah mengarahkan maknanya kepada apa yang dimaksudkan oleh pembicara, baik maknanya sesuai dengan lahiriahnya maupun berbeda dari lahiriahnya, selama kita mengetahui bahwa itu memang maksud dari pembicara (mutakallim)
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply