تفسير الإقعاء بين السجدتين
Tafsir tentang Iq‘a (Duduk Antara Dua Sujud)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Tafsir tentang Iq‘a (Duduk Antara Dua Sujud) ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan
في الجلسة بين السجدتين أيجوز لي أن أجلس بنصب أصابع رجلي ووضع الإليتين على العقبين ، وقد سمعت أن الرسول صلى الله عليه وسلم قد نهى عن هذه الجلسة ؛ أفيدونا جزاكم الله خيراً.
Ketika duduk di antara dua sujud, apakah diperbolehkan untuk duduk dengan menegakkan jari-jari kaki dan meletakkan bokong di atas tumit ? Saya mendengar bahwa Rasulullah ﷺ melarang posisi duduk seperti ini. Mohon penjelasannya, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.
الإجابــة
Jawaban
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد :
فقد جاءت أحاديث كثيرة عن النبي صلى الله عليه وسلم تنهى عن الإقعاء، لكن لم يصح منها شيء -كما قال بعض أهل العلم- ومنها ما رواه ابن ماجه عن أنس قال: قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم :
Terdapat banyak hadis Nabi ﷺ yang melarang iq‘a (posisi duduk tertentu). Namun, sebagian ulama menyatakan bahwa tidak ada satu pun dari hadits-hadits tersebut yang shahih. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas radhiyallahu ‘anhu yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
“إذا رفعت رأسك من السجود فلا تقع كما يقعي الكلب”
“Jika engkau mengangkat kepalamu dari sujud, janganlah duduk seperti duduknya anjing.”
وقد اختلف العلماء في تفسير الإقعاء المنهي عنه؟ فمنهم من قال: هو نصب القدمين والجلوس على العقبين، ومنهم من قال: هو الجلوس على الأليتين ونصب الركبتين مثل إقعاء الكلب والسبع، وهذا هو تفسير أهل اللغة للإقعاء، وهو المنهي عنه على الراجح،
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan iq‘a (cara duduk) yang dilarang. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa iq‘a yang dimaksud adalah menegakkan kedua telapak kaki sambil duduk di atas kedua tumit. Sementara itu, sebagian yang lain berpendapat bahwa iq‘a adalah duduk di atas kedua pangkal paha sambil menegakkan kedua lutut, mirip dengan cara duduk anjing atau binatang buas. Penafsiran yang terakhir ini adalah makna yang disampaikan oleh para ahli bahasa tentang iq‘a, dan inilah yang dianggap sebagai bentuk iq‘a yang dilarang menurut pendapat yang lebih kuat.
أما الجلوس على العقبين فإن هذا جائز؛ بل من السنة .
Adapun duduk di atas kedua tumit, hal ini diperbolehkan—bahkan merupakan bagian dari sunnah.
قال النووي في المجموع “فروع في الإقعاء” قد ذكرنا أن الأحاديث الواردة في النهي عنه مع كثرتها ليس فيها شيء ثابت، وبينا رواتها وثبت عن طاووس قال ” قلنا لابن عباس في الإقعاء على القدمين قال: هي السنة فقلنا: إنا لنراه جفاءً بالرجل، قال: بل هي سنة نبيك صلى الله عليه وسلم” رواه مسلم
Imam Nawawi dalam al Majmu‘ berkata, “Dalam pembahasan tentang iq‘a, kami telah menyebutkan bahwa meskipun banyak hadits yang melarangnya, tidak ada satu pun yang dapat dibuktikan keabsahannya. Kami juga telah menjelaskan perawi-perawi hadits tersebut. Namun, telah diriwayatkan dari Thawus bahwa kami berkata kepada Ibnu Abbas tentang iq‘a di atas kedua telapak kaki, beliau menjawab, ‘Itu adalah sunnah.’ Kami berkata, ‘Kami menganggapnya sebagai perbuatan kasar terhadap kaki.’ Beliau menjawab, ‘Tidak, itu adalah sunnah Nabi kalian e.’ Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.”
في صحيحه، وفي رواية للبيهقي عن ابن عباس رضي الله عنهما قال “من سنة الصلاة أن تمس أليتاك عقبيك بين السجدتين”.
Dalam Shahih Muslim, dan dalam riwayat al Baihaqi dari Ibn Abbas j, beliau berkata, “Di antara sunnah dalam shalat adalah meletakkan kedua bokong di atas kedua tumit antara dua sujud.”
وذكر البيهقي من حديث ابن عباس هذا، ثم روي عن ابن عمر رضي الله عنهما “أنه كان إذا رفع رأسه من السجدة الأولى يقعد على أطراف أصابعه ويقول: إنه من السنة” ثم روى عن ابن عمر ، و ابن عباس رضي الله عنهم أنهما كانا يقعيان
Al Baihaqi juga menyebutkan hadits dari Ibn Abbas ini, kemudian diriwayatkan pula bahwa Ibn Umar j berkata, “Jika dia mengangkat kepalanya dari sujud pertama, dia duduk di ujung jari-jari kakinya dan berkata, ‘Ini adalah sunnah.’ ” Kemudian al Baihaqi meriwayatkan bahwa Ibn Umar dan Ibn Abbas i berdua sering melakukan iq‘a.
ثم روى عن طاووس أنه كان يقعي وقال: رأيت العبادلة يفعلون ذلك عبد الله بن عمر ، وعبد الله بن عباس ، وعبد الله بن الزبير رضي الله عنهم قال: البيهقي فهذا الإقعاء المرضي فيه والمسنون على ما روينا عن ابن عباس ، وابن عمر : هو أن يضع أطراف أصابع رجليه على الأرض، ويضع أليتيه على عقبيه ويضع ركبتيه على الأرض
Kemudian al Baihaqi meriwayatkan dari Thawus bahwa ia melakukan iq‘a dan berkata, “Saya melihat para ‘Abadilah melakukan hal tersebut, yaitu Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Zubair h” Al Baihaqi menjelaskan bahwa iq‘a yang sahih dan dianjurkan, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibn Abbas dan Ibn Umar, adalah dengan meletakkan ujung jari-jari kaki di atas tanah, meletakkan kedua bokong di atas kedua tumit, dan meletakkan lutut di tanah.
ثم روى الأحاديث الواردة في النهي عن الإقعاء بأسانيدها عن الصحابة الذين ذكرناهم ثم ضعفها كلها وبين ضعفها، وقال: حديث ابن عباس ، وابن عمر صحيح ثم روى عن أبي عبيد أنه حكى عن شيخه أبي عبيدة أنه قال: الإقعاء أن يلصق أليتيه بالأرض وينصب ساقيه ويضع يديه بالأرض.
Selanjutnya, al Baihaqi meriwayatkan hadits-hadits yang melarang iq‘a dengan sanad yang berasal dari sahabat-sahabat yang telah disebutkan, kemudian beliau melemahkan semua sanad tersebut dan menunjukkan kelemahan-kelemahannya. Beliau menyatakan bahwa hadits dari Ibn Abbas dan Ibn Umar adalah sahih. Kemudian al Baihaqi meriwayatkan dari Abu Ubaid yang berkata bahwa gurunya, Abu ‘Ubaid, mengatakan bahwa iq‘a adalah meletakkan kedua bokong di atas tanah, menopang betis, dan meletakkan kedua tangan di atas tanah.
وقال في موضع آخر: الإقعاء جلوس الإنسان على أليتيه ناصباً فخذيه مثل إقعاء الكلب والسبع،
Dan beliau (al Baihaqi) mengatakan di tempat lain: “Iq‘a adalah duduk di atas kedua bokong dengan menegakkan paha, seperti posisi iq‘a anjing atau binatang buas.”
قال البيهقي: وهذا النوع من الإقعاء غير ما رويناه عن ابن عباس ، وابن عمر رضي الله عنهم فهذا منهي عنه، وما رويناه عن ابن عباس ، وابن عمر مسنون،
Beliau berkata, “Ini adalah jenis iq‘a yang berbeda dari yang kami riwayatkan dari Ibn Abbas dan Ibn Umar h, dan ini adalah yang dilarang. Sedangkan yang kami riwayatkan dari Ibn Abbas dan Ibn Umar adalah yang dianjurkan.”
قال: وأما حديث عائشة رضي الله عنها عن النبي صلى الله عليه وسلم “أنه كان ينهى عن عقب الشيطان” فيحتمل أن يكون وارداً في الجلوس للتشهد الأخير فلا يكون منافياً لما رواه ابن عباس ، وابن عمر في الجلوس بين السجدتين “.
Beliau juga menambahkan bahwa hadits dari Aisyah h yang menyatakan bahwa Nabi e melarang “posisi tumit setan” kemungkinan merujuk pada posisi duduk saat tasyahhud terakhir, sehingga tidak bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dan Ibn Umar mengenai posisi duduk antara dua sujud.
هذا آخر كلام البيهقي -رحمه الله- ولقد أحسن وأجاد وأتقن وأفاد وأوضح إيضاحاً شافياً وحرر تحريراً وافياً -رحمه الله- وأجزل مثوبته” انتهى من المجموع .
ni adalah akhir dari perkataan al Baihaqi p, dan beliau telah memberikan penjelasan yang sangat baik, sempurna, dan jelas, serta memberikan pemahaman yang lengkap tentang masalah ini, semoga Allah memberikan pahala yang besar kepadanya.
والخلاصة أن الجلسة المذكورة في السؤال ليست هي الاقعاء المنهي عنه .
Kesimpulannya, posisi duduk yang disebutkan dalam pertanyaan bukanlah iq‘a yang dilarang.
والله أعلم.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply