التأويل: معناه، أقسامه، ما يجوز منه وما لا يجوز.
Bahasan Ta’wil : Makna, Klasifikasi, Apa yang Diperbolehkan dan Tidak Diperbolehkan (Bagian Keempat)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Bahasan Ta’wil ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
هذه المسألة من المسائل التي كثر الخوض فيها دون ضابط أو منهج صحيح، ولذلك ضل فيها طائفتان:
Masalah ini termasuk salah satu isu yang sering dibahas tanpa aturan atau metodologi yang benar. Karena itu, dua kelompok tersesat dalam masalah ini:
طائفة: ظنت أنه إذا كان بعض نصوص الصفات ليس على ظاهره، مثل حديث: عبدي مرضت، ونحوه، فهو دليل على جواز التأويل لكل نص وارد في الصفات دل ظاهره على التشبيه أو خالف المعقول مثلًا، ولو كان ثبوته ودلالته قطعيين -وهذا قول طوائف أهل الكلام مع تفاوتهم في ذلك-.
Kelompok pertama: Mereka mengira bahwa jika sebagian teks mengenai sifat-sifat (Allah) tidak bermakna zhahirnya, seperti hadits “Wahai hamba-Ku, Aku sakit” dan yang semisalnya, maka hal itu menjadi dalil bahwa semua teks tentang sifat-sifat (Allah) yang zhahirnya menunjukkan penyerupaan (tasybih) atau bertentangan dengan akal, misalnya, boleh dita’wil, meskipun keberadaan dan indikasinya bersifat qath’i (pasti). Inilah pendapat berbagai kelompok ahli kalam, meskipun ada perbedaan di antara mereka dalam masalah ini.
وطائفة: عكست الأمر فظنت إنه إذا كان لا يجوز التأويل في نصوص الصفات، فكذلك النصوص الأخرى يجب حملها على ظاهرها، ولو دلت القرائن على أن هذا الظاهر الفاسد منتف، وهؤلاء كثيرًا ما يخلطون بين الأحاديث الصحيحة والموضوعة.
Kelompok kedua: Sebaliknya, mereka mengira bahwa jika ta’wil tidak diperbolehkan dalam teks-teks tentang sifat-sifat (Allah), maka semua teks lainnya juga harus dipahami sesuai makna zahirnya, meskipun terdapat indikasi (qarinah) yang menunjukkan bahwa makna zhahir tersebut keliru dan tidak mungkin dimaksudkan. Kelompok ini sering mencampuradukkan antara hadits-hadits yang shahih dan yang palsu (maudhu’).
وكل من الطائفتين لم يوفق إلى الحق والصواب، بل وقع في البدعة وخالف النصوص الدالة على إثبات الصفات لله من غير تمثيل ولا تعطيل. وسبب ذلك أنهم لم يفرقوا في النصوص بين ما هو من الصفات وما ليس منها، وإنما خلطوا الأمر إما إثباتًا أو نفيًا وتعطيلًا.
Kedua kelompok tersebut tidak mencapai kebenaran dan ketepatan, bahkan mereka jatuh ke dalam bid’ah dan menyelisihi teks-teks yang menunjukkan penetapan sifat-sifat Allah tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa ta’thil (peniadaan). Penyebabnya adalah karena mereka tidak membedakan antara teks-teks yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah dan yang bukan. Sebaliknya, mereka mencampuradukkan keduanya, baik dalam hal penetapan maupun penafian dan peniadaan sifat.
وقد اهتم شيخ الإسلام بهذا الأمر، وميز تمييزًا واضحًا بين النصوص الدالة على الصفات، والنصوص التي ليست منها، إما لعدم ثبوتها، أو لأن القرائن دلت على أنها ليست من الصفات. بل قد قال شيخ الإسلام جازمًا:
Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah sangat memperhatikan masalah ini dan membuat pembeda yang jelas antara teks-teks yang menunjukkan sifat-sifat Allah dan teks-teks yang tidak termasuk sifat, baik karena tidak shahih sanadnya maupun karena indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa teks tersebut bukan termasuk sifat-sifat Allah. Bahkan, Syaikhul Islam dengan tegas menyatakan:
“وأما الذي أقوله الآن وأكتبه -وإن كنت لم أكتبه فيما تقدم من أجوبتي، وإنما أقوله في كثير من المجالس- أن جميع ما في القرآن من آيات الصفات فليس عن الصحابة اختلاف في تأويلها.
“Adapun yang aku katakan sekarang dan aku tuliskan—meskipun sebelumnya aku belum menuliskannya dalam jawaban-jawabanku yang terdahulu, tetapi aku sering menyebutkannya di banyak majelis—adalah bahwa semua ayat dalam Al Quran yang berkaitan dengan sifat-sifat (Allah), tidak ada perselisihan di kalangan sahabat dalam menakwilkannya.
وقد طالعت التفاسير المنقولة عن الصحابة وما رووه من الحديث، ووقفت من ذلك على ما شاء الله تعالى من الكتب الكبار والصغار أكثر من مائة تفسير، فلم أجد -إلى ساعتي هذه- عن أحد من الصحاب أنه تأول شيئًا من آيات الصفات أو أحاديث الصفات بخلاف مقتضاها المفهوم المعروف”.
Aku telah menelaah tafsir-tafsir yang dinukil dari para sahabat, juga hadits-hadits yang mereka riwayatkan, dan aku telah membaca, dengan izin Allah, banyak kitab besar maupun kecil, lebih dari seratus kitab tafsir. Hingga saat ini, aku belum menemukan satu pun dari sahabat yang menakwilkan ayat-ayat tentang sifat-sifat Allah atau hadits-hadits tentang sifat-sifat (Allah) dengan makna yang berbeda dari makna yang jelas dan umum dipahami.”
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply