Tidak Ada Pengganti Agama (4)



لا بديل عن الدين

Tidak Ada Pengganti Agama (Bagian Empat)

د. يوسف القرضاوي

Oleh : DR. Yusuf al Qaradhawiy

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Tidak Ada Pengganti Agama ini bagian dari Koleksi Terjemahan Tulisan Yusuf al Qaradhawiy

وأبعد الفلسفات عن هداية الإنسان وإسعاده هي الفلسفات المادية، التي تنكر أن للكون إلها، وأن للإنسان روحًا، وأن وراء الدنيا آخرة. وعلى رأس هذه الفلسفات: الفلسفة الماركسية القائمة على المادة الجدلية، والتي تتبنى مقولة بعض الفلاسفة الماديين:

Filsafat yang paling jauh dari petunjuk dan kebahagiaan manusia adalah filsafat materialistik. Filsafat ini menolak keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta, mengingkari adanya jiwa pada manusia, dan menafikan kehidupan akhirat. Salah satu contohnya adalah filsafat Marxisme yang berbasis pada materialisme dialektis. Filsafat ini bahkan mengadopsi pandangan sebagian filsuf materialistik :

ليس صوابًا أن الله خلق الإنسان، بل الصواب أن الإنسان هو الذي خلق الله !! 

“Bukan Tuhan yang menciptakan manusia, tetapi manusialah yang menciptakan Tuhan!”

ومثل ذلك: الفلسفات العبثية والعدمية والشكية؛ فكلها فلسفات تهدم ولا تبني، وتميت ولا تحيى.

Selain itu, ada pula filsafat absurd, nihilisme, dan skeptisisme. Semuanya adalah filsafat yang merusak tanpa membangun, mematikan tanpa menghidupkan.

ويُبيِّن شيخنا الدكتور دراز الفرق بين: الفلسفة والدين، فيرى أن الفلسفة فكرة هادئة باردة، أما الدين فهو قوة دافعة، فعالة، خلّاقة، لا يقف في سبيلها شيء في الكون إلا استهانت به أو تبلغ هدفها.

Syaikh kami, Dr. Draz, menjelaskan perbedaan antara filsafat dan agama. Menurut beliau, filsafat adalah pemikiran yang tenang dan dingin, sedangkan agama adalah kekuatan yang dinamis, aktif, dan kreatif. Agama tidak terhalang oleh apapun hingga mencapai tujuannya.

ذلك هو فصل ما بين الفلسفة والدين، غاية الفلسفة المعرفة، وغاية الدين الإيمان، مطلب الفلسفة فكرة جافة، ترتسم في صورة جامدة، ومطلب الدين روح وثابة وقوة محركة.

Inilah perbedaan mendasar antara filsafat dan agama. Tujuan filsafat adalah pengetahuan, sementara tujuan agama adalah iman. Filsafat mencari pemikiran kering yang membentuk gambaran statis, sedangkan agama menciptakan semangat yang membara dan kekuatan yang menggerakkan.

لا نقول كما يقول كثير من الناس: إن الفلسفة تخاطب العقول، وإن الدين في كل أوضاعه لا يقنع بعمل العقل قليلًا أو كثيرًا حتى يضم إليه ركون القلب.

Kami tidak mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh banyak orang bahwa filsafat hanya berbicara kepada akal, sedangkan agama tidak akan puas dengan kerja akal sedikit atau banyak tanpa melibatkan ketenangan hati.

الفلسفة تعمل إذًا في جانب من جوانب النفس، والدين يستحوذ عليها في جملها؛ ومن هنا يُستنبَط فرق دقيق بين الفلسفة والدين: ذلك أن غاية الفلسفة نظرية، حتى في قسمها العملي،

Filsafat bekerja pada salah satu sisi jiwa, sedangkan agama menguasai jiwa secara keseluruhan. Dari sini dapat ditarik perbedaan halus antara filsafat dan agama: tujuan filsafat bersifat teoretis, bahkan dalam aspek praktisnya sekalipun. Sebaliknya, tujuan agama bersifat praktis, bahkan dalam sisi ilmiahnya.

وغاية الدين عملية، حتى في جانبه العلمي، فأقصى مطالب الفلسفة أن تعرفنا الحق والخير ما هما؟ وأين هما؟ ولا يعنيها بعد ذلك موقفنا من الحق الذي تعرفه، والخير الذي تحدده.

Tujuan tertinggi filsafat adalah mengenalkan kepada kita apa itu kebenaran dan kebaikan, serta di mana keduanya berada. Namun, filsafat tidak peduli dengan sikap kita terhadap kebenaran yang telah dikenalnya atau kebaikan yang telah ditentukannya.

أما الدين فيعرفنا الحق لا لنعرفه فحسب، بل لنؤمن به ونحبه ونمجده، ويعرفنا الواجب لنؤديه ونوفيه، ونكمل نفوسنا بتحقيقه.

Sedangkan agama mengenalkan kepada kita kebenaran bukan hanya untuk diketahui, tetapi juga untuk diimani, dicintai, dan dimuliakan. Agama juga mengenalkan kepada kita kewajiban, bukan sekadar untuk dipahami, tetapi untuk dilaksanakan, dipenuhi, dan menyempurnakan jiwa kita melalui pelaksanaannya.

ثم يُبيِّن شيخنا أن الدين حركة شعبية (ديمقراطية) عامة، والفلسفة حركة (أرستقراطية) خاصة. فالدين يسعى بطبيعته إلى الانتشار، والفلسفة تجنح إلى العزلة، داعية الدين وسط الجماهير، ورجل الفلسفة في برجه العاجي، فإذا رأيت فيلسوف يدعو إلى مذهبه فقد تغير وضعه، وتحولت فكرته إلى إيمان، وإذا رأيت مؤمنًا لا يهتم إلا بنفسه فقد استحالت نار إيمانه إلى رماد.

Syekh kami juga menjelaskan bahwa agama adalah gerakan rakyat yang bersifat umum (demokratis), sedangkan filsafat adalah gerakan yang bersifat khusus (aristokratis). Agama, secara alami, berusaha untuk menyebar, sedangkan filsafat cenderung untuk menyendiri. Penyebar agama berada di tengah-tengah masyarakat, sedangkan seorang filsuf berada di menara gadingnya. Maka jika engkau melihat seorang filsuf mengajak orang kepada pemikirannya, maka posisinya telah berubah, dan gagasannya telah bertransformasi menjadi keyakinan. Sebaliknya, jika kamu melihat seorang mukmin yang hanya peduli pada dirinya sendiri, maka api imannya telah berubah menjadi abu.

Alhamdulillah selesai rangkaian tulisan 4 (Empat) Seri



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.