الجملة الاعتراضية في القرآن
al Jumlah al I’tiradhiyah di Al Quran (Bagian Kedua)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel al Jumlah al I’tiradhiyah di Al Quran ini masuk dalam Kategori Serial Bahasa al Quran
كما أن الزركشي في “البرهان” تحدث عن الجملة المعترضة، تعريفاً، وتمثيلاً، واعتباراً، وغرضاً، ونقل عن الشيخ عز الدين بن عبد السلام، أن
Demikian pula, az Zarkasyi dalam al Burhan membahas tentang kalimat interposisi, mencakup definisi, contoh, pertimbangan, dan tujuan penggunaannya. Ia juga mengutip pendapat Syekh ‘Izzuddin bin Abdus Salam yang mengatakan bahwa,
“الجملة المعترضة تارة تكون مؤكِّدة، وتارة تكون مشدِّدة؛ لأنها إما ألا تدل على معنى زائد على ما دل عليه الكلام، بل دلت عليه فقط، فهي مؤكِّدة، وإما أن تدل عليه وعلى معنى زائد فهي مشدِّدة”.
Kalimat interposisi kadang bersifat menguatkan (mu’akkidah), dan kadang bersifat mempertegas (musyaddidah); karena terkadang kalimat ini tidak memberikan makna tambahan selain apa yang telah disampaikan sebelumnya, melainkan hanya menegaskannya saja, sehingga ia bersifat menguatkan. Namun, jika kalimat ini memberikan makna tambahan selain penegasan, maka ia bersifat mempertegas.”
وقد ذكر الزمخشري أمراً لا ينبغي أن يُغفل عنه في هذا السياق، حاصله أن “الجمل الاعتراضية لا بد لها من اتصال بما وقعت معترضة فيه”، وهذا يعني: أن الجملة المعترضة لا تكون مقطوعة الصلة عن السياق الذي وردت فيه، بل لا بد لها أن تكون على صلة به من جهة اللفظ أو من جهة المعنى. والأمثلة تزيد الأمر وضوحاً.
Az Zamakhsyari menyampaikan hal penting yang tidak boleh diabaikan dalam konteks ini, yaitu bahwa “Kalimat interposisi harus memiliki keterkaitan dengan konteks yang disisipinya.” Ini berarti, kalimat interposisi tidak boleh terputus dari hubungan dengan kalimat utama baik dari segi lafaz maupun makna. Contoh-contoh berikut akan semakin memperjelas hal ini.
فقوله تعالى:
Sebagai contoh, firman Allah:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۙ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ (محمد : ٢)،
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad – dan itulah kebenaran dari Robb mereka- Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.” (Surah Muhammad ayat 2)
تضمن جملة معترضة، هي قوله سبحانه:
Ayat ini mengandung kalimat interposisi, yaitu firman-Nya :
وَهُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۙ
– dan itulah kebenaran dari Robb mereka-
والغرض من هذه الجملة تأكيد أن القرآن من عند الله سبحانه. قال ابن كثير :
Tujuan kalimat ini adalah untuk menegaskan bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah. Ibnu Katsir berkata,
“قوله: {وهو الحق من ربهم} جملة معترضة حسنة”.
“Firman-Nya: ‘Dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka’ adalah kalimat interposisi yang indah.”
وقال الآلوسي: “وهو جملة معترضة بين المبتدأ والخبر، مفيدة لحصر الحقية فيه”.
Al Alusi juga menjelaskan, “Ini adalah kalimat interposisi antara subjek (mubtada) dan predikat (khabar), yang menunjukkan pengkhususan kebenaran hanya untuk Al-Qur’an.”
وقال ابن عاشور: “وزيد في جانب المؤمنين التنويه بشأن القرآن بالجملة المعترضة قوله: {وهو الحق من ربهم}.
Sedangkan Ibnu Asyur menambahkan, “Dalam konteks ini, di sisi kaum mukminin, terdapat penghormatan tambahan terhadap Al-Qur’an melalui kalimat interposisi: ‘Dan itulah kebenaran dari Rabb mereka.’”
وقوله تعالى:
Contoh lain adalah firman Allah:
قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ
“Sesungguhnya para raja, apabila memasuki suatu negeri, mereka akan merusaknya dan menjadikan penduduk yang mulia menjadi hina. Dan demikianlah yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan hadiah kepada mereka, lalu aku akan menunggu apa yang dibawa kembali oleh para utusan itu.” (Surah An Naml ayat 34-35)
تضمن جملة معترضة، هي قوله سبحانه:
Ayat ini mengandung kalimat interposisi, yaitu firman-Nya:
وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ
“Dan demikianlah yang mereka lakukan.”
وقد جيء بها – على ما ذكره صاحب الكشاف – لتقرير ما يفعله الملوك عادة من إفساد البلاد، وإذلال العباد.
Menurut az Zamakhsyari dalam al Kasysyaf, tujuan dari kalimat ini adalah untuk menegaskan kebiasaan para raja yang seringkali merusak negeri dan merendahkan penduduknya.
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply