
جواز الاعتماد على قول الطبيب الكافر الموثوق في الفطر
Bolehnya Mengandalkan Perkataan Dokter Non-Muslim yang Terpercaya dalam Masalah Berbuka Puasa
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Diagnosa Dokter Non Muslim dalam Masalah Berbuka Puasa ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
سؤالي: زوجتي حامل فى نهاية الشهر الثالث ولله الحمد ولكنها لا زالت تعاني من أعراض الحمل مثل القيء وصعوبة فى التنفس، والإجهاد والحموضة الزائدة وكراهة معظم الأغذية على سبيل المثال الحليب والزبادي واللحوم وغيرها،
Pertanyaan saya: Istri saya sedang hamil di akhir bulan ketiga – alhamdulillah – namun ia masih merasakan gejala-gejala kehamilan seperti muntah, kesulitan bernafas, kelelahan, asam lambung berlebih, dan tidak suka terhadap sebagian besar makanan seperti susu, yogurt, daging, dan lain-lain.
وبما أننا مقيمون فى فرنسا لغرض العمل فقد قمنا باستشارة الطبيبة التي تتابع حمل زوجتي وهي فرنسية وغير مسلمة بخصوص صوم زوجتي لشهر رمضان فقالت بأنه لا ينبغي لها أن تصوم ويجب أن تفطر، ولكننا لم نطمئن لقرارها بحكم أنها غير مسلمة،
Karena kami tinggal di Prancis untuk bekerja, kami berkonsultasi dengan dokter kandungan istri saya yang berkebangsaan Prancis dan non-Muslim terkait puasa istri saya di bulan Ramadhan. Dokter tersebut mengatakan bahwa istri saya sebaiknya tidak berpuasa dan harus berbuka (tidak berpuasa). Namun kami kurang yakin dengan keputusannya karena dia bukan seorang Muslimah.
أريد أن أضيف معلومة وهي أن زوجتي أجهضت قبل عام ونصف تقريبا وبعدها عانت من نقص شديد فى الحديد مما سبب لها إعياء فى الجسم وصعوبة فى التنفس، واصفرارا فى الجسم مما دعا الأطباء لإعطائها دواء لزيادة الحديد استمرت عليه منذ ذلك الوقت وإلى بداية الشهر الثالث من الحمل.
Saya ingin menambahkan informasi bahwa istri saya pernah mengalami keguguran sekitar satu setengah tahun yang lalu, dan setelah itu mengalami kekurangan zat besi yang sangat parah sehingga menyebabkan tubuhnya lemah, kesulitan bernafas, dan tubuhnya menjadi kekuningan. Hal ini membuat para dokter memberinya obat penambah zat besi yang terus dikonsumsinya sejak saat itu hingga awal bulan ketiga kehamilannya.
سؤالي أثابكم الله: هل تصوم زوجتي رمضان أم تفطر؟ وفى حالة إفطارها هل عليها قضاء فقط أم قضاء مع إطعام مسكين عن كل يوم أفطرته؟ أمر آخر لديها ثلاثة أيام شك-الدورة الشهرية- من رمضان السنة الماضية فقد صامت ستة أيام قضاء وتشك فى ثلاثة أخرى كيف تقضيهم؟ وهل عليها كفارة؟
Pertanyaan saya, semoga Allah membalas kebaikan Anda: Apakah istri saya harus berpuasa di bulan Ramadhan atau boleh berbuka (tidak berpuasa)? Jika ia berbuka, apakah hanya wajib qadha saja atau qadha disertai memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ia tinggalkan? Satu hal lagi, istri saya ragu tentang tiga hari haid dari Ramadhan tahun lalu. Ia telah mengganti enam hari puasa dan masih ragu terhadap tiga hari lainnya. Bagaimana cara menggantinya? Apakah ada kafarat atas hal tersebut?
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:
فعندنا في موقعنا فتاوى كثيرة متعلقة بموضوع سؤالك، ولكننا نزيدك إيضاحاً فنقول: قد أباح الشارع للحامل أن تفطر إذا خافت على نفسها أو على ولدها،
Di situs kami terdapat banyak fatwa yang berkaitan dengan permasalahan ini. Namun, kami akan menambahkan penjelasan sebagai berikut: Syariat membolehkan wanita hamil untuk berbuka (tidak berpuasa) jika ia khawatir terhadap dirinya atau anaknya.
وقد قال ابن عباس في تفسير قوله تعالى:
Ibnu Abbas berkata dalam tafsir firman Allah Ta’ala:
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ
“Dan atas orang-orang yang berat menjalankannya (puasa) maka wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.” (Surah Al-Baqarah ayat 184).
: كانت رخصة للشيخ الكبير والمرأة الكبيرة وهما يطيقان الصيام أن يفطرا ويطعما مكان كل يوم مسكيناً، والحبلى والمرضع إذا خافتا على أولادهما أفطرتا وأطعمتا. رواه أبو داود.
Itu adalah keringanan bagi orang tua laki-laki dan perempuan yang sudah lanjut usia dan masih mampu berpuasa untuk berbuka dan memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Begitu pula wanita hamil dan menyusui, jika mereka khawatir terhadap anak-anak mereka, maka mereka boleh berbuka dan memberi makan seorang miskin. (Hadits Riwayat Imam Abu Dawud).
فإذا غلب على ظن زوجتك أنها تتضرر بالصوم أو أخبرها بذلك طبيب ثقة جاز لها الفطر،
Jika istri Anda berprasangka kuat bahwa ia akan mendapatkan bahaya jika berpuasa, atau hal itu telah diberitahukan oleh dokter yang terpercaya, maka ia boleh berbuka (tidak berpuasa).
وقد رجح بعض العلماء منهم العلامة ابن عثيمين جواز الاعتماد على قول الطبيب الكافر ما دام موثوقاً به في عمله، وإذا كنتما غير واثقين في خبر الطبيبة الكافرة فيمكنكما استشارة غيرها من الأطباء المسلمين، وإن لم تتمكنا من ذلك فلتعمل زوجتك بما يغلب على ظنها، لأن هذا هو ما تقدر عليه والله لا يكلف نفساً إلا وسعها،
Sebagian ulama, di antaranya Syaikh Ibnu Utsaimin, berpendapat bolehnya mengandalkan perkataan dokter non-Muslim selama ia terpercaya dalam pekerjaannya. Jika Anda berdua tidak merasa yakin dengan informasi dari dokter non-Muslim tersebut, maka kalian bisa berkonsultasi kepada dokter Muslim lainnya. Jika tidak memungkinkan, maka istri Anda boleh beramal berdasarkan prasangka kuatnya, karena itu adalah kemampuan maksimal yang ia miliki, dan Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kemampuannya.
فإذا أفطرت زوجتك خوفاً على نفسها فعليها القضاء فحسب، وإن أفطرت خوفاً على الولد فعليها مع القضاء إطعام مسكين عن كل يوم في قول الشافعي وأحمد.
Jika istri Anda berbuka karena takut terhadap dirinya, maka ia hanya wajib mengganti (qadha) saja. Namun, jika ia berbuka karena khawatir terhadap janinnya, maka selain wajib qadha juga wajib memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ia tinggalkan, menurut pendapat Imam Syafi’i dan Ahmad.
قال ابن قدامة رحمه الله: وجملة ذلك أن الحامل والمرضع إذا خافتا على أنفسهما فلهما الفطر وعليهما القضاء فحسب. لا نعلم فيه بين أهل العلم اختلافاً لأنهما بمنزلة المريض الخائف على نفسه، وإن خافتا على ولديهما أفطرتا وعليهما القضاء وإطعام مسكين عن كل يوم وهذا يروي عن ابن عمر وهو المشهور من مذهب الشافعي. انتهى.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: Kesimpulannya, wanita hamil dan menyusui jika khawatir terhadap dirinya, maka boleh berbuka dan hanya wajib qadha saja. Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hal ini, karena keduanya berada pada posisi seperti orang sakit yang khawatir terhadap dirinya. Namun, jika mereka khawatir terhadap anaknya, maka mereka boleh berbuka dan wajib qadha serta memberi makan seorang miskin untuk setiap hari. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Umar dan merupakan pendapat yang masyhur dalam mazhab Syafi’i. Selesai.
وأما الأيام الثلاثة التي تشك زوجتك في قضائها فإنه يلزمها أن تقضيها لتبرأ ذمتها بيقين، وانظر في الفتوى الأخرى هنا،
Adapun tiga hari yang diragukan istri Anda terkait sudah diganti atau belum, maka wajib baginya untuk menggantinya agar terbebas dari tanggungan secara yakin. Lihat penjelasan dalam fatwa lain di sini.
ثم إن أخرت القضاء عن رمضان التالي لعذر الحمل فليس عليها إلا القضاء حين تتمكن منه، وإن أخرت القضاء لغير عذر حتى دخل رمضان التالي فعليها مع القضاء إطعام مسكين عن كل يوم أخرت قضاءه لفتوى جماعة من الصحابة بذلك وهذا مذهب الجمهور.
Jika ia menunda qadha puasa tersebut hingga masuk Ramadhan berikutnya karena uzur hamil, maka tidak ada kewajiban selain qadha ketika ia mampu. Namun, jika penundaan tersebut tanpa uzur hingga masuk Ramadhan berikutnya, maka selain qadha juga wajib memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditunda qadhanya, berdasarkan fatwa sekelompok sahabat dan ini adalah pendapat jumhur ulama.
والله أعلم.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply