
أقوال العلماء في كفارة اليمين
Aqwal Ulama Tentang Kafarat Sumpah
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Aqwal Ulama Tentang Kafarat Sumpah ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
حلفت بالله بأنني لن أفعل ذلك الشيء وأنا في حالة غضب شديد وفعلته وقمت بالتكفير عن ذلك بإخراج الصدقة لعشرة مساكين فهل علي الصيام لمدة ثلاث أيام وجزاكم الله كل خيرا.
Saya telah bersumpah dengan menyebut nama Allah bahwa saya tidak akan melakukan sesuatu tersebut saat dalam keadaan sangat marah. Namun saya melakukannya juga, lalu saya menunaikan kafarat dengan bersedekah kepada sepuluh orang miskin. Apakah saya tetap wajib berpuasa selama tiga hari? Semoga Allah membalas kalian dengan sebaik-baik balasan.
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:
فإن ما فعل السائل الكريم من الحنث في اليمين إن كان لمصلحة هو الحكم إن شاء الله تعالى، ففي الصحيحين أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إني والله -إن شاء الله- لا أحلف على يمين ثم أرى خيرا منها إلا كفرت عن يميني وأتيت الذي هو خير .
Apa yang dilakukan oleh penanya yang mulia berupa melanggar sumpah, jika itu dilakukan untuk suatu maslahat, maka itu adalah hal yang dibenarkan insya Allah Ta’ala. Dalam Shahihain disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku tidak bersumpah atas suatu sumpah lalu aku melihat sesuatu yang lebih baik darinya, kecuali aku menunaikan kafarat sumpahku dan aku melakukan yang lebih baik tersebut.”
ففي هذا الحديث وغيره يبين لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن المسلم إذا حلف على يمين ورأى غيرها خيراً منها فليكفر عن اليمين ويأتي الذي هو خير، سواء كان ذلك في حالة الرضا أو الغضب -كما هو حال السائل الكريم-
Dalam hadits ini dan hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada kita bahwa seorang muslim jika bersumpah atas suatu perkara lalu melihat perkara lain lebih baik darinya, maka hendaknya ia menunaikan kafarat sumpahnya dan melakukan yang lebih baik tersebut, baik itu dalam keadaan ridha maupun marah — sebagaimana kondisi penanya yang mulia ini.
والكفارة التي أمرنا الله تعالى بها هي:
١- إطعام عشرة مساكين من أوسط الطعام.
٢- كسوة عشرة مساكين.
٣- تحرير رقبة مؤمنة.
Dan kafarat yang telah Allah Ta’ala perintahkan kepada kita adalah:
- Memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan yang sedang-sedang saja.
- Memberi pakaian kepada sepuluh orang miskin.
- Membebaskan seorang budak mukmin.
وهذه الثلاثة على التخيير فمن فعل واحدة منها أجزأته عن الباقي، فإذا عجز عن هذه الثلاثة انتقل إلى صيام ثلاثة أيام.
Ketiga hal tersebut bersifat pilihan. Siapa yang melakukan salah satunya maka itu telah mencukupi dari yang lainnya. Jika tidak mampu melakukan ketiganya, maka beralih kepada berpuasa selama tiga hari.
قال الله تعالى: …
Allah Ta’ala berfirman:
“Allah tidak menghukum kalian karena sumpah-sumpah yang tidak disengaja, tetapi Dia menghukum kalian karena sumpah-sumpah yang kalian sengaja. Maka kafaratnya adalah memberi makan sepuluh orang miskin dari makanan yang sedang-sedang saja yang biasa kalian berikan kepada keluarga kalian, atau memberi pakaian kepada mereka, atau membebaskan seorang budak. Maka barang siapa tidak menemukan, maka hendaklah ia berpuasa selama tiga hari. Itulah kafarat sumpah kalian apabila kalian bersumpah. Dan jagalah sumpah-sumpah kalian. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian agar kalian bersyukur.” (QS. Al-Maidah: 89)
وبهذا يتبين أن السائل ليس عليه صيام ثلاثة أيام إذا كانت الصدقة التي ذكر هي إطعام أو كسوة المساكين العشرة أو قيمة ذلك على خلاف في مسألة دفع قيمة كفارة اليمين،
Dengan demikian, jelaslah bahwa penanya tidak wajib berpuasa selama tiga hari jika sedekah yang disebutkan tersebut adalah berupa memberi makan atau memberi pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau nilai uang dari hal tersebut — meskipun terdapat perbedaan pendapat dalam masalah membayar kafarat sumpah dengan uang.
فإن الأئمة الثلاثة ذهبوا إلى عدم إجزاء القيمة، وذهب الأحناف إلى إجزائها،
Tiga imam madzhab berpendapat bahwa tidak sah membayar kafarat dengan uang, sedangkan madzhab Hanafi berpendapat bahwa itu sah.
وذهب المالكية إلى عدم جمعها وقالوا: لا بد من تفريقها على عشرة -كما هو ظاهر الآية- ولا يجزئ جمعها فيما دون العشرة.
Sedangkan madzhab Maliki berpendapat tidak boleh mengumpulkan nilai kafarat tersebut dan harus dibagikan kepada sepuluh orang — sebagaimana zahir ayat — dan tidak sah jika diberikan kepada kurang dari sepuluh orang.
فلينتبه الأخ السائل لكل ذلك.
Maka hendaknya saudara penanya memperhatikan semua hal ini.
والله أعلم.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply