
مقدار فدية من أخر قضاء رمضان حتى دخل رمضان آخر
Kadar Fidyah Bagi Orang yang Menunda Qadha Puasa Ramadhan hingga Masuk Ramadhan Berikutnya
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Kadar Fidyah Bagi Orang yang Menunda Qadha Puasa ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
سؤالي عن قضاء صيام حيث إني لم أصم أول سنة بعد بلوغي لجهلي بوجوب الصيام والآن ولله الحمد أتممت صيام تلك الأيام وعددها 15 يوما، سؤالي ما مقدار إطعام المسكين بالريال يعني كم بالريال أخرج عن كل يوم، وهل يجوز إخراجها في قسم الزكاة أو في أي قسم؟ جزاكم الله خيراً.
Pertanyaan saya tentang mengganti puasa. Saya tidak berpuasa pada tahun pertama setelah baligh karena ketidaktahuan saya tentang kewajiban puasa. Sekarang, alhamdulillah saya telah menyelesaikan puasa yang tertinggal tersebut, sebanyak 15 hari. Pertanyaan saya, berapa kadar fidyah per hari dalam bentuk riyal untuk memberi makan seorang miskin? Dan apakah boleh menyalurkan fidyah tersebut melalui bagian zakat atau melalui bagian lain? Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan.
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:
فقد اختلف العلماء في وجوب الفدية على من أخر قضاء رمضان عمداً حتى أقبل رمضان آخر، ومذهب الجمهور وجوبها وهو قول أبي هريرة وابن عباس ولا يُعلم لهما مخالف من الصحابة،
Para ulama berbeda pendapat tentang wajib tidaknya fidyah bagi orang yang sengaja menunda qadha puasa Ramadhan hingga datang Ramadhan berikutnya. Madzhab jumhur (mayoritas ulama) menyatakan bahwa fidyah wajib dibayarkan. Ini adalah pendapat Abu Hurairah dan Ibnu Abbas, dan tidak diketahui ada sahabat yang menyelisihi mereka.
ثم اختلف الموجبون للفدية في قدرها بناء على اختلافهم في الفدية الواجبة بالفطر للعاجز عن الصوم، فمذهب الشافعي أنها مد من طعام (بر أو غيره)، وقال أحمد هي مد من بُر (قمح) ونصف صاع من غيره،
Kemudian, para ulama yang mewajibkan fidyah berbeda pendapat dalam menentukan kadarnya, berdasarkan perbedaan mereka dalam fidyah yang diwajibkan bagi orang yang tidak mampu berpuasa. Madzhab Syafi’i menetapkan kadarnya adalah satu mud makanan (gandum atau selainnya), sedangkan Imam Ahmad mengatakan satu mud gandum (sekitar 750 gram) atau setengah sha’ dari selain gandum (sekitar 1,5 kg).
وقيل لا تتقدر لأن أنساً ضعُف عن الصوم عاماً فصنع جفنة ثريد ودعا ثلاثين مسكيناً أشبعهم. أخرجه الدارقطني وقال الألباني في الإرواء: إسناده صحيح.
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa kadarnya tidak ditentukan secara pasti, karena Anas bin Malik saat tidak mampu berpuasa di suatu tahun membuat satu wadah besar berisi roti basah (tsarid), lalu mengundang tiga puluh orang miskin dan mengenyangkan mereka. Riwayat ini diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dan Al-Albani menilainya shahih dalam kitab Irwa’ al-Ghalil.
وقال الشيخ العثيمين رحمه الله في الشرح الممتع: أما كيفية الإطعام، فله كيفيتان: الأولى: أن يصنع طعاماً فيدعو إليه المساكين بحسب الأيام التي عليه، كما كان أنس بن مالك -رضي الله عنه- يفعله لما كبر.
Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata dalam kitab Asy-Syarh Al-Mumti’: Cara memberi makan ada dua: Pertama, membuat makanan dan mengundang orang-orang miskin sesuai jumlah hari yang harus diganti, sebagaimana yang dilakukan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ketika beliau telah tua.
الثانية: أن يطعمهم طعاماً غير مطبوخ، قالوا: يطعمهم مد بر أو نصف صاع من غيره، أي: من غير البر، ومد البر هو ربع الصاع النبوي… إلى قوله: لكن ينبغي في هذه الحال أن يجعل معه ما يؤدمه من لحم أو نحوه، حتى يتم قوله تعالى: وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكين. انتهى.
Kedua, memberikan kepada mereka bahan makanan mentah. Para ulama mengatakan: memberi makan satu mud gandum atau setengah sha’ dari selain gandum. Satu mud gandum setara dengan seperempat sha’ nabawi… sampai beliau berkata: Namun sebaiknya makanan itu disertai lauk seperti daging dan semacamnya, agar sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Dan atas orang-orang yang mampu berpuasa namun tidak melakukannya, wajib membayar fidyah berupa memberi makan seorang miskin.” — selesai kutipan.
وآثار الصحابة تشهد لقول الشافعي، فقد روى الدارقطني بإسناده الصحيح -كما قال الألباني في الإرواء- عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: إذا عجز الشيخ الكبير عن الصيام أطعم عن كل يوم مداً مداً. وروى البيهقي عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: مداً من حنطة لكل مسكين.
Atsar-atsar sahabat mendukung pendapat Imam Syafi’i. Ad-Daraquthni meriwayatkan dengan sanad shahih —sebagaimana dikatakan Al-Albani dalam *Irwa’*— dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa beliau berkata: Jika seorang tua tidak mampu berpuasa, maka hendaknya ia memberi makan satu mud untuk setiap hari. Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau berkata: Satu mud gandum untuk setiap orang miskin.
وعليه؛ فالواجب عليك إما أن تصنعي طعاماً وتشبعي به خمسة عشر مسكيناً، وإما أن تدفعي إلى كل مسكين مداً من طعام وهو (750 جراماً تقريباً)، وإن دفعت لكل مسكين نصف صاع (كيلو ونصف تقريباً) فحسن،
Dengan demikian, maka wajib atasmu untuk memilih salah satu dari dua cara: Pertama, memasak makanan dan mengenyangkan lima belas orang miskin. Kedua, memberikan kepada setiap orang miskin satu mud makanan, yaitu sekitar 750 gram. Jika kamu memberikan setengah sha’ (sekitar 1,5 kg) kepada setiap orang miskin, itu lebih baik.
وإن دفعت إلى المساكين إداماً كاللحم ونحوه كان حسناً، ولا يجوزُ لك دفعُ قيمة الطعام، بالنقود بل الواجب الإطعام،
Jika engkau memberikan kepada para miskin lauk seperti daging dan semacamnya, maka itu juga baik. Tidak dibolehkan bagimu untuk membayar fidyah dengan uang, karena yang diwajibkan adalah memberi makan, bukan menyerahkan nilai uang makanan tersebut.
ولكن يمكنُ أن توكلي من يطعم عنك بأن تدفعي إليه قدراً من الريالات يشتري بها من الأرز القدر الواجب عليك للخمسة عشر يوماً المسؤول عنها، ويدفعها هو بدوره إلى المساكين،
Namun engkau boleh mewakilkan seseorang untuk memberikan makanan atas namamu, yaitu dengan memberikan uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli beras sesuai dengan kadar kewajibanmu untuk lima belas hari tersebut, lalu ia menyalurkan makanan itu kepada orang-orang miskin.
وإن ضاعفت هذا القدر خروجاً من الخلاف فهو أحسن، ومصرفُ هذه الفدية هو الفقراء المساكين فهو يختلف عن مصرف الزكاة، ولذا فلا يجوز دفعها في مركز الزكاة إلا بشرط أن تعلميهم بوجه مصرفها.
Jika engkau melipatgandakan jumlah tersebut untuk keluar dari perbedaan pendapat, maka itu lebih baik. Penyaluran fidyah ini adalah untuk fakir miskin, dan berbeda dengan saluran zakat. Oleh karena itu, tidak boleh diberikan melalui lembaga penyalur zakat kecuali engkau memberi tahu mereka bahwa ini adalah fidyah dan bukan zakat.
والله أعلم.
Sumber: IslamWeb
Leave a Reply