الخطاب النسوي المعاصر .. صورة من قريب
Wacana Feminisme Kontemporer: Sebuah Potret dari Dekat (Bagian Pertama)
Penulis: Fatimah Ahmad Hafizh
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Wacana Feminisme Kontemporer : Potret dari Dekat ini termasuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah
خلال ما يربو على قرن كامل مرت الحركة النسوية بمراحل عديدة من التطور التاريخي وقد اقترن تطورها بتطور مماثل في الخطاب النسوي المصاحب لها
Selama lebih dari satu abad, gerakan feminisme telah melalui berbagai tahap perkembangan historis. Perkembangannya berjalan seiring dengan perkembangan wacana feminis yang menyertainya.
والذي بدأ بالحديث عن حقوق المرأة الإنسانية والاجتماعية على استحياء وانتهى به المطاف إلى الحديث عن المساواة والندية المطلقة الآن مع تجاوز تام للرجل في بعض الأحيان ومن غير المستبعد أن يفاجئنا الخطاب في الغد بالحديث عن “الشعب النسائي” مثل نظيره النسوي الغربي الآن .
Wacana ini pada awalnya merupakan pembicaraan yang terbatas dan hati-hati tentang hak-hak kemanusiaan dan sosial perempuan, namun pada akhirnya sampai pada seruan akan kesetaraan dan kedudukan yang sepenuhnya setara antara laki-laki dan perempuan, bahkan dalam beberapa kasus hingga melampaui posisi laki-laki secara total. Tidak mustahil jika di masa mendatang, wacana tersebut mengejutkan kita dengan seruan tentang “bangsa perempuan”, sebagaimana yang terjadi dalam feminisme Barat saat ini.
والمتابع لما يطرحه الخطاب يمكنه أن يلحظ أنه يدور في فلك عدة موضوعات لا يتجاوزها- بل ويمكن حصرها- فالحديث عن مظلومية المرأة والهيمنة الأبوية الذكورية والتمكين الاقتصادي للمرأة والعنف ضد النساء وغيرها كلها من ثوابت الخطاب النسوي
Pengamat yang mencermati apa yang disampaikan oleh wacana feminis dapat melihat bahwa ia berputar dalam lingkup sejumlah topik yang itu-itu saja — bahkan bisa dikatakan terbatas — seperti pembicaraan tentang penindasan terhadap perempuan, dominasi patriarki laki-laki, pemberdayaan ekonomi perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan semacamnya. Semua itu merupakan pokok-pokok tetap dalam wacana feminisme.
وأما أبرز ملامح الخطاب النسوي المعاصر فهي ازدراؤه لكل ما هو ثابت ومتفق عليه بحكم الشريعة فيرى أن تعدد الزوجات ونصيب المرأة من الميراث وعدة المطلقة أمور تكشف عن انحياز الإسلام للرجل وانتقاصه من حقوق المرأة وفي أحسن الأحوال فإنها أمور لم تعد تتمشى مع عصرنا الحالي !
Adapun ciri paling mencolok dari wacana feminisme kontemporer adalah penghinaannya terhadap segala sesuatu yang telah ditetapkan dan disepakati oleh syariat. Mereka menganggap bahwa poligami, bagian warisan perempuan, dan masa iddah bagi wanita yang dicerai adalah hal-hal yang menunjukkan keberpihakan Islam kepada laki-laki dan pengurangan hak perempuan. Bahkan dalam pandangan terbaiknya pun, hal-hal ini dianggap sudah tidak relevan lagi dengan zaman kita saat ini!
ويخص الخطاب النسوي الحجاب على وجه الخصوص بنصيب وافر من الهجوم فهو من وجهة دعاة النسوية يلخص المرأة التي ترتديه إلى مجرد “شيئ” حيث تفقد خصوصيتها وتكوينها الذاتي وتتحول إلى مجرد رقم بين مجموع النساء. ومن المفارقات أن النسويات العربيات يتشددن في مسألة الحجاب بدرجة تفوق أحياناًُ تشدد أساتذتهن من النسويات الغربيات فعلى سبيل المثال ذكرت “جرمان جرير” النسوية البريطانية صاحبة الكتاب المثير للجدل “المرأة بأكملها” بأنها تقبل الحجاب باعتباره جزء من الهوية الثقافية للشعوب العربية.
Wacana feminisme secara khusus memberikan porsi besar dari serangannya terhadap jilbab. Menurut pandangan para pengusung feminisme, jilbab mereduksi perempuan yang memakainya menjadi sekadar “benda”, di mana ia kehilangan kepribadian dan jati dirinya, lalu berubah menjadi sekadar angka di antara kumpulan perempuan. Ironisnya, feminis Arab terkadang bersikap lebih keras dalam menentang jilbab dibanding para guru besar mereka dari kalangan feminis Barat. Sebagai contoh, Germaine Greer — feminis asal Inggris yang menulis buku kontroversial “The Whole Woman” — menyatakan bahwa ia menerima jilbab sebagai bagian dari identitas budaya bangsa Arab.
وفي الوقت الذي يحمل فيه الخطاب النسوي على الحجاب باعتباره رمزا للستر والعفاف نجده لا يألو جهدا في الترويج لأطروحات المنظمات النسوية الغربية المتعلقة بالحرية الجنسية للمرأة ومشروعية ممارستها للجنس بدون زواج إلى غير ذلك من الأفكار الخارجة عن السياق الديني والقيمي والخلقي لعالمنا العربي والإسلامي.
Di saat wacana feminis mengecam jilbab sebagai simbol kesucian dan kehormatan, kita dapati mereka juga giat mempromosikan gagasan-gagasan organisasi feminis Barat yang berkaitan dengan kebebasan seksual perempuan, legalitas hubungan seksual di luar nikah, dan berbagai ide lain yang menyimpang dari konteks keagamaan, nilai, dan moral masyarakat Arab dan Islam.
وما الحرب التي خاضتها النسويات المصريات مؤخراً حول ضرورة تدريس الثقافة الجنسية بالمدارس إلا خطوة أولى في سبيل تعميم مثل هذه الأفكار.
Dan perang yang baru-baru ini dilancarkan oleh feminis Mesir untuk menuntut perlunya pendidikan seks di sekolah hanyalah langkah awal menuju penyebaran gagasan-gagasan semacam ini secara luas.
والباحث المدقق فيما يطرحه الخطاب النسوي من قضايا وإشكاليات لا يجد صعوبة في أن يقف على مدى حالة التغريب التي يعيشها الخطاب الذي لم يكتف بأن يقتبس من الغرب طرقه في معالجة قضايا المرأة بل إنه سحب القضايا التي تعاني منها المرأة الغربية وأسقطها على المرأة العربية المسلمة.
Peneliti yang cermat dalam menelaah isu dan persoalan yang diangkat oleh wacana feminis tidak akan kesulitan menemukan sejauh mana wacana ini diliputi oleh kondisi keterasingan (westernisasi). Sebab, wacana ini tidak hanya meniru metode Barat dalam menangani isu-isu perempuan, namun juga mengimpor masalah-masalah yang dihadapi perempuan Barat dan memproyeksikannya kepada perempuan Arab yang Muslim.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply