
قبل أن يتهشم الكوب
Sebelum Gelas Itu Pecah
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Sebelum Gelas Itu Pecah ini dimuat dalam Kategori Tarbiyatul Aulad
مثل جوهرة غالية.. يخشي عليها المرء الضياع أو حتي مجرد التلوث ببعض ذرات التراب .. صنتها.. خبأتها بين عيني .. جعلت منها هدفي وغايتي .. أقسمت علي نفسي أن أصوغ منها نموذجا بلا نقائص .. كيانا إنسانيا يبهر العقول .. صورة نموذجية تتحول إلي قبلة يتحراها طالبو الفضيلة والصلاح .
Laksana permata yang mahal… seseorang takut ia hilang, bahkan hanya sekadar terkena debu. Aku menjaganya… menyembunyikannya di antara mataku… aku menjadikannya tujuan dan cita-citaku… Aku bersumpah pada diriku untuk membentuk dirinya menjadi sosok tanpa cela … sosok manusia yang mengagumkan … sebuah citra ideal yang menjadi kiblat bagi para pencari kebaikan dan keshalihan.
فعلت ما أستطيع لأجنب ابنتي كل ما يمكن أن يهز قيمها أو يؤثر علي سلوكها.. فالتلفاز يفتح بمواعيد، ونسبقها أنا وزوجي لنشاهد ما تشاهده ، ويختبئ في صندوق أثناء الدراسة والصديقات نزنهن بعين فاحصة تدقق فيهن، وتستبعد من نجد فيها مجرد شبهة ؛ حتي لو كانت لثغة لسان، أو نقصا عن مرتبة متقدمة في امتحانات آخر العام، أو نشأة في أسرة عادية لا تعمل للإسلام.
Aku lakukan segala yang aku mampu untuk menjauhkan putriku dari segala hal yang bisa menggoyahkan nilainya atau memengaruhi perilakunya. Televisi hanya dibuka pada waktu tertentu. Aku serta suamiku lebih dahulu menonton apa yang akan ia tonton. Saat masa sekolah, televisi dimasukkan ke kotak. Teman-temannya kami nilai dengan teliti, siapa pun yang kami lihat ada tanda-tanda meragukan langsung kami jauhi — bahkan jika hanya cadel lidah, atau nilainya tidak menonjol dalam ujian akhir tahun, atau berasal dari keluarga biasa yang tidak aktif dalam dakwah Islam.
أزياؤها تفصلها حائكة محل ثقة بعد أن أعياني الحصول علي ملابس مناسبة جاهزة وسط ركام السراويل الضيقة والبلوزات القصيرة والأكمام الشفافة، والفساتين التي تلتصق بالجسم. والتفصيل يتم بمقاييس ومواصفات الزي الشرعي بعد أن أختار أنا الألوان المناسبة الهادئة غير اللافتة للنظر .
Pakaiannya dijahit oleh penjahit terpercaya karena aku sudah lelah mencari pakaian siap pakai yang sesuai di tengah lautan celana ketat, blus pendek, lengan transparan, dan gaun yang melekat ketat di tubuh. Jahitan dilakukan dengan standar busana syar’i setelah aku sendiri yang memilih warna-warna yang sesuai: tenang dan tidak mencolok.
قراءاتها نحددها معا- أنا وزوجي – ونشتري لها ما نراه مناسبا دون مشورتها، وإن اقترحت أن تذهب إلي المكتبة لتختار بعض ما تود قراءته نهرتها وقلت بلوم شديد: وهل ستعرفين ما يناسبك أكثر منا؟
Buku-buku yang ia baca kami tentukan bersama—aku dan suamiku—dan kami membelikannya buku yang menurut kami pantas tanpa berdiskusi dengannya. Jika ia mengusulkan untuk pergi ke perpustakaan memilih sendiri apa yang ingin ia baca, aku memarahinya dan berkata dengan nada menyalahkan: “Apakah kamu lebih tahu apa yang cocok untukmu daripada kami ?”
كان كل شيء محددا ومقننا ومضبوطا ومحسوبا بدقة، وكانت ابنتي كما أردنا حتي بلغت الرابعة عشر.
Segala hal telah ditentukan, diatur, dikendalikan, dan dihitung dengan cermat. Putriku pun seperti yang kami harapkan … hingga usianya menginjak empat belas tahun.
حتى وقعت الواقعة، ورأيت بأم عيني ما لصق قدمي بالأرض وأخرس لساني ، وأغرقني في عرق الارتباك والذهول.
Hingga terjadilah peristiwa itu. Aku melihat sendiri dengan kedua mataku sesuatu yang membuat kakiku terpaku, lidahku kelu, dan tubuhku tenggelam dalam keringat bingung dan kaget.
كنا في النادي وتلقيت هاتفا عاجلا اضطرني إلي الانصراف وطلبت ابنتي مني البقاء في المكتبة فوافقت ، وبعد ساعتين عادت إلي البيت بملابسها الفضفاضة وغطاء رأسها المنسدل بوقار علي صدرها.
Kami sedang berada di klub, lalu aku menerima telepon darurat yang mengharuskanku pulang lebih dulu. Putriku meminta izin untuk tetap di perpustakaan dan aku mengizinkannya. Dua jam kemudian, ia kembali ke rumah dengan pakaian longgarnya dan jilbabnya yang menjulur anggun ke dadanya.
بعدها زارتني صديقة عضوة بالنادي نفسه، ومعها شريط فيديو حول أنشطة النادي …
Setelah itu, seorang teman yang juga anggota klub datang berkunjung dan membawa sebuah kaset video berisi kegiatan-kegiatan di klub. Aku menontonnya tanpa antusias, lalu sedikit teralihkan perhatian, hingga aku mendengar suara temanku berkata dengan heran:
انظري : أليست هذه… ابنتك ؟ ما هذا الذي ترتديه؟ ما شاء الله شعرها رائع.. وساقاها جميلتان ؟ أين كان كل هذا الحسن مختبئا؟
“Lihatlah, bukankah itu… putrimu ? Apa yang dia pakai ? Masya Allah, rambutnya indah sekali… dan kakinya juga cantik. Keindahan macam ini selama ini tersembunyi di mana ?”
سقط في يدي وقلت بصوت واهن : هي تشبهها بالتأكيد ولكنها ليست ابنتي …
Tanganku lemas. Aku berkata dengan suara lirih: “Dia mirip sih… tapi bukan anakku.” Namun saat kuamati lebih dalam, ternyata memang benar itu putriku… mengenakan pakaian longgarnya yang sama, tetapi dililitkan ikat pinggang ketat… rambutnya terurai, duduk di kursi membaca majalah di tepi kolam renang. Temanku memberitahu bahwa video itu diambil hari ketika aku meninggalkannya sendirian di klub — dan ternyata ia memanfaatkan momen itu untuk melepaskan diri dan memberontak.
كانت طاعة ابنتي العمياء لي رمادا فوق نار …
Ketaatan buta putriku padaku hanyalah abu di atas bara. Kepatuhannya total pada ayahnya hanyalah tirai yang menutupi keinginannya untuk memiliki kebebasan. Maka ketika kucing pergi, tikus pun melompat girang, merasa lolos dari cakarannya.
واجهت ابنتي وأنا أتصنع ابتسامة.. فبكت وأطرقت ولم تنطق سوي بجملة واحدة : أنتما السبب ..
Aku hadapi putriku dengan senyum palsu. Ia menangis, menunduk, dan hanya mengucapkan satu kalimat: “Kalianlah penyebabnya…” Lalu ia lari ke kamarnya dan meninggalkanku tercengang—bahkan terhadap diriku sendiri.
أفكر فيما قالته، وأراجع تصرفاتي فأكتشف أن لديها كثيرا من الحق …
Aku merenungi kata-katanya dan mengulas kembali semua tindakanku… aku pun menyadari bahwa ia sangat benar. Tali jerat yang mencekik tidak membuat pemiliknya bahagia, dan ruang luas tanpa arah hanya akan membingungkan sang pejalan hingga ia tersesat.
ابنتي في الرابعة عشرة – في بداية مرحلة المصاحبة – سأصاحبها …
Putriku kini empat belas tahun—masa awal untuk menjadi sahabatnya. Aku akan menjadi sahabatnya… tapi apakah aku akan berhasil setelah ia melewati masa bermain dan dididik? Dan kami—aku dan ayahnya—gagal untuk mengambil jalan tengah agar tongkat itu bisa digunakan, bukan untuk memukul?
عذرنا نيتنا.. وخوفنا علي فلذتنا …
Alasan kami adalah niat baik… dan ketakutan kami terhadap buah hati kami… serta semua kisah tragis yang kami dengar dan baca yang menegaskan bahwa keamanan dan akhlak kini jadi barang langka.
كنا نريد أن نحميها من كل ماحولها، ولكننا نسينا أن نحميها من نفسها، من ثورة حقوق طفولتها.
Kami ingin melindunginya dari segala yang ada di sekelilingnya, tapi kami lupa untuk melindunginya dari dirinya sendiri—dari ledakan hak-hak masa kecilnya.
صارحت زوجي بما حدث وتناقشنا طويلا …
Aku ceritakan semua kepada suamiku dan kami berdiskusi panjang. Ia berpendapat bahwa anak perempuan kita tidak melepas hijab karena kenakalan, juga tidak menyingkat bajunya karena penyimpangan. Tapi kedua perilaku itu adalah caranya untuk merasa merdeka. Maka tak perlu khawatir, katanya, sambil tersenyum: Kita akan mulai dari awal. Gelas itu belum benar-benar pecah. Ia masih di tepi meja. Kita masih bisa memindahkannya perlahan ke tempat aman… sebelum ia terjatuh dan hancur berkeping-keping.
Sumber: IslamWeb
Leave a Reply