حكم الجهاد في سبيل الله مع الوقوع في المعاصي والبدع
Hukum Jihad Saat Masih Terjerumus dalam Maksiat dan Bid’ah (Bagian Kedua)
Tanya Jawab Bersama Syaikh Abdur Rahiim as Sulamiy (Pengajar di Departemen Akidah, Agama, dan Mazhab-Mazhab Kontemporer di Universitas Ummul Qura)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Hukum Jihad, Saat Masih Terjerumus dalam Maksiat dan Bid’ah ini termasuk dalam Kategori Tanya Jawab
ولهذا نحن نطالب الأمة جميعاً باليقظة، ونطالبها بالجهاد في سبيل الله، وبالاستعداد، وبتحديث النفس بالجهاد في سبيل الله؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول:
Oleh karena itu, kami menyeru seluruh umat untuk waspada, menyeru mereka agar berjihad di jalan Allah, bersiap-siap, dan membiasakan diri untuk memikirkan jihad di jalan Allah. Karena Nabi ﷺ bersabda:
(من لم يغز ولم يحدث نفسه بالغزو مات على شعبة من النفاق)،
(Barang siapa yang tidak pernah berperang dan tidak pula membicarakan dirinya untuk berperang, maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan) (Hadits Riwayat Imam Muslim).
على الأقل يحدث الإنسان نفسه بالغزو، ويتمنى ويشتاق أن يشارك في صفوف المسلمين ضد أعدائهم، ويتمنى أن يقاتلهم في سبيل الله وأن يقتل شهيداً،
Setidaknya, seseorang membicarakan kepada dirinya sendiri tentang keinginan untuk berjihad, dan ia berharap serta merindukan untuk bisa bergabung dalam barisan kaum muslimin melawan musuh-musuh mereka. Ia berharap dapat memerangi mereka di jalan Allah dan terbunuh sebagai syahid.
وعندما يرى إنساناً قتل شهيداً يتمنى أنه ممن قتل شهيداً؛ حتى يدخل الجنة التي عرضها السماوات والأرض.
Dan ketika ia melihat seseorang gugur sebagai syahid, ia berharap seandainya dirinya juga termasuk orang yang gugur sebagai syahid, agar dapat masuk ke dalam surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
يجب علاج الأمة من الذنوب والمعاصي وأعظم علاجها هو الجهاد في سبيل الله، يعني: لا ننتظر ونتوقف عن الجهاد حتى نصفي الأمة من البدع وحتى نصفيها من الشرك الأصغر، هي مسلمة حتى لو كان عندها شرك أصغر، هي مسلمة حتى لو كان عندها بدع، ما دام لم تصل إلى الشرك الأكبر،
Umat ini harus diobati dari dosa dan maksiat, dan pengobatan terbesar untuk itu adalah jihad di jalan Allah. Artinya, kita tidak perlu menunggu atau berhenti berjihad sampai umat bersih dari bid’ah dan syirik kecil. Selama belum sampai pada syirik besar, maka mereka tetap Muslim, meskipun masih ada syirik kecil atau bid’ah dalam diri mereka.
لكن لو وصلت إلى الشرك الأكبر مثل: الشيعة فيجب أن نقف هنا ونقول: أولاً: أسلموا، ثم بعد ذلك جاهدوا، أما أن تجاهد على الكفر ما هي الفائدة؟
Namun jika sudah mencapai syirik besar, seperti kelompok Syiah, maka di sini kita harus berhenti dan berkata: Masuk Islamlah terlebih dahulu, baru kemudian berjihad. Adapun berjihad di atas kekufuran, maka apa manfaatnya?
إذاً: إذا كانوا مسلمين وعندهم تقصير فيجب أن نشجعهم على الجهاد في سبيل الله، وأنه عمل من أعمال الإسلام،
Jadi, jika mereka adalah Muslim yang memiliki kekurangan, maka kita harus mendorong mereka untuk berjihad di jalan Allah, karena jihad adalah salah satu amalan Islam.
فلو أن إنساناً زان أو شارب للخمر رأيته يصلي ركعتين فهل ستقول له: لماذا تصلي ركعتين وأنت شارب خمر؟! سبحان الله! هذه شعبة من شعب الإسلام، وهذا خطأ أخطأه،
Jika ada seorang pezina atau peminum khamar yang engkau lihat sedang shalat dua rakaat, apakah engkau akan berkata kepadanya: “Mengapa kamu shalat dua rakaat sementara kamu peminum khamar?” Subhanallah! Shalat itu adalah cabang dari cabang-cabang Islam, sementara khamarnya adalah kesalahan yang ia lakukan.
كذلك الزاني لو تصدق هل تقول: لماذا تتصدق وأنت زانٍ؟! سبحان الله! هذا التصدق يكفر عن نفسه الذنب، وأيضاً حتى لو كان شارباً للخمر وجاهد، فهل نقول له: لماذا تجاهد؟
Begitu pula, jika seorang pezina bersedekah, apakah kamu akan berkata kepadanya: “Mengapa kamu bersedekah padahal kamu pezina?” Subhanallah! Sedekah itu bisa menjadi penebus dosa yang ia lakukan. Bahkan jika ia seorang peminum khamar yang ikut berjihad, apakah kita akan berkata kepadanya: “Mengapa kamu berjihad?”
وربما يقول بعضهم: إننا سنهزم، نقول: الهزيمة لها أسباب كثيرة، والمعصية سبب من الأسباب، وهذا السبب قد يحصل وقد لا يحصل،
Mungkin ada yang berkata: “Kita akan kalah.” Maka kami katakan: kekalahan memiliki banyak sebab, dan maksiat adalah salah satunya. Namun sebab ini bisa terjadi, bisa juga tidak.
فقد تكون الأمة فيها ذنوب ومعاص وينصرها الله سبحانه وتعالى،
Bisa saja umat ini memiliki dosa dan maksiat, namun Allah tetap memberikan kemenangan kepada mereka.
هل تتصورن الجيش الذي قاده صلاح الدين الأيوبي وحرروا بيت المقدس كانوا كلهم من الصالحين؟ هل هم كلهم من الأتقياء الأبرار بدون استثناء؟! لا، أنا أجزم بأنهم ليسوا كلهم، وليس كل فرد فيهم،
Apakah kalian membayangkan bahwa pasukan yang dipimpin oleh Shalahuddin al Ayyubi dan berhasil membebaskan Baitul Maqdis semuanya adalah orang-orang saleh? Apakah mereka semua tanpa kecuali adalah orang-orang bertakwa dan berakhlak mulia? Tidak. Saya yakin bahwa tidak semuanya demikian, dan tidak setiap individu dari mereka seperti itu.
ولهذا كان النبي صلى الله عليه وسلم عندما يذهب للغزو يذهب ومعه بعض المنافقين، ففي غزوة تبوك مثلاً عندما خرج بدءوا يعتذرون، وشاركوا معه في غزوة بني المصطلق، وشاركوا معه في بعض الغزوات،
Bahkan Nabi ﷺ ketika pergi berperang, beliau membawa serta sebagian orang munafik. Dalam Perang Tabuk misalnya, ketika beliau berangkat, mereka mulai mengemukakan alasan. Mereka juga ikut serta dalam Perang Bani Musthaliq dan beberapa peperangan lainnya.
صحيح أن الرسول صلى الله عليه وسلم لم يكن يحرص عليهم، لكن لم يكن يمنعهم من الغزو، ما كان يقل لهم: أنتم لا تخرجون معنا؛ لأننا سنهزم بسببكم، لكن صحيح أن الذنب سبب من أسباب الهزيمة.
Benar bahwa Rasulullah ﷺ tidak terlalu peduli terhadap mereka, namun beliau tidak melarang mereka ikut berperang. Beliau tidak pernah berkata kepada mereka: “Kalian tidak boleh ikut bersama kami karena kalian akan menyebabkan kekalahan.” Meskipun memang benar bahwa dosa adalah salah satu sebab kekalahan.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : Kajian Audio Ushul al Aqidah Syaikh Abdurrahiim As Sulamiy
Leave a Reply