I’lal (الإعلال)
Setelah jenis pertama kita bahas pada artikel sebelumnya. Jenis I’lal yang kedua adalah I’lal bil Iskan
الإعلال باالإسكان
Kata at-taskiin disini mempunyai dua maksud, yaitu; pertama, membuang harakat huruf ‘ilat. Kedua, memindah harakat huruf ‘ilat pada huruf sebelumnya yang mati (berharakat sukun)
- Ketika wawu atau ya’ bertempat pada akhir kata, dan terletak setelah huruf yang berharakat, maka harakat wawu atau ya’ tersebut harus dibuang (disukun), jika memang wawu atau ya’ tersebut berharakat dhamah atau kasrah. Hal ini bermaksud untuk mencegah beratnya pe-lafazd-an.
Contoh :
(يَدْعُوْ = يَدْعُوُ ← يَدْعُوْ) (على الْقَاضِيْ = الْقَاضِيِّ ← الْقَاضِيْ)
- Dan jika wawu atau ya’ tersebut berharakat fathah, maka harakatnya tidak dibuang (sukun).
Contoh:
(لَنْ أَدْعُوَ إلى غير الحقِّ)
- Adapun ketika wawu atau ya’ tersebut terletak setelah huruf yang berharakat sukun, maka harakatnya ditetapkan (tidak disukun).
Contoh:
(شَرِبْتُ مِن دَلْوٍ)
- Pemindahan harakat ‘ain fi’il.
Contoh:
(يَقُوْمُ = يَقْوُمُ ← يَقُوْمُ)
Pada i’lal pemindahan ‘ain fi’il ini, mempunyai enam syarat:
- Huruf sebelumnya harus berupa huruf shahih yang mati. Maka tidak boleh meng-i’lal lafadz بَايَنَ.
- Tidak berbentuk shighat fi’il ta’ajub. Maka tidak boleh meng-i’lal lafadz مَا أَقْوَمَ.
- Tidak berupa fi’il mu’tal lam. Maka tidak boleh meng-i’lal lafadz أَهْوَى.
- Lam fi’ilnya tidak berupa mudha’af. Maka tidak boleh meng-i’lal lafadz اِبْيَضَّ.
- Tidak berupa mashdar yang mengikuti wazan مِفْعَلٌ، مِفْعَلةٌ، مِفْعَالٌ. Contoh: (مِقْوَلٌ، مِرْوَحَةٌ، مِكْيالٌ)
- Tidak berupa lafadz yang pada bentuk mujaradnya tidak dii’lal. Contoh: (أَعْوَرَ yang bentuk mujaradnya adalah عَوِرَ)
- Pemindahan harakat ‘ain isim yang mempunyai keserupaan dengan fi’il mudhari’ dalam hal wazan atau tambahannya.
Contoh:
(مُجِيْبٌ = مُجْوِبٌ ← مُجِوْبٌ ← مُجِيْبٌ) (تَبِيْعٌ = تَبْيِعٌ ← تَبِيْعٌ)
Pada contoh diatas lafadz مُجِيْبٌ mempunyai keserupaan dengan fi’il mudhari’ dalam hal wazannya, dan تَبِيْعٌ dalam hal tambahannya (ziyadah), maka dari itu keduanya dapat di’ilal.
Sedangkan apabila ada isim yang mempunyai keserupaan dengan fi’il mudhari’ dalam hal wazan dan tambahan, maka tidak diperbolehkan untuk di’ilal, seperti contoh أَقْوَمٌ
- Pemindahan harakat ‘ain isim mashdar yang mengikuti wazan إِفْعَالٌ dan إِسْتِفْعِالٌ
Contoh :
(إِجَابَةٌ = إِجْوَابٌ ← إِجَوْابٌ ← إِجَاابٌ ← إِجَابَةٌ)
- Pemindahan harakat ‘ain isim maf’ulnya fi’il tsulasi mujarrad.
Contoh :
(مَقُوْلٌ = مَقْوُوْلٌ ← مَقُوْوْلٌ ← مَقُوْلٌ)
Bersambung in sya Allah
Leave a Reply