Fathul Qarib Al Mujib : Ath Thahaarah (8) : Fardhu Wudhu
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Terjemah Fathul Qarib Al Mujib selengkapnya dapat dilihat di Kategori Terjemah Fathul Qarib
w
[ فروض الوضوء]
{فصل} في فروض
(Bagian) yang membahas tentang fardhu wudhu.
الوُضوء. وهو بضم الواو – في الأشهر – اسم للفعل، وهو المراد هنا؛ وبفتح الواو اسم لما يتوضأ به.
Wudhu : dengan dhammah pada huruf “wawu” – dalam mayoritas pendapat – adalah nama untuk tindakan (pekerjaan berwudhu), dan inilah yang dimaksud dalam bab ini; sedangkan jika dengan fathah pada huruf “wawu” (al Waadhu) adalah nama untuk sesuatu yang digunakan untuk berwudhu.
ويشتمل الأولُ على فروض وسُنَن.
Istilah yang pertama tadi (wudhu) mencakup fardhu dan sunnah.
وذكر المصنف الفروض في قوله: (وفروض الوضوء ستة أشياء):
Penulis (Abu Syuja) menyebutkan fardhu dalam ucapannya: (Fardhu wudhu ada enam hal):
أحدها (النية). وحقيقتها شرعا قصد الشيء مقترنا بفعله؛ فإن تراخى عنه سمي عزما.
Yang pertama (niat). Hakikat niat secara syariat adalah bermaksud melakukan sesuatu bersamaan dengan pelaksanaannya; jika terjadi penundaan pekerjaan (ada jeda) setelah meniatkannya, itu disebut azzam.
وتكون النية (عندَ غسل) أول جزء من (الوجه) أي مقترنة بذلك الجزء، لا بجميعه، ولا بما قبله، ولا بما بعده؛
Niat dilakukan (ketika membasuh) bagian pertama dari (wajah) yaitu bersamaan dengan saat membasuh bagian tersebut, bukan keseluruhannya, tidak juga sebelumnya atau sesudahnya;
فينوي المتوضئ عند غسل ما ذُكر رفعَ حدث من أحداثه، أو ينوي استباحة مفتقر إلى وضوء، أو ينوي فرض الوضوء، أو الوضوء فقط، أو الطهارة عن الحدث.
Saat membasuh bagian pertama dari wajah tersebut seseorang yang berwudhu berniat untuk mengangkat hadas dari dirinya. Atau dapat pula berniat untuk melakukan sesuatu yang membutuhkan wudhu. Atau berniat untuk melaksanakan fardhu wudhu, atau dapat pula hanya berniat wudhu, atau berniat untuk bersuci dari hadas.
فإن لم يقل عن الحدث لم يصحَّ. وإذا نوى ما يعتبر من هذه النيات وشرك معه نية تنظف أو تبرد صحّ وضوؤه.
Jika tidak meniatkan bersuci dari hadas, maka wudhunya tidak sah. Jika ia berniat salah satu niat yang disebutkan tadi dan juga disertai dengan niat untuk membersihkan atau menyegarkan diri, wudhunya tetap sah.
(و) الثاني (غسل) جميع (الوجه). وحَدُّه طولاً ما بين منابت شعر الرأس غالبا، وآخر اللحيين؛ وهما العظمان اللذان ينبت عليهما الأسنان السفلى، يجتمع مقدمهما في الذقن، ومؤخرهما في الأذن. وحدُّه عرضا ما بين الأذنين.
(2) yang kedua (membasuh) seluruh (wajah). Batas panjangnya adalah dari tempat biasa tumbuhnya rambut kepala, hingga bagian bawah dagu; yaitu tulang-tulang yang menjadi tempat tumbuhnya gigi bagian bawah, yang bertemu di dagu. Dan ujungnya (batas tepinya) adalah di telinga. Batas lebarnya adalah antara kedua telinga.
وإذا كان على الوجه شعرٌ خفيف أو كثيف وجب إيصال الماء إليه مع البشرة التي تحته.
Jika ada rambut tipis atau tebal di wajah, wajib membasuhnya bersamaan dengan membasuh kulit di bawahnya.
وأما لحية الرجل الكثيفة بأن لم يرَ المخاطبُ بشرتَها من خلالها فيكفي غسل ظاهرها، بخلاف الخفيفة، وهي ما يرى المخاطب بشرتها، فيجب إيصال الماء لبشرتها، وبخلاف لحية امرأة وخنثى، فيجب إيصال الماء لبشرتهما ولو كثفا.
Adapun janggut tebal pada pria, jika kulit di bawahnya tidak terlihat oleh orang yang melihatnya, cukup membasuh bagian luarnya, berbeda dengan janggut yang tipis, dimana kulit di bawah janggut terlihat, maka wajib membasuh kulitnya. Berbeda dengan janggut wanita atau khuntsa (hermaprodit), maka wajib membasuh kulitnya walaupun tebal.
ولا بد مع غسل الوجه من غسل جزء من الرأس والرقبة وما تحت الذقن.
Juga harus disertai dengan membasuh wajah, membasuh sebagian kepala, leher, dan bagian bawah dagu.
(و) الثالث (غسل اليدين إلى المِرْفَقين). فإن لم يكن له مرفقان اعتبر قدرهما. ويجب غسل ما على اليدين من شعر وسلعة وأصبع زائدة وأظافير. ويجب إزالة ما تحتها من وسخ يمنع وصول الماء.
(3) yang ketiga (membasuh kedua tangan hingga siku). Jika seseorang tidak memiliki siku, maka harus diperkirakan seukuran itu. Wajib membasuh apa yang ada di tangan, termasuk rambut, daging yang menonjol, jari tambahan, dan kuku. Wajib membersihkan kotoran di bawahnya yang menghalangi air sampai ke kulit.
(و) الرابع (مَسْحُ بعض الرأس) مِن ذَكر أو أنثى أو خنثى؛ أو مسح بعض شعر في حد الرأس.
(4) yang keempat (mengusap sebagian kepala) baik laki-laki, perempuan, atau khuntsa; atau mengusap sebagian rambut di batas kepala.
ولا تتعيَّن اليد للمسح، بل يجوز بخرقة وغيرها. ولو غسل رأسه بدل مسحها جاز. ولو وضع يده المبلولة ولم يحركها جاز.
Tidak diharuskan menggunakan tangan untuk mengusap, melainkan boleh dengan kain atau lainnya. Jika seseorang membasuh kepalanya sebagai ganti dari mengusapnya, hal itu dibolehkan. Jika seseorang meletakkan tangan yang basah dan tidak menggerakkannya, hal itu juga sah.
(و) الخامس (غسل الرجلين إلى الكعبين) إن لم يكن المتوضئ لابسا للخفين؛ فإن كان لابسهما وجب عليه مسح الخفين أو غسل الرجلين. ويجب غسل ما عليهما من شعر وسلعة وأصبع زائدة كما سبق في اليدين.
(5) yang kelima (membasuh kedua kaki hingga mata kaki) jika orang yang berwudhu tidak mengenakan khuff (sepatu atau sandal kulit). Akan tetapi jika ia mengenakannya, maka wajib mengusap khuff atau membasuh kedua kaki. Wajib membasuh apa yang ada di kaki, termasuk rambut, daging yang menonjol, dan jari tambahan, seperti yang telah dijelaskan pada bagian tangan.
(و) السادس (الترتيب) في الوضوء (على ما) أي على الوجه الذي (ذكرناه) في عد الفروض. فلو نسي الترتيب لم يكف.
(6) yang keenam (tertib/berurutan) dalam wudhu (sebagaimana) yang telah (kami sebutkan) dalam urutan fardhu-fardhu tadi. Jika tidak dilakukan dengan berurutan, maka wudhunya belum cukup.
ولو غسل أربعة أعضائه دفعةً واحدة بإذنه ارتفع حدث وجهه فقط.
Jika ada empat orang yang membasuh seluruh anggota wudhu seseorang dengan izinnya, maka yang hadas yang hilang hanya dari wajahnya saja.
Allahu Ta’ala A’lam
Leave a Reply