Lafazh “as Su-u” di al Quran al Karim



Lafazh “as Su-u” di al Quran al Karim

Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Lafazh “as Su-u” di al Quran al Karim ini masuk dalam Kategori Tadabbur al Quran  dan Alfazh al Quran

w

متابعة لمقال تقدم حول الألفاظ المتعددة المعاني في القرآن، نقف في هذا المقال عند لفظ (السوء) لنرى المعاني المتعددة والمختلفة التي يفيدها هذا اللفظ، باختلاف ضبط حركة السين فيه، ووفق اختلاف السياق الذي سِيق فيه .

Sebagai kelanjutan dari artikel sebelumnya tentang lafazh-lafazh yang memiliki makna ganda dalam Al Quran, dalam artikel ini kita akan membahas lafadz as Su-u untuk melihat berbagai makna yang terkandung dalam lafazh tersebut, yang bervariasi tergantung pada harakat huruf sin, serta konteks di mana ia digunakan.

في القواميس اللغوية نقرأ حول هذه المادة ما يلي :

Dalam kamus-kamus bahasa Arab, kita menemukan penjelasan berikut :

(السَّوء) بفتح السين: مصدر ساءَه يسوُءه سَوْءًا، فعل به ما يكره، وهو نقيض سرَّه، فهو مصدر، وغلب عليه أن يضاف إليه ما يراد ذمُّه، 

As Su-u : dengan sin berharakat fathah: merupakan mashdar yang berasal dari “saa-a yasu-u saw-an”, yang berarti melakukan sesuatu yang tidak disukai seseorang, yang merupakan kebalikan dari sarra (menyenangkan). Kata su-u ini biasanya digunakan untuk hal-hal yang tercela.

تقول: هذا رجل سَوْء، وهذه امرأة سَوْء، ونحو هذا؛ ويقال: ساء ما فعل فلان صنيعًا، يسوء: أي قبح صنيعه صنعًا،  

Contohnya orang mengatakan :

Haadza Raajulun Saw-un (ini adalah orang yang buruk) atau Haadzihi Imro-atun Saw-un (ini adalah perempuan yang buruk). Juga dikatakan saa-a maa fa’ala fulaanun shanii’an (sungguh buruk tindakan yang dilakukan Si Fulan). Yasuu-u yakni : tindakan perbuatannya tercela

وفي التنـزيل:

Dalam Al-Qur’an, disebutkan:

سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ (الأعراف : ١٧٧)

Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (Surah al A’raaf ayat 177)

و(السُّوء) بضم السين: الاسم من السَّوء، جرى مجرى الشر، وكلاهما في الأصل مصدر؛ 

Sedangkan as Suu-u dengan sin berharakat dhammah: merupakan ism yang berasal dari as Saw-u, dan berarti keburukan atau kejahatan, keduanya pada dasarnya merupakan mashdar.

فتقول من السُّوء: استاء فلان في الصنيع، كما تقول في الغم: اغتم.

Contohnya, istaa-a fulaanun fiish shaahnii’ (Fulan tidak menyenangkan/tidak baik pada perbuatannya [Fulan melakukan perbuatan buruk]), sebagaimana kita katakan untuk lafazh al Ghammu : Ightamma

وهذا اللفظ في القرآن الكريم ورد بمعان عدة، نستعرض بعضًا منها فيما يلي:

Lafadz ini dalam Al Quran memiliki beberapa makna, di antaranya:

و(السُّوء) بالضم: بمعنى الشدة، ومنه قوله تعالى:

As Suu-u : dengan dhammah sin : bermakna asy Syiddatu (kesusahan, penderitaan, kesukaran, gangguan, kesulitan, kesempitan), seperti dalam Firman Allah Ta’ala :

يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ (البقرة : ٤٩)

mereka menimpakan kepadamu kesusahan yang seberat-beratnya, (Surah al Baqarah ayat 49)

و(السُّوء) بالضم: بمعنى العَقْر – وهو الجرح للبعير – ومنه قوله تعالى في قصة ناقة صالح عليه السلام: 

As Suu-u : juga dengan dhammah sin dapat bermakna al Aqru yakni melukai hewan, seperti dalam kisah unta Nabi Shalih alaihi salam :

وَيَا قَوْمِ هَٰذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ (هود : ٦٤)

Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat”. (Surah Huud ayat 64)

و(السُّوء) بالضم أيضًا: يطلق على البرص، وعليه قوله تعالى: 

as Suu-u : juga dengan dhammah sin : bisa dapat bermakna al Barash (penyakit kusta), seperti dalam Firman Allah Ta’ala :

وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَىٰ جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَىٰ (طه : ٢٢).

dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula), (Surah Tha Haa ayat 22)

و(السُّوء) بالضم: الشر، قال تعالى: 

as Suu-u : juga dengan dhammah sin : dapat pula bermakna asy Syarr (kejahatan), seperti dalam Firman Allah Ta’ala :

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ ۖ فَأَلْقَوُا السَّلَمَ مَا كُنَّا نَعْمَلُ مِن سُوءٍ ۚ بَلَىٰ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ (النحل: ٢٨)

(yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. (Surah An Nahl ayat 28)

و(السُّوء) بالضم: الشتم والكلام القبيح، ومنه قوله تعالى: 

as Suu-u : juga dengan dhammah sin : pula dapat bermakna asy Syatmu wal Kalamul Qabiih (cacian atau kata-kata kasar), seperti dalam Firman Allah Ta’ala :

لَّا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَن ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا (النساء : ١٤٨)

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Surah an Nisaa ayat 148)

و(السُّوء) بالضم: الذنب، وعليه قوله تعالى: 

as Suu-u : juga dengan dhammah sin : bisa pula bermakna adz Dzanbu (dosa), seperti dalam Firman Allah Ta’ala :

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (النساء : ١٧)

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Surah an Nisaa ayat 17)

و(السُّوء) بالضم: الضر، ومنه قوله تعالى: 

as Suu-u : juga dengan dhammah sin  : dapat pula bermakna adh Dhuur (bencana, bahaya), seperti dalam Firman Allah Ta’ala :

أَمَّن يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَّعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ (النمل : ٦٢).

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). (Surah an Naml ayat 62)

و(السُّوء) بالضم: القتل والهزيمة، وبه فُسِّر قوله تعالى :

as Suu-u : juga dengan dhammah sin : bermakna al Qatlu wa al Haziimah (pembunuhan dan kekalahan, ketaklukan, tercerai-berai), seperti dalam Firman Allah Ta’ala :

فَانقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ (آل عمران : ١٧٤)

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Surah Ali Imran 174)

و(السُّوء) بالضم: بمعنى بئس، قال تعالى في حق الذين ينقضون عهد الله من بعد ميثاقه، ويقطعون ما أمر الله به أن يوصل، ويفسدون في الأرض، قال: 

as Suu-u : juga dengan dhammah sin : bermakna al bi’su (amat buruk, paling jelek [celaan]), seperti dalam Firman Allah Ta’ala tentang orang-orang yang melanggar perjanjian dengan Allah :

وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ (الرعد : ٢٥).

Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (Surah ar Ra’d ayat 25)

و(السَّوء) بالفتح: الزنا، ومنه قوله تعالى، مخاطبًا مريم عليها السلام: 

as Saw-u : dengan fathah sin : bermakna az Zinaa (perbuatan zina), seperti dalam Firman Allah Ta’ala yang berbicara kepada Maryam alaihas salam :

يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا (مريم : ٢٨)

Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”, (Surah Maryam ayat 8)

ولا يصح بحال ضم السين في الآية، ولا في قوله تعالى :

Tidak tepat membaca dengan dhammah sin pada kata ini, ataupun pada Firman Allah Ta’ala :

بَلْ ظَنَنتُمْ أَن لَّن يَنقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَىٰ أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَٰلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنتُمْ قَوْمًا بُورًا (الفتح : ١٢)

Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.

لأن (السُّوء) لا يضاف إلى الرجل، ولا إلى الظن، وإنما يضاف إلى الأفعال، فتقول: عَمِل عَمَل سُوء.

karena lafazh as Su-u tidak di-idhofahkan (disandarkan) pada ar Rajul (seseorang, seperti “Abu” pada surah Maryam ayat 6), tidak juga diidhofahkan pada az Zhan (prasangka, seperti pada surah Al Fath ayat 12), melainkan pada af’aal (perbuatan), seperti dalam ungkapan ‘amila ‘amala suu-in (dia melakukan perbuatan buruk)

و(السُّوأى) في قوله تعالى:

Kata as Suu-a dalam Firman Allah Ta’ala :

ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَىٰ أَن كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ (الروم : ١٠)

Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya. (Surah ar Ruum ayat 10)

تأنيث الأسوأ، خلاف الحسنى؛ أو مصدر، كالبشرى، وهي في الآية بمعنى جهنم، أعاذنا الله منها.

Merupakan bentuk mu-anats (feminim) dari kata “al Aswa'” (yang paling buruk), lawan dari “al Husna” (yang paling baik); atau bisa juga dianggap sebagai mashdar, seperti bentuk “al Busyra” (kabar gembira). Dalam ayat ini, kata tersebut bermakna neraka, semoga Allah Ta’ala melindungi kita darinya.

و(السوأة): العورة والفاحشة، قال تعالى:

as Saw-atu : berarti al ‘Aurah wa al Faahisyah (aurat atau perbuatan keji), seperti dalam Firman Allah Ta’ala :

فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا (الأعراف : ٢٢)

maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya (Surah al A’raaf ayat 22)

قال ابن الأثير: السوأة في الأصل الفرج، ثم نُقل إلى كل ما يُستحيا منه إذا ظهر وبدا، من قول وفعل.

Menurut Ibn Atsir, as Saw-atu pada asalnya bermakna kemaluan, namun kemudian digunakan untuk merujuk pada segala hal yang memalukan jika tampak, baik dalam ucapan maupun perbuatan.

وقال الفراء في سورة براءة عند قوله تعالى: 

Al Farra menjelaskan dalam Surat At Taubah, yakni pada Firman Allah Ta’ala :

وَمِنَ الْأَعْرَابِ مَن يَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ مَغْرَمًا وَيَتَرَبَّصُ بِكُمُ الدَّوَائِرَ ۚ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (التوبة : ٩٨) 

Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah), sebagi suatu kerugian, dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Surah at Taubah ayat 98)

قال: قرأ القُراء بنصب السين {السوء} والمراد بالسوء المصدر، من سُؤْته سَوْءًا، ومساءَة؛ فهذه مصادر؛ 

Beliau (al Faraa) mengatakan : Sebagian Quroo membacanya dengan fathah sin : as Saw-u, yakni as Saw-u dalam bentuk mashdar. Sama dengan bentuk su’tahu saw-an masaa-atun, yang seluruhnya merupakan bentuk mashdar.

قال: ومن قرأ بضم السين {السوء} جعله اسمًا، كقولك: عليهم دائرة البلاء والعذاب، والمعنى هنا: عليهم الهزيمة والشر.

Sementara Quroo yang membacanya dengan dhammah : as Suu-u memandangnya sebagai bentuk ism, seperti halnya saat mengatakan : ‘alaihim daa-irotul balaa-i wal ‘adzaabi (mereka terkepung bala’ dan adzab), maknanya disini adalah : ‘alaihim al Haziimatu wasy syaaru (mereka tertimpa kekalahan dan keburukan)

وكما نلاحظ، فإن المعاني المتعددة والمتنوعة للفظ (السوء) تفيد معنى الشر والأذى، والسياق هو الذي يحدد نوعًا خاصًا ومعينًا من أنواع الأذى والشر. فكن على بينة من هذا، ففي ذلك عون لك على فهم كتاب الله، وبه تعرف – فوق ذلك – وجهًا من وجوه اختلاف القراءات القرآنية.

Seperti yang kita lihat, berbagai makna dari lafadz as Suu-u menunjukkan makna kejahatan dan bahaya. Konteksnya yang menentukan jenis kejahatan atau bahaya tersebut. Hal ini dapat membantu memahami Al Quran dengan lebih baik serta mengenali perbedaan dalam perbdaan Qiroat al Quran.

والله اعلم

Sumber Utama : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.