Lafazh “Al Faqr” di al Quran al Karim



Lafazh “Al Faqr” di al Quran al Karim

Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Lafazh “Al Faqr” di al Quran al Karim ini masuk dalam Kategori Tadabbur al Quran  dan Alfazh al Quran

w

في القرآن الكريم مصطلحات تفيد معنى الحاجة والفاقة والفقر، وهي وإن كانت مصطلحات مترادفة، لها دلالة مشتركة، بيد أنها تحمل في تضاعيفها بعض الفروق الدلالية؛ نحاول فيما يلي أن نعرِّج عليها، من خلال تسليط الضوء على المصطلحات الأربعة التالية: الخصاصة، العيلة، الفقر، الإملاق.

Dalam Al Quran terdapat istilah-istilah yang menunjukkan makna kebutuhan, kekurangan, dan kemiskinan. Meskipun istilah-istilah ini memiliki arti yang mirip, masing-masing mengandung makna khusus yang sedikit berbeda. Berikut ini adalah upaya kami untuk menjelaskan istilah-istilah tersebut dengan menyoroti empat istilah berikut: al khashashah, ‘al aylah, al faqr, dan al imlaq.

الخصاصة

al Khashaashah

ورد هذا المصطلح في القرآن الكريم في آية واحدة، وهي قوله تعالى في سياق مدح الأنصار، وموقفهم من المهاجرين :

Istilah ini disebutkan dalam Al Quran dalam satu ayat, yaitu dalam konteks memuji kaum Anshar dan sikap mereka terhadap para Muhajirin:

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (الحشر: ٩)

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung (Surah al Hasyr ayat 9)

والأصل اللغوي للخصاصة هو: الفُرجة بين الأصابع؛ 

Secara bahasa, al khashaashah bermakna celah antara jari-jari.

والخصاصة وخَصَاص البيت: هي الفروج التي تكون فيه، والخصاصة: الخلل والثقب الصغير؛ 

Kata al Khashaashah dan kalimat khashaashul baiti bermakan celah yang ada di dalam rumah dalamnya, retakan atau lubang kecil.

ثم أطلقت الخَصَاصة على الفقر، والحاجة إلى الشيء، وسوء الحال، والخَلَّة؛ وذوو الخصاصة: ذوو الخلة والفقر.

Kemudian, istilah al khashaashah digunakan untuk menggambarkan kemiskinan, kebutuhan terhadap sesuatu, keadaan yang sulit, dan kekurangan. Orang yang disebut dzul khashaashah adalah dzul khalah wal faqr (mereka yang berada dalam kekurangan dan kemiskinan)

وفي حديث فضالة رضي الله عنه، أنه صلى الله عليه وسلم :

Dalam sebuah hadits dari Fudhalah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كانَ إذا صلَّى بالنَّاسِ يخرُّ رجالٌ من قامتِهم فى الصَّلاةِ منَ الخصاصةِ وَهم أصحابُ الصُّفَّةِ –  رواه الترمذي

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat bersama orang-orang, ada beberapa pria yang jatuh pingsan karena al khashaashah. Mereka adalah ashaabus shuffah (kelompok sahabat yang tinggal di serambi masjid). (Hadits Riwayat Imam at Tirmidzi)

أي: يخرون على الأرض من الجوع، وسوء الحال.

yang berarti mereka terjatuh karena kelaparan dan kondisi buruk.

ومن هذه المادة قولهم: 

Contoh penggunaan kata ini adalah :

رجعت الإبل وبها خصاصة،

Roja’at al Ibilu wa bihaa khashaashah (Unta kembali dalam keadaan khashashah)

إذا لم تروَ من الماء؛ وقولهم كذلك للرجل إذا لم يشبع من الطعام.

yang artinya unta-unta tersebut tidak cukup minum. Kata al khashaashah juga digunakan untuk seseorang yang belum kenyang makan.

 

العَيْلَة

al ‘Aylah

ورد هذا المصطلح في القرآن الكريم في ثلاثة مواضع،

Istilah ini disebutkan dalam Al Quran di tiga tempat.

الأول: عند ذكره سبحانه الاقتصار على زوجة واحدة حال الخوف من عدم العدل بين الزوجات، والقيام بحقوقهن، قال تعالى :

Pertama, dalam konteks anjuran menikahi satu istri saja jika khawatir tidak dapat berlaku adil di antara para istri, dan memenuhi hak-hak mereka. Allah Ta’ala berfirman :

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَىٰ فَانكِحُوا مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَلَّا تَعُولُوا (النساء:٣)

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Surah an Nisaa ayat 3)

والثاني: قوله تعالى في سياق خطاب المؤمنين :

Kedua, dalam konteks janji Allah kepada orang-orang beriman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَٰذَا ۚ وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ إِن شَاءَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ  (التوبة : ٢٨)

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Surah at Taubah ayat 28)

والموضع الثالث: قوله سبحانه مخاطبًا نبيه محمدًا صلى الله عليه وسلم :

Ketiga, dalam konteks Allah berbicara kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ (الضحى : ٨)

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. (Surah adh Dhuhaa ayat 8)

والعَيْلَة – بالفتح – والعالة: الفقر والفاقة؛ يقال: 

al ‘Aylah dengan fathah pada huruf ‘ain atau al ‘aala adalah kemiskinan dan kekurangan. Dikatakan :

عال الرجل يعيل، إذا افتقر؛ 

‘aala ar rajulu ya’iilu artinya seseorang menjadi miskin;

وقرأ علقمة وغيره: (عائلة) 

Alqamah dan yang lainnya membaca kata ini sebagai aa’ilatu

وحكى الطبري أنه يقال: عال يعول، إذا افتقر؛

Ath Thabari menyebutkan bahwa kata ‘aala ya‘uulu berarti seseorang jatuh miskin.

وعيال الرجل: من يعولهم، .

‘Iyalul rajuli adalah orang-orang yang menjadi tanggungan seseorang.

وواحد العيال: عَيْل، والجمع عيائل؛ 

dan bentuk tunggal dari ‘iyal adalah ‘ayl, sedangkan bentuk jamaknya adalah ‘iya-il.

وأعال الرجل: كثرت عياله، فهو مَعِيل، والمرأة معيلة، أي: صارا ذا عيال؛ 

Jika seseorang memiliki tanggungan yang banyak, maka disebut mu‘iil (pria) atau mu‘iilah (wanita), yang artinya mereka memiliki ‘iyaal (tanggungan).

وفي الحديث، قوله صلى الله عليه وسلم:

Dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أنْ تَدَعَ ورَثَتَكَ أغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِن أنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ – متفق عليه، 

“Meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan ‘aylah yang meminta-minta kepada orang lain.” (Muttafaq ‘alaihi)

أي: فقراء يسألون الناس

artinya dalam kondisi kekurangan sehingga harus meminta kepada orang lain.

الفقر

Al Faqr

قال أهل اللغة حول هذه المادة: الفاء والقاف والراء أصل صحيح، يدل على انفراج في شيء، من عضو أو غيره؛

Para ahli bahasa mengatakan bahwa akar kata fa’ dan qaf serta ra’ menurut pendapat yang shahih memiliki makna dasar kondisi keterpisahan pada sesuatu, baik anggota tubuh atau lainnya.

من ذلك: الفَقَار للظهر، الواحدة فَقَارة، سميت للحُزُوز والفصول التي بينها؛ 

Misalnya, al faqaaru adalah ruas-ruas tulang belakang, satuannya disebut faqaara; disebut demikian karena ada ruang atau celah di antara ruas-ruas tersebut.

قالوا: ومنه اشتق الفقير, وكأنه مكسور فَقَار الظهر، من ذلته وفاقته؛

Dari sini, diturunkan kata faqir, seolah-olah punggungnya patah karena kehinaan dan kekurangannya.

ومن المادة قولهم: فَقَرتهم الفاقِرة: وهي الداهية، كأنها كاسرة لِفَقَار الظهر، قال تعالى :

Dari bentuk ini juga muncul kata faqirah yang berarti bencana besar, seolah-olah ia mematahkan punggung seseorang. Dalam Al Quran disebutkan :

تَظُنُّ أَن يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ (القيامة : ٢٥) 

mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat. (Surah Al Qiyamah ayat 25).

وسد الله مَفَاقِره: أي أغناه، وسدَّ وجوه فقره وحاجته.

Ungkapan : Sadallahu mafaaqirahu (Allah menutup segala kekurangannya) berarti Allah mengkayakan seseorang dan menutup semua kebutuhan dan kekurangannya.

الإملاق

Al Imlaaq

الإملاق في اللغة: الافتقار، 

Imlaq secara bahasa berarti al iftaqaar (menjadi miskin).

يقال: أملق الرجل فهو مُمْلِق؛

Dikatakan: amlaqa ar rajulu berarti seseorang jatuh miskin.

وأصل الإملاق الإنفاق، يقال: 

Asal kata imlaaq adalah al infaaq (mengeluarkan sesuatu), dikatakan :

أملق ما معه إملاقًا، ومَلَقَه ملقًا: 

amlaqa ma‘ahu imlaqan berarti menghabiskan apa yang dimilikinya.

إذا أخرجه من يده، ولم يحبسه، والفقر تابع لذلك، فاستعملوا لفظ السبب في موضع المسَبَّب، حتى صار به أشهر؛ 

Ketika seseorang mengeluarkan sesuatu dari tangannya tanpa menahannya (mengendalikannya), maka kemiskinan akan mengikuti tindakan tersebut. Oleh karena itu, mereka menggunakan kata yang menunjukkan penyebab (mengeluarkan harta seccara boros) untuk menggambarkan akibatnya (kemiskinan), makna inilah yang lebih dikenal.

وفي حديث عائشة رضي الله عنها، في وصف أبيها رضي الله عنه : 

Dalam hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha, tentang karakter ayah beliau, Abu Bakar ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, disebutkan :

(وَيَرِيشُ مُمْلِقَهَا) رواه الطبراني، 

“Beliau membantu orang yang jatuh miskin (mumliq)” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam ath Thabrani

أي: يغني فقيرها؛ والإملاق: كثرة إنفاق المال وتبذيره، حتى يورث حاجة؛ 

إang berarti beliau membuat orang miskin menjadi cukup. Istilah imlaq berarti pengeluaran uang yang berlebihan dan boros, hingga menyebabkan seseorang jatuh dalam kekurangan.

وفي الحديث أن امرأة سألت ابن عباس رضي الله عنهما، قالت:أَأُنْفِقُ مِنْ مَالِي مَا شِئْتُ ؟ قَالَ نَعَمْ ، أَمْلِقِي مِنْ مَالِكِ مَا شِئْتِ  

Dalam sebuah hadis, seorang wanita bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Bolehkah aku mengeluarkan hartaku sesukaku?” Ibnu Abbas menjawab: “Ya, keluarkanlah hartamu sesukamu (amlaqiy)”

وقوله تعالى : 

Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ (الإسراء : ٣١)

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut jatuh kepada kemiskinan (imlaaqin) (Surah Al Isra ayat 31),

أي: خشية الفقر والحاجة.

yaitu takut miskin dan kekurangan.

ومن معاني الإملاق: الإسراف،

Selain itu, imlaq juga berarti al israf (penghamburan atau penyalahgunaan sumber daya),

يقال أملق الرجل، أي: أسرف في نفسه؛ 

dikatakan: amlaqa ar rajulu yakni ia memboroskan apa yang dimilikinya.

ومن معانيه الإفساد: يقال: أملق ما عنده الدهرُ، أي: أفسده؛ 

Salah satu maknanya adalah al Ifsaad (kerusakan), seperti dalam ungkapan “amlaqa ma ‘indahu ad dahru”, yang berarti waktu telah merusak apa yang dia miliki.

وقال قتادة: الإملاق: الفاقة؛ وهذا المعنى الأخير هو الذي عليه أئمة اللغة والتفسير، في معنى قوله تعالى: 

Qatadah berkata bahwa imlaq berarti al Faaqah (kemiskinan). Makna inilah yang disepakati oleh para ahli bahasa dan tafsir, sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah Ta’ala :

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُم مِّنْ إِمْلَاقٍ  (الأنعام : ١٥١)

dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, (Surah al An’aam ayat 151)

وقوله سبحانه:

Dan Firman Allah Ta’ala :

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ (الإسراء : ٣١)

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut jatuh kepada kemiskinan (imlaaqin) (Surah Al Isra ayat 31),

على أنه من المفيد -علاوة على ما تقدم- أن نشير إلى أن من المصطلحات القرآنية الوثيقة الصلة بهذه المصطلحات، المصطلحات التالية: المسغبة، المخمصة، المسكنة.

Selain penjelasan di atas, penting juga untuk menambahkan bahwa ada istilah-istilah lain dalam Al-Qur’an yang berkaitan erat dengan istilah-istilah ini, yaitu:: al masghabah (kelaparan), al makhmashah (kemelaratan), dan al maskanah (kemiskinan).

وعلى ضوء ما سبق، يظهر لنا دلالة هذه المصطلحات الأربعة، وأنها تدل بشكل أساس على معنى الحاجة والفقر والفاقة، وإن كان بينها ثمة فروق لغوية. والله ولي التوفيق والتسديد، وهو حسبنا ونعم الوكيل .

Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat memahami bahwa keempat istilah ini pada dasarnya menunjukkan makna kebutuhan, kemiskinan, dan kekurangan, meskipun ada perbedaan makna di antara istilah-istilah tersebut. Semoga Allah memberi kita petunjuk dan bimbingan, serta Dia-lah yang mencukupi kita, dan sebaik-baik penolong.

والله اعلم

Sumber Utama : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.