Al Quran, Kitab Cahaya dan Petunjuk (2)



القرآن الكريم كتاب نور وهداية

Al Quran, Kitab Cahaya dan Petunjuk (Bagian Kedua)

Oleh : DR. Ali Muhammad ash Shallabiy

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Al Quran, Kitab Cahaya dan Petunjuk ini masuk dalam kategori Tadabbur al Quran

يهدي للتي هي أقوم في عالم الضمير والشعور بالعقيدة الواضحة البسيطة، التي لا تعقيد فيها ولا غموض، والتي تطلق الروح من أثقال الوهم والخرافة، وتطلق الطاقات البشرية الصالحة للعمل والبناء، وتربط بين نواميس الكون الطبيعية ونواميس الفطرة البشرية في تناسق واتساق.

al Quran memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus dalam ranah hati nurani dan perasaan, melalui akidah yang jelas dan sederhana, tanpa kerumitan dan tanpa kekaburan. Akidah ini membebaskan jiwa dari beban khayalan dan takhayul, serta melepaskan potensi manusia untuk bekerja dan membangun. al Quran juga menghubungkan hukum alam semesta dengan fitrah manusia dalam harmoni dan keseimbangan.

ويهدي للتي هي أقوم في التنسيق بين ظاهر الإنسان وباطنه، وبين مشاعره وسلوكه، وبين عقيدته وعمله، فإذا هي كلها مشدودة إلى العروة الوثقى التي لا تنفصم، متطلعة إلى الأعلى وهي مستقرة على الأرض، وإذا العمل عبادة متى توجَّه الإنسان به إلى الله، ولو كان هذا العمل متاعًا واستمتاعًا بالحياة.

al Quran juga memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus dalam menyelaraskan antara lahir dan batin manusia, antara perasaan dan perilakunya, serta antara akidah dan amalnya. Semuanya terhubung kepada tali yang kuat yang tidak pernah putus, mengarah ke atas sambil tetap kokoh di bumi. Dalam pandangan ini, pekerjaan menjadi ibadah ketika manusia menujukannya kepada Allah, bahkan jika pekerjaan itu berupa kenikmatan dan kesenangan hidup.

وكيف لا يكون كذلك، وهو تشريعٌ ربانيٌّ شاملٌ لجميع النواحي، وكافلٌ لإحقاق الحق وصيانة مصالح الناس في جميع شؤونهم: المالية والاجتماعية والأسرية والدولية، في حين أنه لم يوجد إلى الآن تشريع شامل أو عادل مع ما مرّ على الإنسانية من تجارب وخبراتٍ، حتى إن الله تحدّى العالم أن يأتوا بمثل القرآن، والمثلية تشمل جميع جوانب القرآن، سواء الألفاظ والمعاني، وإذا عجزوا عما هو من جنس ما يستطيعونه ويتفوقون فيه، وهو نظم القرآن، فهم أشدّ عجزًا عن تشريع القرآن وهدايته، لما يحتاجه إلى علم محيط بكل شيء، وليس هذا إلا لله عز وجل.

Bagaimana mungkin tidak demikian, sementara al Quran adalah hukum ilahi yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan menjamin tegaknya kebenaran serta terpeliharanya kepentingan manusia dalam semua urusan mereka: keuangan, sosial, keluarga, maupun internasional. Hingga kini, tidak ada hukum yang menyamai atau melebihi keadilan al Quran, meskipun umat manusia telah melalui berbagai pengalaman dan percobaan. Bahkan Allah telah menantang dunia untuk membuat yang serupa dengan al Quran. Keserupaan itu mencakup seluruh aspek al Quran, baik dari sisi lafaz maupun maknanya. Jika mereka tidak mampu mendatangkan sesuatu yang sejenis dari sisi apa yang dapat mereka kuasai dan unggul di dalamnya, yakni susunan al Quran, maka mereka pasti lebih tidak mampu lagi untuk membuat hukum dan petunjuk seperti al Quran, karena itu memerlukan pengetahuan yang mencakup segala sesuatu, dan itu hanya milik Allah Yang Maha Mulia.

والقرآن هو هداية الخالق لإصلاح الخلق، وشريعة السماء لأهل الأرض، وهو التشريع العام الخالد، الذي تكفَّل بجميع ما يحتاج إليه البشر في أمور دينهم ودنياهم، وهو في كل ذلك حكيم كل الحكمة، لا يعتريه خلل ولا اختلاف ولا تناقض، قال الله تعالى: ﴿أفلا يتدبّرون القرآن ولو كان من عند غير اللّه لوجدوا فيه اختلافًا كثيرًا﴾ [النساء: ٨٣]، والقرآن أصيل غاية الأصالة، وعدل غاية العدالة، ورحيم غاية الرحمة، وصادق غاية الصدق، قال تعالى: ﴿وتمّت كلمت ربّك صدقًا وعدلًا لا مبدّل لكلماته وهو السّميع العليم﴾ [المائدة: ١٥].

al Quran adalah petunjuk dari Sang Pencipta untuk memperbaiki makhluk-Nya, hukum langit untuk penghuni bumi. Ia adalah hukum yang universal dan abadi, yang menjamin segala kebutuhan manusia dalam urusan agama dan dunia mereka. Dalam semua ini, al Quran sangat bijaksana, tanpa cacat, tanpa perbedaan, dan tanpa kontradiksi. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Quran? Sekiranya al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (an Nisa: 83). al Quran adalah kitab yang sangat orisinal, penuh keadilan, sangat penuh rahmat, dan sepenuhnya benar. Allah berfirman: “Sempurnalah kalimat Tuhanmu (al Quran), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al Maidah: 15).

القرآن حارب التقليد، ودعا إلى النظر والتأمل في الكون، وهو الكتاب الذي فك العقول من عقالها، وأطلق النفوس من إسارها، وأنحى على التقليد والمقلدين بالذم والتوبيخ، ﴿وإذا قيل لهم اتّبعوا ما أنزل اللّه قالوا بل نتّبع ما ألفينا عليه آباءنا أولو كان آباؤهم لا يعقلون شيئًا ولا يهتدون﴾ [البقرة:١٧٠].

al Quran memerangi tradisi buta dan menyeru manusia untuk berpikir serta merenungi alam semesta. Ia adalah kitab yang membebaskan akal dari belenggu, dan jiwa dari penjara. al Quran mencela tradisi buta dan para pengikutnya dengan celaan dan teguran, sebagaimana firman Allah: “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah,’ mereka menjawab, ‘Tidak, kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengerti sesuatu pun dan tidak mendapat petunjuk?” (al Baqarah: 170).

وهو الكتاب الذي وجَّه العقول والأنظار إلى النظر في الأنفس، وما فيها من عجائب وأسرار وغرائز واستعدادات، ﴿وفي أنفسكم أفلا تبصرون﴾، والنظر في الآفاق والآيات الكونية علوها وسفلها، ظاهرها وخفيها، وفيما تنطوي عليه من حكم، وما أودع الله فيها من خواص وسنن.

al Quran adalah kitab yang mengarahkan akal dan perhatian manusia untuk merenungi diri mereka sendiri, keajaiban, rahasia, naluri, dan potensi yang ada di dalamnya. Sebagaimana firman Allah: “Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (adz Dzariyat: 21). Selain itu, al Quran juga mengarahkan untuk merenungi cakrawala dan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta, baik yang tinggi maupun rendah, yang tampak maupun yang tersembunyi, serta hikmah yang terkandung di dalamnya dan hukum-hukum yang Allah letakkan di sana.

وقد أجمل الله (عز وجل) فيها جملة ما في القرآن من الهدى إلى خير الطرق وأعدلها وأصوبها، هو أن القرآن الكريم هدى للطريق التي هي أقوم، وهو توحيده تعالى في ربوبيته وعبادته وفي أسمائه وصفاته، وهديه إلى الرابطة التي تربط بين أفراد المجتمع، وهي رابطة دين الإسلام، قال تعالى ﴿والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بعضٍ يأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصّلاة ويؤتون الزّكاة ويطيعون اللّه ورسوله أولٰئك سيرحمهم اللّه إنّ اللّه عزيزٌ حكيمٌ﴾ [التوبة: ٧١].

Allah telah meringkas dalam ayat-ayat-Nya inti dari petunjuk al Quran, yaitu jalan terbaik, paling adil, dan paling benar. al Quran adalah petunjuk menuju tauhid Allah dalam rububiyah, ibadah, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya. Selain itu, al Quran menunjukkan ikatan yang menghubungkan individu dalam masyarakat, yaitu agama Islam. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (at Taubah: 71).

هكذا يظهر لنا أن الوسيلة الوحيدة لهداية القرآن العظيم تحصل بالتقوى والإيمان الخالص، وما يتفرع من هذه الخصال الحميدة من خصال موازية لها، أو متفرعة عنها كالإحسان والإسلام، فالمتقون والمؤمنون هم الذين ينتفعون بما فيه من أوامر ونواهٍ، وكذلك يصلح منهجًا لتوفر صفات المنهج الناجح فيه من عصمة من الزلل، وتجرُّد من الهوى، وشمول لجوانب الحياة كلها، وملاءمته لكل المجتمعات والأمكنة والأزمنة، أما من لم يتصف بهذه الخصال الخيرة والنبيلة فلا تحصل له الهداية القرآنية، قال تعالى: ﴿والّذين اهتدوا زادهم هدًى وآتاهم تقواهم﴾ [محمد: ١٧].

Dengan demikian, jelaslah bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan petunjuk dari al Quran adalah dengan takwa dan iman yang tulus, serta sifat-sifat mulia yang bercabang darinya, seperti ihsan dan Islam. Orang-orang yang bertakwa dan beriman adalah mereka yang mendapatkan manfaat dari perintah dan larangan yang ada dalam al Quran. Selain itu, al Quran menjadi metodologi yang sempurna karena memiliki sifat-sifat metodologi yang sukses, seperti terbebas dari kesalahan, bebas dari hawa nafsu, mencakup seluruh aspek kehidupan, serta sesuai untuk semua masyarakat, tempat, dan zaman. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki sifat-sifat mulia ini tidak akan mendapatkan petunjuk dari al Quran. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka ketakwaan.” (Muhammad: 17).

Selesai Rangkaian Artikel 2 (Dua) Seri

Sumber Utama : aljazeera

 



2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.