Mu’jizat Kenabian (2)



معجزاتٌ نَبَوِيَّةٌ

Mu’jizat Kenabian (Bagian Kedua)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Mu’jizat Kenabian ini masuk dalam Kategori Siroh Nabawiyah

 

قَالَ القَاضِي عِيَاضٌ: “أَمَّا انْشِقَاقُ القَمَرِ فَالْقُرْآنُ نَصَّ بِوُقُوعِهِ”. وَبَعْدَ حُصُولِ هَذِهِ الآيَةِ العَظِيمَةِ فَإِنَّ قُرَيْشًا لَمْ يُصَدِّقُوا بِهَا وَإِنَّمَا اعْتَبَرُوهَا سِحْرًا.

Qadhi Iyadh berkata: “Adapun peristiwa terbelahnya bulan, Al-Qur’an secara tegas menyebutkan bahwa itu terjadi.” Meskipun telah terjadi mukjizat yang agung ini, kaum Quraisy tidak mempercayainya, tetapi menganggapnya sebagai sihir.

قَالَ السَّعْدِيُّ فِي تَفْسِيرِهِ: “فَمِنْ أَعْظَمِ الآيَاتِ الدَّالَّةِ عَلَى صِحَّةِ مَا جَاءَ بِهِ مُحَمَّدٌ بْنُ عَبْدِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمَّا طَلَبَ مِنْهُ المُكَذِّبُونَ أَنْ يُرِيَهُمْ مِنْ خَوَارِقِ العَادَاتِ مَا يَدُلُّ عَلَى صِحَّةِ مَا جَاءَ بِهِ وَصِدْقِهِ، أَشَارَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى القَمَرِ بِإِذْنِ اللهِ تَعَالَى فَانْشَقَّ فِلْقَتَيْنِ، فِلْقَةٌ عَلَى جَبَلِ أَبِي قُبَيْسٍ، وَفِلْقَةٌ عَلَى جَبَلِ قَيْقَعَانَ، وَالمُشْرِكُونَ وَغَيْرُهُمْ يُشَاهِدُونَ هَذِهِ الآيَةَ الكُبْرَى الكَائِنَةَ فِي العَالَمِ العُلْوِيِّ الَّتِي لَا يَقْدِرُ الخَلْقُ عَلَى التَّمْوِيهِ بِهَا وَالتَّخْيِيلِ، فَشَاهَدُوا أَمْرًا مَا رَأَوْا مِثْلَهُ، بَلْ وَلَمْ يَسْمَعُوا أَنَّهُ جَرَى لِأَحَدٍ مِنَ المُرْسَلِينَ قَبْلَهُ نَظِيرُهُ، 

As-Sa’di dalam tafsirnya berkata: “Salah satu mukjizat terbesar yang menunjukkan kebenaran apa yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah ﷺ adalah ketika para pendusta meminta agar beliau menunjukkan sebuah kejadian luar biasa yang membuktikan kebenaran ajarannya. Maka, dengan izin Allah Ta’ala, beliau menunjuk ke arah bulan, lalu bulan pun terbelah menjadi dua bagian: satu bagian berada di atas Gunung Abu Qubais dan bagian lainnya di atas Gunung Qaiqa’aan, dan para musyrikin serta lainnya menyaksikan mukjizat besar ini. Mukjizat ini terjadi di langit, yang mustahil dapat dimanipulasi oleh manusia. Mereka menyaksikan sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, bahkan belum pernah mendengar ada yang serupa terjadi pada nabi-nabi sebelumnya.

فَانْبَهَرُوا لِذَلِكَ، وَلَكِنْ لَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ فِي قُلُوبِهِمْ، فَفَزِعُوا إِلَى بُهْتِهِمْ وَطُغْيَانِهِمْ، وَقَالُوا: سَحَرَنَا مُحَمَّدٌ، وَلَكِنْ عَلاَمَةُ ذَلِكَ أَنَّكُمْ تَسْأَلُونَ مَنْ قَدِمَ إِلَيْكُمْ مِنَ السَّفَرِ، فَإِنَّهُ مَنْ قَدَرَ عَلَى سِحْرِكُمْ، لَا يَقْدِرُ أَنْ يَسْحَرَ مَنْ لَيْسَ مُشَاهِدًا مِثْلَكُمْ، فَسَأَلُوا كُلَّ مَنْ قَدِمَ، فَأَخْبَرَهُمْ بِوُقُوعِ ذَلِكَ”.

Namun, meskipun terpesona oleh kejadian tersebut, iman tidak masuk ke dalam hati mereka. Mereka malah beralih kepada fitnah dan kesombongan mereka, dengan berkata: ‘Muhammad telah menyihir kita.’ Tetapi mereka menyadari bahwa tanda kebenaran mukjizat ini dapat dibuktikan jika mereka bertanya kepada orang-orang yang datang dari perjalanan jauh. Sebab, jika Muhammad mampu menyihir mereka, ia tidak akan mampu menyihir orang yang tidak menyaksikannya. Maka mereka bertanya kepada semua orang yang datang dari perjalanan jauh, dan mereka pun membenarkan bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi.”

وَصْفُ بَيْتِ المَقْدِسِ :

Deskripsi Nabi ﷺ tentang Baitul Maqdis

الوَصْفُ النَّبَوِيُّ الدَّقِيقُ لِبَيْتِ المَقْدِسِ الَّذِي قَالَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْمُشْرِكِينَ ـ بَعْدَ رِحْلَةِ وَمُعْجِزَةِ الإِسْرَاءِ وَالمِعْرَاجِ ـ وَالَّذِي لَمْ يَكُنْ قَدْ رَآهُ مِنْ قَبْلُ, فِيهِ مُعْجِزَةٌ نَبَوِيَّةٌ ظَاهِرَةٌ أَمَامَ المُشْرِكِينَ.

Deskripsi Nabi ﷺ tentang Baitul Maqdis setelah perjalanan Isra dan Mi’raj, meskipun beliau belum pernah melihatnya sebelumnya, merupakan salah satu mukjizat yang nyata di hadapan kaum musyrikin.

فَحِينَ رَجَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَكَّةَ بَعْدَ الإِسْرَاءِ وَالمِعْرَاجِ، وَأَدْرَكَ أَنَّ مَا شَاهَدَهُ مِنْ عَجَائِبَ وَآيَاتٍ فِيهَا، لَنْ تَتَقَبَّلَهُ عُقُولُ مُشْرِكِي قُرَيْشٍ، أَصْبَحَ مَهْمُومًا حَزِينًا.

Ketika Nabi ﷺ kembali ke Mekah setelah perjalanan Isra dan Mi’raj, beliau merasa cemas dan sedih karena menyadari bahwa hal-hal ajaib yang telah beliau saksikan tidak akan diterima oleh akal kaum musyrikin Quraisy.

فَلَمَّا رَآهُ أَبُو جَهْلٍ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ جَاءَهُ وَجَلَسَ عِنْدَهُ ثُمَّ سَأَلَهُ عَنْ حَالِهِ، فَأَخْبَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرِحْلَتِهِ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ، فَرَأَى أَبُو جَهْلٍ فِي قِصَّتِهِ فُرْصَةً لِتَكْذِيبِهِ وَالسُّخْرِيَةِ مِنْهُ، فَقَالَ لَهُ: “أَرَأَيْتَ إِنْ دَعَوْتُ قَوْمَكَ أَتُحَدِّثُهُمْ بِمَا حَدَّثْتَنِي؟” فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “نَعَمْ”.

Ketika Abu Jahal melihat Nabi ﷺ dalam keadaan tersebut, ia mendekat dan duduk di sampingnya, lalu bertanya tentang apa yang terjadi. Nabi ﷺ pun menceritakan perjalanannya pada malam itu. Abu Jahal melihat cerita ini sebagai kesempatan untuk mendustakan dan memperolok beliau. Ia berkata: “Bagaimana jika aku memanggil kaummu? Apakah engkau akan menceritakan kepada mereka apa yang engkau ceritakan padaku?” Nabi ﷺ menjawab: “Ya.”

فَانْطَلَقَ أَبُو جَهْلٍ يُنَادِي بِالنَّاسِ لِيَسْمَعُوا مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا حَدَثَ لَهُ مِنْ إِسْرَاءٍ وَمِعْرَاجٍ، فَصَاحُوا مُتَعَجِّبِينَ، وَقَامَ إِلَيْهِ أَفْرَادٌ مِنْهُمْ يَسْأَلُونَهُ عَنْ وَصْفِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ (لِيُعْجِزُوهُ لِأَنَّهُ لَمْ يَرَهُ مِنْ قَبْلُ)، فَوَصَفَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِدِقَّةٍ بَالِغَةٍ.

Abu Jahal pun pergi memanggil orang-orang agar mereka mendengar sendiri apa yang Nabi ﷺ ceritakan tentang perjalanan Isra dan Mi’raj. Mereka berseru heran, lalu sebagian dari mereka bertanya kepada beliau tentang deskripsi Baitul Maqdis (dengan maksud untuk membingungkan beliau karena beliau belum pernah melihatnya sebelumnya). Nabi ﷺ pun menggambarkannya dengan sangat rinci.

فَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: (… فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنِّي أُسْرِيَ بِي اللَّيْلَةَ، قَالُوا: إِلَى أَيْنَ؟ قُلْتُ: إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ، قَالُوا: ثُمَّ أَصْبَحْتَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا؟! قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَمِنْ بَيْنِ مُصَفِّقٍ، وَمِنْ بَيْنِ وَاضِعٍ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مُتَعَجِّبًا لِلْكَذِبِ ـ زَعْمَ ـ، قَالُوا: وَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَنْعَتَ لَنَا الْمَسْجِدَ؟! ـ وَفِي الْقَوْمِ مَنْ قَدْ سَافَرَ إِلَى ذَلِكَ الْبَلَدِ وَرَأَى الْمَسْجِدَ ـ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَذَهَبْتُ أَنْعَتُ، فَمَا زِلْتُ أَنْعَتُ حَتَّى الْتَبَسَ عَلَيَّ بَعْضُ النَّعْتِ قَالَ: فَجِيءَ بِالْمَسْجِدِ وَأَنَا أَنْظُرُ حَتَّى وُضِعَ دُونَ دَارِ عِقَالٍ أَوْ عَقِيلٍ فَنَعَتُّهُ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ، قَالَ: وَكَانَ مَعَ هَذَا نَعْتٌ لَمْ أَحْفَظْهُ، قَالَ: فَقَالَ الْقَوْمُ: أَمَّا النَّعْتُ فَوَاللهِ لَقَدْ أَصَابَ) رَوَاهُ أَحْمَدُ وَصَحَّحَهُ الأَلْبَانِيُّ.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhumaa : (… Rasulullah ﷺ berkata: “Aku diperjalankan pada malam tadi.” Mereka bertanya: “Ke mana?” Beliau menjawab: “Ke Baitul Maqdis.” Mereka bertanya lagi: “Lalu, engkau kembali lagi pagi ini di tengah-tengah kami?” Beliau menjawab: “Ya.” Maka sebagian mereka bertepuk tangan dan sebagian lagi meletakkan tangan di kepala mereka karena terheran-heran dengan apa yang mereka anggap kebohongan. Mereka berkata: “Mampukah engkau menggambarkan masjid itu kepada kami?” — Padahal di antara mereka ada yang pernah bepergian ke sana dan melihat masjid itu. Maka Rasulullah ﷺ mulai menggambarkannya. Beliau terus menggambarkannya hingga beberapa bagian dari deskripsi itu terasa sulit baginya, lalu masjid itu dihadirkan di depan beliau hingga beliau melihatnya. Beliau pun menggambarkan masjid itu dengan melihatnya, lalu berkata: “Ada bagian lain yang tidak aku ingat.” Mereka berkata: “Adapun gambaran masjid itu, maka demi Allah, engkau benar.”) Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (لَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي الْحِجْرِ وَقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عَنْ مَسْرَايَ، عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْهَا، فَكَرِبْتُ كَرْبًا مَا كَرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ، فَرَفَعَهُ اللهُ لِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ، مَا يَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَنْبَأْتُهُمْ بِهِ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Aku berada di Hijr (dekat Ka’bah) ketika kaum Quraisy bertanya kepadaku tentang perjalanan Isra-ku, tentang hal-hal dari Baitul Maqdis yang aku tidak hafal. Maka aku merasa sangat berat, tidak pernah aku merasa seberat itu sebelumnya. Lalu Allah menampakkannya kepadaku sehingga aku dapat melihatnya. Tidak ada satu pun pertanyaan mereka kecuali aku menjawabnya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.

فَفِي وَصْفِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدَّقِيقِ لِبَيْتِ الْمَقْدِسِ، وَالَّذِي لَمْ يَدْخُلْهُ وَلَمْ يَرَهُ فِي حَيَاتِهِ، وَعِلْمِ قُرَيْشٍ ذَلِكَ، مُعْجِزَةٌ مِنْ مُعْجِزَاتِهِ، وَدَلِيلٌ مِنْ دَلَائِلِ صِدْقِهِ وَنُبُوَّتِهِ، وَمَعَ ذَلِكَ ازْدَادَتْ قُرَيْشٌ عِنَادًا.

Maka, deskripsi Nabi ﷺ yang sangat rinci tentang Baitul Maqdis, meskipun beliau tidak pernah memasukinya atau melihatnya sepanjang hidupnya, dan pengetahuan Quraisy tentang hal itu, adalah salah satu mukjizat beliau dan bukti kebenaran serta kenabiannya. Namun, meskipun demikian, kaum Quraisy justru semakin keras kepala.

قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ: “فَلَمَّا أَصْبَحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْمِهِ، أَخْبَرَهُمْ بِمَا أَرَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ آيَاتِهِ الْكُبْرَى، فَاشْتَدَّ تَكْذِيبُهُمْ لَهُ، وَأَذَاهُمْ وَضَرَوَاتُهُمْ عَلَيْهِ، وَسَأَلُوهُ أَنْ يَصِفَ لَهُمْ بَيْتَ الْمَقْدِسِ، فَجَلَّاهُ اللهُ لَهُ حَتَّى عَايَنَهُ، فَطَفِقَ يُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ، وَلَا يَسْتَطِيعُونَ أَنْ يَرُدُّوا عَلَيْهِ شَيْئًا، وَأَخْبَرَهُمْ عَنْ عِيرِهِمْ فِي مَسْرَاهُ وَرُجُوعِهِ، وَأَخْبَرَهُمْ عَنْ وَقْتِ قُدُومِهَا، وَأَخْبَرَهُمْ عَنْ الْبَعِيرِ الَّذِي يُقَدِّمُهَا، وَكَانَ الْأَمْرُ كَمَا قَالَ، فَلَمْ يَزِدْهُمْ ذَلِكَ إِلَّا نُفُورًا”.

Ibnu Qayyim berkata: “Ketika Rasulullah ﷺ berada di tengah kaumnya pada pagi harinya, beliau menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah Allah Azza wa Jalla perlihatkan kepadanya dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Maka kaum Quraisy semakin mendustakan beliau, menyakiti beliau, dan menganiayanya. Mereka meminta beliau untuk menggambarkan Baitul Maqdis kepada mereka. Lalu Allah menampakkan gambaran Baitul Maqdis kepada beliau hingga beliau dapat melihatnya. Maka beliau mulai menceritakan kepada mereka tanda-tandanya, dan mereka tidak dapat membantah apa pun. Beliau juga mengabarkan kepada mereka tentang kafilah dagang mereka dalam perjalanan Isra’ beliau dan saat kembalinya, beliau menyebutkan waktu kedatangannya, serta menyebutkan unta yang memimpin kafilah tersebut. Dan ternyata hal itu sesuai dengan apa yang beliau katakan. Namun, hal itu tidak menambah mereka kecuali semakin jauh (dari keimanan).”

Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.