معجزاتٌ نَبَوِيَّةٌ
Mu’jizat Kenabian (Bagian Ketiga)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Mu’jizat Kenabian ini masuk dalam Kategori Siroh Nabawiyah
معجزاتٌ نبويةٌ رآها أحدُ المشركين :
Mukjizat Nabi yang Disaksikan oleh Salah Seorang Musyrik:
بعدَ هزيمةِ المشركين في بدرٍ، تآمرَ عُميرُ بنُ وهبٍ الجمحيُّ مع صفوانَ بنِ أميَّةَ من مشركي قريشٍ واتفقا على قتلِ النبيِّ صلى الله عليه وسلم، ففي السيرةِ النبويةِ لابن هشامٍ أنَّ صفوانَ بنَ أميَّةَ وعُميرَ بنَ وهبٍ الجمحيَّ تذاكرا مصابَ المشركين في بدرٍ وكثرةَ قتلاهم، فقال صفوانُ: “واللهِ إنَّ في العيشِ بعدَهم خيرٌ”. قال له عُميرٌ: “صدقتَ واللهِ، أمَا واللهِ لولا دَيْنٌ علَيَّ ليسَ له عندي قضاءٌ، وعيالٌ أخشى عليهم الضيعةَ بعدي، لركبتُ إلى محمدٍ حتى أقتله، فإنَّ لي قِبَلَهُمْ عِلَّةً، ابني أسيرٌ في أيديهم”. فاغتنمَها صفوانُ وقال: “علَيَّ دَيْنُكَ، أنا أقضيهِ عنكَ، وعيالُكَ مع عيالي أواسيهِم ما بقوا، لا يسعني شيءٌ ويعجزُ عنهم”. فقال له عُميرٌ: “فاكتمْ عني شأني وشأنكَ”. قال: “أفعلُ”. ثمَّ أمرَ عُميرٌ بسيفهِ فشُحِذَ له وسُمَّ، ثمَّ انطلقَ حتى قدمَ به المدينةَ…
Setelah kekalahan kaum musyrik di Perang Badar, Umayr bin Wahb al-Jumahi bersekongkol dengan Shafwan bin Umayyah, seorang tokoh musyrik Quraisy, untuk membunuh Nabi ﷺ. Dalam Sirah Ibnu Hisyam disebutkan bahwa Shafwan bin Umayyah dan Umayr bin Wahb al-Jumahi berdiskusi tentang penderitaan kaum musyrik di Badar dan banyaknya jumlah korban dari pihak mereka. Shafwan berkata: “Demi Allah, tiada kebaikan dalam hidup setelah mereka.” Umayr menjawab: “Benar, demi Allah. Seandainya bukan karena utang yang belum mampu aku lunasi dan keluarga yang aku khawatirkan akan terlantar sepeninggalku, aku akan pergi menemui Muhammad dan membunuhnya. Aku memiliki alasan untuk mendekatinya, karena anakku ditawan oleh mereka.” Shafwan lalu memanfaatkan kesempatan itu dan berkata: “Aku yang akan melunasi utangmu, dan keluargamu akan aku tanggung bersama keluargaku, selama mereka hidup. Aku tidak akan meninggalkan mereka dalam kesulitan.” Umayr pun berkata: “Rahasiakan rencana ini dariku dan darimu.” Shafwan menjawab: “Aku akan merahasiakannya.” Lalu Umayr menyiapkan pedangnya, mengasahnya, dan melumurinya dengan racun, kemudian pergi menuju Madinah.
فلما رآهُ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وعمرُ آخذٌ بحمالةِ سيفهِ في عنقهِ، قال: “أرسلهُ يا عمر، ادنُ (اقتربْ) يا عميرُ”. فدنا وقال: “أنْعِمُوا صباحاً”. فقال النبيُّ صلى الله عليه وسلم: “قد أكرمنا اللهُ بتحيةٍ خيرٍ من تحيتكَ يا عميرُ، بالسلامِ تحيةِ أهلِ الجنةِ”. ثم قال: “ما جاءَ بكَ يا عميرُ؟” قال: “جئتُ لهذا الأسيرِ الذي في أيديكم، فأحسنوا فيه”. قال: “فما بالُ السيفِ في عنقكَ؟” قال: “قبَّحَها اللهُ من سيوفٍ، وهل أغنَتْ عنَّا شيئاً؟” قال: “اصْدُقْني، ما الذي جئتَ له؟” قال: “ما جئتُ إلا لذلك”. قال: “بل قعدتَ أنتَ وصفوانُ بنُ أميَّةَ في الحِجْرِ، فذكرتما أصحابَ القَلِيبِ من قريشٍ، ثم قلتَ: لولا دَيْنٌ عليَّ وعيالٌ عندي لخرجتُ حتى أقتلَ محمداً، فتحمَّل صفوانُ بدَيْنِكَ وعيالِكَ على أنْ تقتلَني، واللهُ حائلٌ بينكَ وبينَ ذلك”.
Ketika Rasulullah ﷺ melihatnya datang dengan Umar bin Khaththab yang memegang tali pedangnya, beliau berkata: “Lepaskan dia, wahai Umar. Mendekatlah, wahai Umayr.” Umayr mendekat dan berkata: “Selamat pagi.” Rasulullah ﷺ menjawab: “Allah telah memuliakan kami dengan salam yang lebih baik daripada ucapanmu, wahai Umayr, yaitu salam penghuni surga.” Kemudian beliau bertanya: “Apa yang membawamu ke sini, wahai Umayr?” Umayr menjawab: “Aku datang untuk tawanan yang ada di tanganmu, maka perlakukanlah dia dengan baik.” Rasulullah ﷺ bertanya: “Mengapa ada pedang di lehermu?” Umayr menjawab: “Celakalah pedang ini, apakah ia bermanfaat bagi kita?” Rasulullah ﷺ berkata: “Berkatalah yang jujur, apa yang membawamu ke sini?” Umayr menjawab: “Aku hanya datang untuk itu.” Rasulullah ﷺ berkata: “Bukan begitu, engkau duduk bersama Shafwan bin Umayyah di Hijr (Ka’bah), kalian berbicara tentang para korban Quraisy yang tewas di sumur. Lalu engkau berkata: ‘Seandainya bukan karena utang dan keluarga, aku akan pergi untuk membunuh Muhammad.’ Maka Shafwan menanggung utangmu dan keluargamu, dengan syarat engkau membunuhku. Namun Allah menjadi penghalang antara dirimu dan rencanamu.”
قال عُميرٌ: “أشهدُ أنَّكَ رسولُ اللهِ. قد كنا يا رسولَ اللهِ نكذبُكَ بما كنتَ تأتينا به من خبرِ السماءِ، وما ينزلُ عليكَ من الوحيِ، وهذا أمرٌ لم يحضرهُ إلا أنا وصفوانُ. فواللهِ إني لأعلمُ ما أتاكَ به إلا اللهُ، فالحمدُ للهِ الذي هداني للإسلامِ، وساقني هذا المساقَ”. ثم تشهَّد شهادةَ الحقِّ.
Umayr berkata: “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah. Sebelumnya, wahai Rasulullah, kami mendustakanmu atas apa yang engkau sampaikan kepada kami dari berita langit dan wahyu yang turun kepadamu. Namun, hal ini tidak diketahui kecuali oleh aku dan Shafwan. Demi Allah, aku tahu bahwa apa yang engkau sampaikan hanyalah dari Allah. Segala puji bagi Allah yang telah membimbingku kepada Islam dan membawaku ke jalan ini.” Lalu ia mengucapkan syahadat.
وفي علم النبي صلى الله عليه وسلم بما دار بين صفوان وعمير مع عدم حضوره هذا الحوار، أو إخبار أحد له به معجزة نبوية، علمها وشاهدها عمير بنفسه وكانت سبباً في إسلامه.
Pengetahuan Nabi ﷺ tentang apa yang terjadi antara Shafwan dan Umayr, tanpa beliau hadir dalam percakapan tersebut atau ada yang memberitahunya, adalah salah satu mukjizat kenabian. Umayr menyaksikan mukjizat ini sendiri, dan hal itu menjadi sebab keislamannya.
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply