محاذير الأناشيد الحديثة وشروط الجائز منها
Bahaya Nasyid Modern dan Syarat Nasyid yang Diperbolehkan (Bagian Ketiga)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Atikel Bahaya Nasyid Modern dan Syarat Nasyid yang Diperbolehkan ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
ثانياً : ضوابط وشروط النشيد الجائز :
Kedua : Aturan dan Syarat Nasyid yang Diperbolehkan:
وبتأمل كلام العلماء والمشايخ الثقات يمكننا جمع الضوابط والشروط الشرعية التي يجب تحققها حتى يكون النشيد جائزاً ، ومن ذلك :
Dengan merenungkan ucapan para ulama dan para masyaikh yang terpercaya, kita dapat mengumpulkan aturan dan syarat-syarat syar’i yang harus dipenuhi agar nasyid menjadi halal, di antaranya:
١. أن تخلو كلمات النشيد من الكلام المحرم والتافه .
1. Kata-kata dalam nasyid tidak mengandung perkataan yang haram atau tidak berguna.
٢. أن لا يصاحب النشيد معازف أو آلات موسيقية ، ولم يُبح من المعازف إلا الدف للنساء في أحوال معينة ، وانظر جواب السؤال هنا
2. Nasyid tidak disertai dengan alat musik atau instrumen musik, karena yang dibolehkan dari alat musik hanyalah tabuhan daf bagi wanita dalam keadaan tertentu. Lihat artikel tanya jawab tentang hal ini disini :
٣. أن تخلو من المؤثرات الصوتية التي تشبه صوت الآلات الموسيقية ؛ لأن العبرة بالظاهر والأثر ، وتقليد الآلات المحرمة لا يجوز ، وخاصة أن أثرها السيئ هو نفسه الذي تحدثه الآلات الحقيقية .
3. Tidak ada efek suara yang menyerupai suara alat musik, karena yang dihitung adalah tampilan dan dampaknya. Meniru suara alat musik yang haram tidak dibolehkan, terutama karena dampak buruknya sama seperti yang dihasilkan oleh alat musik asli.
٤. أن لا تكون الأناشيد ديدناً للمستمع ، وتستهلك وقته ، وتؤثر على الواجبات والمستحبات ، كتأثيرها على قراءة القرآن ، والدعوة إلى الله .
4. Nasyid tidak boleh menjadi kebiasaan bagi pendengarnya, menghabiskan waktu mereka, dan memengaruhi kewajiban serta hal-hal yang dianjurkan, seperti memengaruhi pembacaan Al-Qur’an dan dakwah kepada Allah.
٥. أن لا يكون المنشد امرأة أمام الرجال ، أو رجلاً فاتنا في هيئته أو صوته ، أمام النساء .
5. Penyanyi nasyid tidak boleh seorang wanita yang bernyanyi di hadapan pria, atau seorang pria dengan penampilan atau suara yang menggoda di hadapan wanita.
٦. أن يتجنب سماع أصحاب الأصوات الرقيقة ، والمتكسرين في أدائهم ، والمتمايلين بأجسادهم ، ففي ذلك كله فتنة ، وتشبه بالفساق .
6. Hindari mendengarkan orang-orang dengan suara lembut, yang bersikap gemulai dalam penampilan, atau yang menggoyangkan tubuh mereka, karena semua ini dapat menimbulkan fitnah dan menyerupai orang-orang fasik.
٧. تجنب الصور التي توضع على أغلفة أشرطتهم ، وأولى من ذلك : تجنّب ظهورهم بالفيديو كليب المصاحب لأناشيدهم ، وخاصة ما يكون من بعضهم من حركات مثيرة ، وتشبه بالمغنين الفاسقين .
7. Hindari gambar yang dipasang di sampul kaset mereka, dan lebih baik lagi, hindari penampilan mereka dalam video klip yang menyertai nasyid mereka, terutama jika ada gerakan-gerakan menggoda atau menyerupai penyanyi fasik.
٨. أن يكون القصد من النشيد الكلمات لا الألحان والطرب .
8. Tujuan dari nasyid haruslah pada kata-kata, bukan pada melodi dan hiburan.
وهذه كلمات أهل العلم التي تحتوي الضوابط والشروط السابقة :
Dan berikut adalah kata-kata para ulama yang mengandung aturan dan syarat-syarat yang telah disebutkan sebelumnya:
1. قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله :
1. Syaikh al Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah berkata :
” وبالجملة قد عرف بالاضطرار من دين الإسلام أن النبي صلى الله عليه وسلم لم يشرع لصالحي أمته وعبَّادهم وزهَّادهم أن يجتمعوا على استماع الأبيات الملحنة مع ضرب بالكف أو ضرب بالقضيب أو الدف ، كما لم يُبح لأحدٍ أن يخرج عن متابعته واتباع ما جاء به من الكتاب والحكمة ، لا في باطن الأمر ولا في ظاهره ، ولا لعامي ولا لخاصي ، ولكن رخص النبي صلى الله عليه وسلم في أنواع من اللهو في العرس ونحوه ، كما رخص للنساء أن يضربن بالدف في الأعراس والأفراح .
“Secara keseluruhan, sudah diketahui dengan pasti dalam agama Islam bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyarankan kepada orang-orang saleh umatnya, para ahli ibadah, dan orang-orang zuhud mereka untuk berkumpul mendengarkan syair yang dilantunkan dengan irama dan disertai tepukan tangan, pukulan dengan tongkat, atau tabuhan daf. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak membolehkan siapa pun untuk menyimpang dari mengikuti dan menjalankan apa yang telah beliau bawa, baik dalam perkara batin maupun lahir, baik untuk orang awam maupun khusus. Namun, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memberi kelonggaran dalam beberapa jenis hiburan di acara pernikahan dan sejenisnya, seperti memberi izin kepada wanita untuk memukul daf pada acara pernikahan dan perayaan.
وأما الرجال على عهده : فلم يكن أحد منهم يضرب بدف ، ولا يصفق بكف ، بل قد ثبت عنه في الصحيح أنه قال : ( التصفيق للنساء ، والتسبيح للرجال ) و ( لعن المتشبهات من النساء بالرجال ، والمتشبهين من الرجال بالنساء ) .
Adapun para pria pada masa beliau: Tidak ada seorang pun dari mereka yang memukul daf, atau bertepuk tangan. Bahkan, dalam hadits yang sahih disebutkan bahwa beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: (Tepuk tangan untuk wanita, dan tasbih untuk pria) dan (Dilahannya wanita yang menyerupai pria, dan pria yang menyerupai wanita).
ولما كان الغناء والضرب بالدف والكف من عمل النساء : كان السلف يسمُّون من يفعل ذلك من الرجال مخنَّثاً ، ويسمُّون الرجال المغنين مخانيثاً ، وهذا مشهور في كلامهم ” انتهى ” مجموع الفتاوى ” ( ١١ / ٥٦٥ ، ٥٦٦ ) .
Karena nyanyian, tepuk tangan, dan tabuhan daf adalah pekerjaan wanita, para salaf (generasi terdahulu) menyebut siapa saja dari kalangan pria yang melakukannya sebagai ‘khunthā’ (lembut), dan mereka menyebut pria penyanyi sebagai ‘makhānīth’ (penyanyi pria yang lembut), dan hal ini sangat dikenal dalam ucapan mereka.” Majmū’ al-Fatāwā (11/565, 566).
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamQA
Leave a Reply