تطور دراسة الإعجاز القرآني على مر العصور
Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (Bagian Kedua Puluh Satu)
أ.د / عبد الغني محمد بركة
Prof. Dr. Abdul Ghani Muhammad Barakah
(Profesor di Fakultas Bahasa Arab dan Mantan Dekan Fakultas tersebut di Universitas Al-Azhar)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman ini kami masukkan ke Kategori Ilmu al Quran
وشواهد ذلك حاضرة، ننظر إلى قول الناس: الطبع لا يتغير.
Contohnya jelas, lihatlah pernyataan umum orang-orang : ‘Sifat alami seseorang tidak berubah.’
فتر فيه معنى عامياً غفلاً معروفاً في كل جيل، ثم ننظر إلى قول المتنبي:
Ini memiliki makna umum yang dikenal di setiap generasi. Kemudian, kita melihat pada perkataan al-Mutanabbi:
يراد من القلب نسيانكم وتأبى الطباع على الناقل
“Berharap hati melupakan kalian, namun tabiat menolak untuk berpindah.”
هذا، وقد لقيت آراء عبد القاهر ما هي أهل له، من قبول العلماء الذين تلقوها، وهيأ الله منهم من تكفل بالجانب التطبيقي لها، وعلى رأسهم الإمام جار الله الزمخشري ( المتوفى سنة 538) في كتابه تفسير القرآن الذي سماه ( الكشاف عن حقائق التنزيل، وعيون الأقاويل في وجوه التأويل، والذي أصبح منهلاً ينهل منه الباحثون عن أسرار الإعجاز القرآني.
Pendapat-pendapat Abdul Qahir mendapatkan sambutan yang layak dari para ulama yang menerimanya. Allah menyiapkan di antara mereka orang-orang yang bertanggung jawab untuk menerapkan secara praktis teori-teori tersebut. Salah satu yang paling menonjol adalah Imam Jar Allah Az-Zamakhsyari (wafat tahun 538 H) melalui tafsirnya Al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh at-Ta’wil. Tafsir ini menjadi sumber yang kaya bagi para peneliti yang ingin menggali rahasia mukjizat Al Quran.
كما هيأ له من ضبط ولمَّ شعثها وضبط قواعدها. وترتيب أبوابها وعلى رأس هؤلاء: الفخر الرازي في كتابه ( نهاية الإيجاز في دراسة الإعجاز ).
Allah juga menyiapkan sosok lain yang bertugas mengorganisasi, menyusun ulang, dan merapikan teori-teori tersebut, termasuk memperbaiki kaidah-kaidah dan mengatur bab-babnya. Di antara tokoh utama dalam hal ini adalah Fakhruddin Ar-Razi melalui kitabnya Nihayat al-I’jaz fi Dirasat al-I’jaz.
غير أن الرازي في محاولته لضبط آراء أستاذه غلبت عليه طبيعته المنطقية الفلسفية، فبدت واضحة في عمله. ووقع في خطأ أفسد ما حاول إصلاحه، فآراء عبد القاهر على ما بها من توزع في مواطن معالجتها، وإطناب في محاولة الإقناع بها، كانت تساق في أسلوب أدبي يخاطب الوجدان والذوق، ويبرز أسرار جمال التعبير بأسلوب رقيق شفاف يستهوي القلوب.
Namun, Ar-Razi dalam usahanya untuk merapikan pandangan gurunya, terlalu terpengaruh oleh kecenderungannya pada logika dan filsafat, yang terlihat jelas dalam karyanya. Ia terjebak dalam kesalahan yang justru merusak apa yang ia coba perbaiki. Pendapat-pendapat Abdul Qahir, meskipun tersebar di berbagai bagian pembahasannya dan sering kali panjang lebar dalam upayanya untuk meyakinkan, disampaikan dengan gaya sastra yang menyentuh perasaan dan cita rasa. Pendekatannya menonjolkan rahasia keindahan ekspresi Al Quran dengan gaya yang halus dan transparan, yang mampu memikat hati pembacanya.
أما الرازي، فقد أحال الأمر إلى مجال للجدل المنطقي، وتتبع لما توجيه القسمة العقلية للآراء فتتابعت تقسيماته للموضوعات إلى عشرات الأبواب ومئات الفصول، وأمثالها من القواعد والتنبيهات التي يصل القارىء في تتبعها.
Adapun Ar-Razi, ia mengalihkan pembahasan ini ke ranah perdebatan logis, dengan mengikuti arahan pembagian konseptual dari berbagai pandangan. Akibatnya, pembahasannya terbagi menjadi puluhan bab, ratusan bagian, serta berbagai kaidah dan catatan yang harus diikuti oleh pembaca untuk memahaminya.
وهذا المسلك الذي اختطه الرازي ظل طوال قرون مسيطراً على عقول الباحثين، فساروا خلفه مستسلمين، يتبارون داخل دائرة مغلقة لا تجد في ثناياها غير تلخيص كتاب، ثم إعادة للتلخيص، فحاشية على الشرح، ثم تعليق على الحاشية، إلى آخر هذه السلسلة العقيمة التي لا تتضمن، على الرغم مما بها من جهد عقلي خارق، وقدرة مذهلة على الحجاج ـ لا تتضمن شيئاً مما كانت البلاغة أحوج ما تكون إليه لتؤدي دورها في صقل المواهب، وتنمية الملكات القادرة على الإحساس بجماليات التعبير وتذوق محاسنه.
Metode yang ditempuh oleh Ar-Razi ini selama berabad-abad mendominasi pemikiran para peneliti, sehingga mereka mengikuti jejaknya dengan penuh kepasrahan. Mereka saling berlomba dalam lingkaran tertutup yang isinya tidak lebih dari meringkas kitab, kemudian mengulang ringkasan tersebut, menambahkan catatan pada penjelasan, lalu memberikan komentar pada catatan tersebut, dan seterusnya. Rangkaian ini, meskipun melibatkan upaya intelektual yang luar biasa dan kemampuan luar biasa dalam berdebat, tidak memberikan apa yang benar-benar diperlukan oleh balaghah agar dapat menjalankan perannya dalam mengasah bakat, mengembangkan kemampuan, serta menumbuhkan kepekaan terhadap keindahan ekspresi dan apresiasi terhadap keunggulannya.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : Quran-M
Leave a Reply