Ketaatan dan Musibah (1)



زيادة البلاء مع زيادة الطاعة

Peningkatan Musibah Bersamaan dengan Peningkatan Ketaatan (Bagian Pertama)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Ketaatan dan Musibah ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال:

Pertanyaan:

كلما تقربت الى الله و بعدت عن المعاصي و زاد الدعاء لكي يرفع الله عني البلاء لا يرفع بل ويزيد مما ادخاني في حالة قنوط و استسلام لماذا الجأ الى الله ليرفع عني البلاء و ارى المزيد ؟ هل هذا غضب من الله علي ؟ لم اعد قادر على مواصلة الدعاء

Setiap kali saya mendekatkan diri kepada Allah, menjauhi dosa-dosa, dan memperbanyak doa agar Allah mengangkat musibah dari saya, ternyata musibah itu tidak kunjung diangkat, bahkan bertambah. Hal ini membuat saya merasa putus asa dan menyerah. Mengapa saya berdoa kepada Allah untuk mengangkat musibah, namun justru saya melihat semakin banyak musibah ? Apakah ini tanda kemarahan Allah kepada saya ? Saya sudah tidak mampu lagi untuk terus berdoa.

الإجابة:

Jawaban :

الحمدُ لله، والصلاةُ والسلامُ على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومَن والاه، أمَّا بعدُ:

فمن المقرر في الشريعة الإسلامية أن المؤمن يعبد ربه شكرًا له على هدايته إليه، وعلى اطمئنانه للقرب منه والأنس به، والمؤمن لا يجرب اللهَ؛ فهو مؤمن بقضاء الله وقدره، وأن ما أصابه لم يكن ليخطئه، وأن ما أخطأه لم يكن ليصيبه، ومن ثم فلا ينقلب على وجهه عند مس الفتنة حتى لا يخسر الطمأنينة والثقة والهدوء والرضى وراحة البال.

Dalam syariat Islam telah ditetapkan bahwa seorang mukmin beribadah kepada Rabb-nya sebagai bentuk rasa syukur atas petunjuk yang diberikan kepadanya, atas ketenangan yang dirasakannya ketika mendekat kepada-Nya, dan atas keakraban dengan-Nya. Seorang mukmin tidak menguji Allah. Ia beriman kepada qadha dan qadar Allah: bahwa apa yang menimpanya tidak mungkin meleset darinya, dan apa yang luput darinya tidak mungkin menimpanya. Karena itu, ia tidak akan berubah sikap ketika menghadapi ujian, sehingga ia tidak kehilangan ketenangan, kepercayaan diri, ketenteraman, keridhaan, dan kedamaian hati.

أما التوجه إلى الله بالعبادة، والدعاء والضراعة، فمما يشفي الصدور من الكبر الذي تنتفخ به، والله- سبحانه- يفتح لعباده أبوابه لنتوجه إليه وندعوه، وقد كتب على نفسه الاستجابة لمن يدعوه، وينذر الذين يستكبرون عن عبادته بما ينتظرهم من ذل وتنكيس في النار؛ قال تعالى: 

Adapun mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, doa, dan permohonan penuh kerendahan hati adalah sesuatu yang dapat membersihkan dada dari kesombongan yang mengisi hati. Allah – Maha Suci Dia – membuka pintu-Nya bagi hamba-Nya agar mereka mendekat kepada-Nya dan memanjatkan doa. Dia telah menetapkan bagi diri-Nya untuk mengabulkan doa siapa pun yang berdoa kepada-Nya. Allah juga memperingatkan orang-orang yang sombong untuk tidak beribadah kepada-Nya dengan siksa yang menanti mereka berupa kehinaan dan kebinasaan di neraka. Allah berfirman:

{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ} [البقرة: 186]، 

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Surah Al Baqarah ayat 186).

وقال عز وجلَّ:

Allah juga berfirman:

{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60].

“Dan Rabb kalian berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan untuk kalian.’” (Surah Ghafir ayat 60)

فالدعاء هو إخلاص القلب لله، والثقة بالاستجابة مع عدم اقتراح صورة معيَّنة للاستجابة، أو تَخصيص وقت أو ظرف، فهذا الاقتراح ليس من أدب السؤال، فالتوجُّه للدعاء هو محض فضل وتوفيق مِن الله تعالى، والاستجابة فضل آخر، والله تعالى حين يقدِّر الاستجابة يقدِّر معها الدعاء، فهما مُتوافقان مُتطابقان.

Doa adalah keikhlasan hati kepada Allah, serta kepercayaan penuh bahwa doa akan dikabulkan tanpa menetapkan bentuk atau waktu tertentu untuk pengabulannya. Menentukan hal tersebut bukan bagian dari adab berdoa. Mendekatkan diri melalui doa adalah murni anugerah dan taufik dari Allah, sedangkan pengabulan doa adalah anugerah lainnya. Ketika Allah menetapkan pengabulan doa, Dia juga menetapkan doa itu sendiri; keduanya selaras dan serasi.

وعلى العبد أن يدعو ربه ولا يستعجله، فهو سبحانه يٌقِّدر الاستجابة في وقتها بتقديره الحكيم وهو الغني عن العالمين.

Dan hendaknya seorang hamba terus berdoa kepada Rabb-nya tanpa tergesa-gesa, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan waktu pengabulan doa dengan hikmah-Nya yang sempurna. Dia tidak membutuhkan makhluk-Nya.

وقد حذرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم من الاستعجال؛ ففي الصحيحَين عن أبي هُرَيرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال :

Rasulullah ﷺ telah memperingatkan kita agar tidak tergesa-gesa dalam berdoa. Dalam dua kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) disebutkan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:

“يُستجاب لأحدكم ما لم يعجَلْ، فيقول: قد دعوتُ فلا، أو فلم يُستجَب لي”،

“Doa seseorang di antara kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, hingga berkata, ‘Aku telah berdoa, namun tidak dikabulkan.’”

وفي رواية لمسلم :

Dalam riwayat Muslim disebutkan:

“لا يَزال يُستجاب للعبد ما لم يدْعُ بإثم أو قطيعة رَحِم، ما لم يستعجِل”،

“Doa seorang hamba akan terus dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau pemutusan tali silaturahmi, dan tidak tergesa-gesa.”

قيل: يا رسول الله، ما الاستعجال؟

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu tergesa-gesa?” Beliau menjawab:

قال: يقول: “قد دعوتُ وقد دعوتُ، فلم أرَ يَستجيب لي، فيَستحسِر عند ذلك ويدَعُ الدعاء”، وقوله: “فيَستحسِر”؛ أي: يَنقطع عن الدعاء.

“Ia berkata, ‘Aku telah berdoa dan berdoa, tetapi aku tidak melihat doaku dikabulkan,’ lalu ia merasa lelah dan berhenti berdoa.” – Adapun kata فَيَسْتَحْسِرُ dalam hadits ini berarti ia berhenti atau terputus dari berdoa.

Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah

Sumber : IslamWay



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.