Membaca Al Quran bagi yang Belum Menguasai Tajwid



مدى مشروعية قراءة من لا يتقن أحكام التلاوة

Hukum Membaca Al Quran bagi yang Belum Menguasai Hukum Tajwid

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Membaca Al Quran bagi yang Belum Menguasai Tajwid ini termasuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

يوجد لدي أخ في الله نقوم نحن الاثنان بتلاوة القرآن وبالتسميع على بعضنا البعض بعد صلاة الفجر، وذلك نبتغي به مرضاة الله، ونحن أي أنا وهو لا نتقن الأحكام جيداً، ولكن نحاول أن نصحح لبعض، ونحن الآن توقفنا عن فعل ذلك خوفاً من أنه يمكن أن تكون قراءتنا غير صحيحة، ونكون بذلك نأثم عوضا عن ابتغاء الأجر فأفيدونا أفادكم الله؟ وجزاكم الله عنا كل خير.

Saya memiliki seorang saudara seiman, kami berdua biasa membaca Al-Qur’an dan saling menyimak satu sama lain setelah shalat Subuh. Tujuan kami semata-mata untuk mengharap ridha Allah. Kami — maksudnya saya dan dia — belum begitu menguasai hukum-hukum tajwid, tetapi kami saling mencoba membetulkan bacaan satu sama lain. Namun kini kami berhenti melakukannya karena khawatir bacaan kami tidak benar dan malah berdosa alih-alih mendapatkan pahala. Mohon penjelasannya. Jazakumullah khairan katsiran.

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فالواجب العناية بقراءة القرآن، قال تعالى:

Membaca Al-Qur’an dengan perhatian serius adalah kewajiban. Allah Ta’ala berfirman:

(وَقُرْآناً فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا) [الإسراء: ١٠٦]،

(Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar engkau membacakannya kepada manusia dengan perlahan dan tenang) (Surah Al-Isra ayat 106)

وقال تعالى:

dan juga Firman Allah :

(وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا) [المزمل: 4].

(Bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil) (Surah Al-Muzzammil ayat 4).

وقد ذهب المتقدمون من علماء القراءات والتجويد إلى أن الأخذ بجميع أصول التجويد واجب يأثم تاركه، سواء أكان متعلقاً بحفظ الحروف ـ مما يغير مبناها ويفسد معناها ـ أم كان متعلقاً بغير ذلك، مما أورده علماء القراءات في كتب التجويد كالإدغام والمدود والغنة، ونحو ذلك.

Ulama terdahulu dalam bidang qira’at dan tajwid berpendapat bahwa mempelajari seluruh kaidah tajwid adalah kewajiban. Barang siapa meninggalkannya, padahal mampu, maka ia berdosa. Hal ini berlaku baik pada aspek pelafalan huruf yang jika salah dapat mengubah struktur dan makna, maupun aspek lain yang dijelaskan dalam kitab-kitab tajwid seperti idgham, mad, ghunnah, dan sebagainya.

روى ابن الجزري رحمه الله في كتابه النشر عن نصر الشيرازي أنه قال: 

Ibnu al-Jazari rahimahullah dalam kitab an-Nasyr meriwayatkan dari Nashr asy-Syirazi bahwa ia berkata:

حسن الأداء فرض في القراءة، ويجب على القارئ أن يتلو القرآن حق تلاوته. انتهى.

“Membaca dengan bagus adalah kewajiban dalam membaca Al-Qur’an, dan wajib bagi pembaca untuk membaca Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya.”

وقال: 

Beliau juga mengatakan :

ولا شك أن الأمة كما هم متعبدون بفهم معاني القرآن وإقامة حدوده، كذلك هم متعبدون بتصحيح ألفاظه وإقامة حروفه على الصفة المتلقاة من أئمة القراءة، والمتصلة بالنبي صلى الله عليه وسلم.

“Tidak diragukan bahwa umat ini, sebagaimana mereka diwajibkan memahami makna Al-Qur’an dan menegakkan hukum-hukumnya, mereka juga diwajibkan memperbaiki lafal dan melafalkan huruf-hurufnya sesuai dengan cara yang diwariskan dari para imam qira’at yang bersambung sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”

ولا شك أن ذلك مطلوب، لا سيما على من قدر عليه، ولم يمنعه عن ذلك مانع من عُجْمةٍ أو عيب في لسانه.

Tidak diragukan bahwa hal ini dituntut, terutama bagi yang mampu dan tidak terhalang oleh keturunan non-Arab atau cacat pada lisannya.

قال محمد بن الجزري في الجزرية:

Muhammad bin al-Jazari berkata dalam al-Jazariyyah :

والأخذ بالتجويد حتم لازم من لم يجود القرآن آثم

“Mempelajari tajwid adalah kewajiban mutlak. Barang siapa yang tidak mentajwidkan Al-Qur’an, maka ia berdosa.”

وقال أحمد بن محمد بن الجزري في شرح الطيبة وهو ابن الناظم : وذلك واجب على من قدر عليه. انتهى.

Ahmad bin Muhammad bin al-Jazari dalam syarah at-Tayyibah — anak dari penyusun matan — berkata: “Hal itu adalah kewajiban bagi orang yang mampu.”

وما كان من اللحن الجلي الذي يتعلق بمبنى الحرف ومعناه، فلا تجوز القراءة به، وأما اللحن الخفي فليس كل واحد يعرفه، أو يستطيع أن يقف عليه، ولذلك قال علي القارئ:

Kesalahan bacaan yang jelas (lahn jaliy) yang berkaitan dengan struktur huruf dan maknanya tidak boleh dilakukan dalam membaca Al-Qur’an. Adapun kesalahan bacaan ringan (lahn khafiy), tidak semua orang mampu mengetahuinya atau menyadarinya. Oleh karena itu, Ali al-Qari mengatakan :

وينبغي أن تراعى جميع قواعدهم وجوباً فيما يتغير به المبنى ويفسد به المعنى، واستحباباً فيما يحسن به اللفظ أو يستحسن به النطق حال الأداء.

“Seluruh kaidah bacaan wajib diperhatikan jika terkait perubahan struktur dan perusakan makna, dan disunnahkan pada aspek yang memperindah lafaz atau memperelok pelafalan saat membaca.”

وأما اللحن الخفي فقال: لا يتصور أن يكون فرض عين يترتب العقاب على قارئه لما فيه من حرج عظيم.

Adapun lahn khafiy, dikatakan bahwa tidak dapat dibayangkan menjadi fardhu ‘ain yang jika ditinggalkan akan menyebabkan dosa bagi pembacanya, karena hal itu mengandung kesulitan besar.

وقال أبو حامد الغزالي رحمه الله في الإحياء:

Imam Abu Hamid al-Ghazali rahimahullah berkata dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin:

والذي يُكثر اللحن في القرآن إن كان قادراً على التعلم فليمتنع من القراءة قبل التعلم فإنه عاص به، وإن كان لا يطاوعه اللسان فإن كان أكثر ما يقرؤه لحنا فليتركه وليجتهد في تعلم الفاتحة وتصحيحها، وإن كان الأكثر صحيحاً وليس يقدر على التسوية فلا بأس له أن يقرأ، ولكن ينبغي أن يخفض به الصوت حتى لا يسمع غيره، ولمنعه سراً منه أيضاً وجه، ولكن إذا كان ذلك منتهى قدرته وكان له أنس بالقراءة وحرص عليها فلست أرى به بأساً. انتهى.

Barang siapa yang banyak melakukan kesalahan dalam membaca Al-Qur’an, jika ia mampu belajar maka hendaklah ia tidak membaca sebelum belajar, karena ia berdosa. Jika lidahnya tidak mampu menuruti, dan kebanyakan bacaannya adalah salah, maka hendaklah ia meninggalkan bacaan itu dan berusaha mempelajari surat Al-Fatihah serta memperbaikinya. Jika sebagian besar bacaannya benar dan ia tidak mampu menyempurnakan, maka tidak mengapa ia membaca, namun hendaklah pelan agar tidak terdengar orang lain. Bahkan boleh jadi ia disarankan membaca hanya untuk diri sendiri. Namun jika itu adalah batas kemampuannya dan ia merasa senang serta semangat membaca, maka aku tidak melihat ada masalah baginya.”

وعليه؛ فإن كانت لكما القدرة على التعلم فالواجب الكف عن قراءة القرآن باللحن حتى تتعلما على أحد المشائخ أو طلاب العلم وتتعلما القرآن عليه، فإن لم تجدا شيخا أو طالب علم فإن هناك وسائل حديثة كأشرطة الكاسيت والكمبيوتر وغيرها من الوسائل التي تعينكما إن شاء الله على تصحيح قراءتكما وتعلم أحكام التجويد،

Berdasarkan hal ini, jika kalian berdua memiliki kemampuan untuk belajar, maka wajib untuk berhenti membaca Al-Qur’an dengan kesalahan (lahn) sampai kalian belajar kepada salah satu syaikh atau penuntut ilmu dan memperbaiki bacaan kalian bersama mereka. Jika tidak menemukan guru, maka saat ini tersedia banyak media pembelajaran modern seperti kaset, komputer, dan lainnya yang — insyaAllah — akan membantu kalian memperbaiki bacaan dan mempelajari hukum tajwid.

 وقد ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أحاديث كثيرة في فضل تعلم القرآن وحفظه، ومنها حديث عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال:

Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak hadits tentang keutamaan mempelajari dan menghafal Al-Qur’an. Di antaranya adalah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi bersabda :

الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة، والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران. رواه مسلم.

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata karena susah, maka ia mendapatkan dua pahala.” (Hadits Riwayat Imam Muslim).

قال النووي في شرح مسلم: قال القاضي: يحتمل أن يكون معنى كونه مع الملائكة أن له في الآخرة منازل يكون فيها رفيقاً للملائكة السفرة لاتصافه بصفتهم من حمل كتاب الله تعالى، قال: ويحتمل أن يراد أنه عامل بعملهم… انتهى.

Imam Nawawi dalam syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa Qadhi ‘Iyadh mengatakan: “Kemungkinan maksud ‘bersama para malaikat’ adalah bahwa di akhirat ia akan berada di tempat yang mulia bersama para malaikat karena kesamaan sifat, yakni sebagai pembawa Kitab Allah. Atau bisa juga maksudnya bahwa ia beramal seperti amal para malaikat.”

وقال صلى الله عليه وسلم:

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

خيركم من تعلم القرآن وعلمه.

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (Hadits Riwayat Imam Bukhari dari Utsman radhiyallahu ‘anhu).

 رواه البخاري من حديث عثمان رضي الله عنه، وأخبر صلى الله عليه وسلم عن

Dan beliau juga bersabda :

حافظ القرآن أنه: يوضع على رأسه تاج الوقار يوم القيامة. رواه أحمد والدارمي من حديث عبد الله بن زيد.

“Orang yang hafal Al-Qur’an akan dipakaikan mahkota kehormatan di hari kiamat.” (Hadits Riwayat Ahmad dan ad-Darimi dari Abdullah bin Zaid).

وقال عليه الصلاة والسلام:

Rasulullah juga bersabda :

يقال لقارئ القرآن يوم القيامة اقرأ وارق ورتل، فإن منزلتك تكون عند آخر آية تقرؤها. رواه أحمد والترمذي من حديث عبد الله بن عمرو.

“Akan dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an pada hari kiamat: Bacalah, naiklah, dan tartillah! Karena kedudukanmu berada pada akhir ayat yang kamu baca.” (Hadits Riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi dari Abdullah bin Amr).

والله أعلم.

Sumber: IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.