كيف يضعف الواقدي في الحديث دون السيرة؟
Mengapa Al-Waqidi Dilemahkan dalam Ilmu Hadits namun Tidak dalam Ilmu Sirah?
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Mengapa Al-Waqidi Dilemahkan dalam Ilmu Hadits ini termasuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
قد يكون الإنسان بارعًا في علم، ضعيفًا في آخر، ولا إشكال في هذا، لكن الإشكال أن يوصف إنسان بالكذب في علم، ويصدق في علم آخر، وكلامي على الواقدي، فقد كذبه علماء الحديث، أما في المغازي، والسير فهو الإمام العلامة، فكيف يكون كلامه مضمونًا في علم المغازي، والسير، وهو كذاب؟ إن قلتم: إنه كذلك في الحديث فقط، فما الذي يضمن أنه لم يكذب في المغازي، والسير؟
Seseorang bisa saja unggul dalam satu bidang ilmu, namun lemah dalam bidang ilmu lainnya, dan hal itu tidaklah menjadi masalah. Tapi yang menjadi masalah adalah ketika seseorang dianggap pendusta dalam satu ilmu, namun dipercaya dalam ilmu lain. Yang saya maksud di sini adalah Al-Waqidi. Ia telah didustakan oleh para ulama hadits, namun dalam bidang maghazi (sejarah peperangan Nabi) dan sirah (sejarah Nabi), ia dianggap sebagai imam besar dan pakar ternama. Maka bagaimana mungkin ucapannya dianggap dapat dijamin dalam ilmu maghazi dan sirah, padahal ia dianggap sebagai pendusta? Jika kalian mengatakan bahwa pendustaannya hanya dalam ilmu hadits, maka apa yang bisa menjamin bahwa ia tidak berdusta juga dalam maghazi dan sirah?
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau, amma ba’du:
فلا يلزم من سعة علم الإنسان واطلاعه، أن يكون ثقة في نقل الأخبار والعلوم؛ ولذلك انتقد العلماء الواقدي مع تصريحهم بسعة علمه.
Luasnya ilmu dan wawasan seseorang tidak serta merta menjadikannya terpercaya dalam meriwayatkan berita dan ilmu. Oleh karena itu, para ulama mengkritik Al-Waqidi meskipun mereka mengakui keluasan ilmunya.
قال عنه الحافظ ابن حجر: متروك، مع سعة علمه. اهـ.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata tentangnya: “Ia ditinggalkan (riwayatnya), meskipun memiliki keluasan ilmu.”
وفي ترتيب المدارك وتقريب المسالك للقاضي عياض: قال القاضي وكيع: كان الواقدي من المتسعين في العلم.
Dalam kitab *Tartīb al-Madārik wa Taqrīb al-Masālik* karya Qadhi ‘Iyadh disebutkan bahwa Qadhi Waki‘ berkata: “Al-Waqidi termasuk orang yang sangat luas ilmunya.”
وسئل عنه أحمد، فقال: دعونا من بحار الواقدي، زعم أن عنده عشرة آلاف حديث عن معمر ليست لغيره، فنظرنا إلى من هو أقدم منه مجالسة منه لمعمر، فلم نجد هذا عنده. اهـ.
Imam Ahmad pernah ditanya tentang Al-Waqidi, maka ia menjawab: “Tinggalkanlah samudera (omong kosong) Al-Waqidi. Ia mengklaim memiliki sepuluh ribu hadits dari Ma‘mar yang tidak dimiliki oleh selainnya. Maka kami menelusuri orang-orang yang lebih dulu dari Al-Waqidi dalam duduk bersama Ma‘mar, namun kami tidak menemukan hadits-hadits itu pada mereka.”
وقال ابن حبان: كان ممن يحفظ أيام الناس وسيرهم، وكان يروي عن الثقات المقلوبات، وعن الأثبات المعضلات، حتى ربما سبق إلى القلب أنه كان المتعمد؛ لذلك كان أحمد بن حنبل يكذبه.
Ibnu Hibban berkata: “Ia termasuk orang yang hafal tentang sejarah kehidupan manusia dan perjalanan mereka, namun ia meriwayatkan dari orang-orang terpercaya riwayat yang terbalik, dan dari orang-orang kuat riwayat yang rusak. Sehingga muncul dalam hati dugaan bahwa ia sengaja melakukannya. Karena itulah Imam Ahmad bin Hanbal mendustakannya.”
وقال عنه الذهبي في تذكرة الحفاظ: الحافظ البحر: لم أسق ترجمته هنا لاتفاقهم على ترك حديثه، وهو من أوعية العلم، لكنه لا يتقن الحديث، وهو رأس في المغازي والسير، ويروي عن كل ضرب. اهـ.
Adz-Dzahabi berkata tentangnya dalam *Tadzkirah al-Huffaz*: “Seorang hafizh yang bagaikan lautan ilmu. Aku tidak menyampaikan biografinya di sini karena kesepakatan ulama atas ditinggalkannya haditsnya. Ia termasuk gudang ilmu, namun tidak mahir dalam hadits. Ia adalah tokoh dalam bidang maghazi dan sirah, namun meriwayatkan dari berbagai macam orang.”
وقال الجرجاني: ومتون أخبار الواقدي غير محفوظة، وهو بين الضعف.
Al-Jurjani berkata: “Teks-teks riwayat Al-Waqidi tidak terjaga, dan ia berada dalam derajat kelemahan.”
ولذلك فأخبار الواقدي لا تقبل إلا بعد التثبت منها، سواء في علم الحديث أم في التاريخ.
Oleh karena itu, riwayat-riwayat dari Al-Waqidi tidak bisa diterima kecuali setelah dilakukan verifikasi, baik dalam ilmu hadits maupun dalam sejarah.
وعلى أي حال، فكتب السير والمغازي لا تخلو من ضعف في كثير من مروياتها، ومنها كتاب الواقدي.
Bagaimanapun juga, kitab-kitab sirah dan maghazi tidak lepas dari kelemahan dalam banyak riwayatnya, termasuk kitab karya Al-Waqidi.
قال عبد الله الجديع في تحرير علوم الحديث: ومن تأمل الكتب العتيقة المدونة في هذه الأبواب، وجد الوهاء سمة مؤلفيها، ككتب محمد بن عمر الواقدي، وسيف بن عمر الضبي في السير والمغازي، وتفسير الكلبي، ومقاتل بن سليمان.
Abdullah Al-Judai‘ berkata dalam *Taḥrīr ‘Ulūm al-Ḥadīts*: “Barangsiapa menelaah kitab-kitab kuno yang ditulis dalam bidang ini, akan menemukan bahwa kelemahan adalah ciri umum penulisnya, seperti kitab Muhammad bin ‘Umar Al-Waqidi, Saif bin ‘Umar Az-Zhubbi dalam bidang sirah dan maghazi, serta tafsir Al-Kalbi dan Muqatil bin Sulaiman.”
وقال الخطيب البغدادي في الجامع لأخلاق الراوي وآداب السامع: وأما المغازي، فمن المشتهرين بتصنيفها، وصرفِ العناية إليها محمد بن إسحاق المطلبي، ومحمد بن عمر الواقدي.
Al-Khatib Al-Baghdadi berkata dalam *Al-Jāmi‘ li Akhlāq ar-Rāwī wa Ādāb as-Sāmi‘*: “Adapun bidang maghazi, maka di antara tokoh yang terkenal menulis tentangnya dan mencurahkan perhatian padanya adalah Muhammad bin Ishaq Al-Muthallibi dan Muhammad bin ‘Umar Al-Waqidi.”
فأما ابن إسحاق فقد تقدمت منا الحكاية عنه أنه كان يأخذ عن أهل الكتاب أخبارهم، ويضمنها كتبه؛ وروي عنه أيضًا أنه كان يدفع إلى شعراء وقته أخبار المغازي، ويسألهم أن يقولوا فيها الأشعار ليلحقها بها.
Adapun Ibnu Ishaq, maka telah disebutkan sebelumnya bahwa ia mengambil kisah-kisah dari Ahlul Kitab dan menyisipkannya dalam kitab-kitabnya. Diriwayatkan pula darinya bahwa ia memberikan kisah-kisah maghazi kepada para penyair di zamannya, dan meminta mereka untuk membuat syair dari kisah-kisah tersebut agar dapat disisipkan bersamanya.
وأما الواقدي فسوء ثناء المحدثين عليه مستفيض، وكلام أئمتهم فيه طويل، عريض. انتهى.
Adapun Al-Waqidi, maka celaan para ulama hadits terhadapnya sangat masyhur, dan pembicaraan para imam tentangnya sangat panjang dan luas.”
ولعل سمة الضعف الغالب على كتب السير والمغازي عمومًا هو السبب في عدم بروز النقد للواقدي فيها، بخلاف علم الحديث، حيث ذاع وشاع انتقاده فيه، وإن كان التثبت من الأخبار مطلوبًا في كلا المجالين، ولا ضمان للصحة في أيهما إلا بعد البحث والتثبت.
Mungkin ciri umum kelemahan yang mendominasi kitab-kitab sirah dan maghazi secara umum itulah yang menjadi sebab mengapa kritik terhadap Al-Waqidi tidak terlalu menonjol dalam bidang ini, berbeda dengan ilmu hadits, di mana kritik terhadapnya sangat terkenal dan meluas. Meskipun demikian, verifikasi terhadap berita tetap wajib dilakukan dalam kedua bidang, dan tidak ada jaminan kebenaran dalam keduanya kecuali setelah dilakukan penelitian dan pemeriksaan.
والله أعلم.
Wallahu a‘lam.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply