Tidak Ada Seorangpun Melainkan Pasti Diajak Bicara Rabbnya (1)



مَا مِنْكُم مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ

Tidak Ada Seorangpun Melainkan Pasti Diajak Bicara Rabbnya (Bagian Pertama)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Tiap Kalian Pasti Diajak Bicara Oleh Rabbnya ini termasuk dalam  Kategori Aqidah

مِنَ القَوَاعِدِ الهَامَّةِ عِندَ أَهْلِ السُّنَّةِ فِي أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى وَصِفَاتِهِ: الإِيمَانُ بِمَا وَصَفَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ نَفْسَهُ أَوْ وَصَفَهُ بِهِ رَسُولُهُ صلى الله عليه وسلم، مِنْ غَيْرِ تَحْرِيفٍ (صَرْفِ اللَّفْظِ عَنْ مَعْنَاهُ الحَقِيقِيِّ)، وَلَا تَعْطِيلٍ (نَفْيِ صِفَاتِ اللهِ تَعَالَى أَوْ أَسْمَائِهِ)، وَمِنْ غَيْرِ تَكْيِيفٍ (لَيْسَ الْمَقْصُودُ نَفْيُ وُجُودِ كَيْفِيَّةٍ لِصِفَاتِ اللهِ، وَإِنَّمَا الْمَقْصُودُ نَفْيُ عِلْمِ الخَلْقِ بِهَذِهِ الكَيْفِيَّةِ) وَلَا تَمْثِيلٍ (اِعْتِقَادُ مُمَاثَلَةِ أَيِّ شَيْءٍ مِنْ صِفَاتِ اللهِ تَعَالَى لِصِفَاتِ المَخْلُوقَاتِ)..

Di antara kaidah penting menurut Ahlus Sunnah dalam pembahasan Asma’ dan Sifat Allah Ta’ala adalah beriman terhadap apa yang Allah ‘Azza wa Jalla tetapkan untuk diri-Nya, atau apa yang Rasul-Nya ﷺ tetapkan untuk-Nya, tanpa melakukan tahrif (memalingkan lafaz dari makna sebenarnya), tanpa ta’thil (meniadakan sifat atau nama Allah Ta’ala), tanpa takyif (yang dimaksud bukan meniadakan adanya bentuk atau cara sifat Allah, tetapi meniadakan pengetahuan makhluk tentang bentuk atau cara tersebut), dan tanpa tamsil (meyakini adanya kesamaan sedikit pun antara sifat Allah Ta’ala dengan sifat makhluk).

وَقَاعِدَةُ أَهْلِ السُّنَّةِ فِي ذَٰلِكَ قَوْلُ اللهِ تَعَالَى: 

Kaidah Ahlus Sunnah dalam hal ini adalah firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ} (الشورى:١١).

{Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat} (Asy-Syura: 11).

قَالَ القُرْطُبِيُّ: “وَالَّذِي يُعْتَقَدُ فِي هَذَا البَابِ أَنَّ اللَّـهَ جَلَّ اسْمُهُ فِي عَظَمَتِهِ وَكِبْرِيَائِهِ وَمَلْكُوتِهِ وَحُسْنَىٰ أَسْمَائِهِ وَعَلِيِّ صِفَاتِهِ، لَا يُشْبِهُ شَيْئًا مِنْ مَخْلُوقَاتِهِ وَلَا يُشْبِهُ بِهِ {لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ} وَقَالَ بَعْضُ العُلَمَاءِ المُحَقِّقِينَ: التَّوْحِيدُ إِثْبَاتُ ذَاتٍ غَيْرِ مُشَبَّهَةٍ لِلذَّوَاتِ، وَلَا مُعَطَّلَةٍ مِنَ الصِّفَاتِ.”

Al-Qurthubi berkata: “Keyakinan yang harus ada dalam bab ini adalah bahwa Allah, Mahasuci nama-Nya, dalam keagungan-Nya, kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya, kesempurnaan nama-nama-Nya, dan ketinggian sifat-sifat-Nya, tidak menyerupai sesuatu pun dari makhluk-Nya dan tidak diserupakan dengannya. {Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia}. Sebagian ulama yang ahli dan teliti mengatakan: Tauhid adalah menetapkan adanya Dzat yang tidak menyerupai dzat-dzat lain, dan tidak meniadakan sifat-sifat dari-Nya.”

وَزَادَ الوَاسِطِيُّ رَحِمَهُ اللَّـهُ بَيَانًا فَقَالَ: لَيْسَ كَذَاتِهِ ذَاتٌ، وَلَا كَاسْمِهِ اسْمٌ، وَلَا كَفِعْلِهِ فِعْلٌ، وَلَا كَصِفَتِهِ صِفَةٌ إِلَّا مِنْ جِهَةِ مُوَافَقَةِ اللَّفْظِ.. وَهَذَا كُلُّهُ مَذْهَبُ أَهْلِ الحَقِّ وَالسُّنَّةِ وَالجَمَاعَةِ رَضِيَ اللَّـهُ عَنْهُمْ.

Al-Wasithi rahimahullah menambahkan penjelasan: “Tidak ada dzat yang seperti Dzat-Nya, tidak ada nama yang seperti nama-Nya, tidak ada perbuatan yang seperti perbuatan-Nya, dan tidak ada sifat yang seperti sifat-Nya, kecuali dari sisi kesamaan lafaz semata.” Semua ini adalah madzhab Ahlul Haq, Ahlus Sunnah wal Jamaah, semoga Allah meridhai mereka.

وَقَالَ الإِمَامُ الأَوْزَاعِيُّ: “كُنَّا وَالتَّابِعُونَ مُتَوَافِرِينَ نَقُولُ: إِنَّ اللَّـهَ عَزَّ وَجَلَّ فَوْقَ عَرْشِهِ، وَنُؤْمِنُ بِمَا وَرَدَتْ بِهِ السُّنَّةُ مِنْ صِفَاتِهِ جَلَّ وَعَلاَ”.

Imam Al-Auza’i berkata: “Dahulu kami dan para tabi’in yang masih banyak jumlahnya mengatakan: Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berada di atas ‘Arsy-Nya, dan kami beriman terhadap sifat-sifat-Nya yang datang dalam sunnah.”

وَقَالَ الإِمَامُ الدَّارِمِيُّ: “وَنُصِفُهُ بِمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ، وَوَصَفَهُ بِهِ الرَّسُولُ صلى الله عليه وسلم”.

Imam Ad-Darimi berkata: “Kami menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana Allah tetapkan untuk diri-Nya, dan sebagaimana Rasul ﷺ menetapkannya untuk-Nya.”

وَقَالَ ابْنُ خُزَيْمَةَ: “نَحْنُ نُثْبِتُ لِخَالِقِنَا جَلَّ وَعَلاَ صِفَاتِهِ الَّتِي وَصَفَ اللَّـهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهَا نَفْسَهُ فِي مُحْكَمِ تَنْزِيلِهِ، أَوْ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ الْمُصْطَفَىٰ صلى الله عليه وسلم، مِمَّا ثَبَتَ بِنَقْلِ العَدْلِ عَنْ العُدُولِ مَوْصُولًا إِلَيْهِ”.

Ibnu Khuzaimah berkata: “Kami menetapkan bagi Pencipta kami, Maha Tinggi dan Maha Agung, sifat-sifat yang Allah ‘Azza wa Jalla tetapkan untuk diri-Nya dalam Al-Quran yang muhkam, atau melalui lisan Nabi-Nya yang terpilih ﷺ, sebagaimana yang telah tetap melalui riwayat orang-orang yang adil dari para perawi yang terpercaya, bersambung sanadnya sampai kepada beliau.”

وَقَالَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ فِي “شَرْحِ العَقِيدَةِ الأَصْفَهَانِيَّةِ”: “الَّذِي اتَّفَقَ عَلَيْهِ سَلَفُ الأُمَّةِ وَأَئِمَّتُهَا أَنْ يُوصَفَ اللَّـهُ بِمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ وَبِمَا وَصَفَهُ بِهِ رَسُولُهُ صلى الله عليه وسلم مِنْ غَيْرِ تَحْرِيفٍ وَلَا تَعْطِيلٍ، وَمِنْ غَيْرِ تَكْيِيفٍ وَلَا تَمْثِيلٍ، فَإِنَّهُ قَدْ عُلِمَ بِالشَّرْعِ مَعَ العَقْلِ أَنَّ اللَّـهَ تَعَالَىٰ لَا يَشْبِهُهُ شَيْءٌ لَا فِي ذَاتِهِ، وَلَا فِي صِفَاتِهِ، وَلَا فِي أَفْعَالِهِ”.

Ibnu Taimiyah dalam Syarh al-‘Aqidah al-Ashfahaniyyah berkata: “Sesuatu yang telah disepakati oleh salaf umat ini dan para imamnya adalah bahwa Allah disifati dengan apa yang Dia sifatkan untuk diri-Nya, dan dengan apa yang Rasul-Nya ﷺ sifatkan untuk-Nya, tanpa tahrif dan ta’thil, serta tanpa takyif dan tamsil. Karena telah diketahui secara syar’i sekaligus secara akal bahwa Allah Ta’ala tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya, baik dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun perbuatan-perbuatan-Nya.”

وَقَالَ الشَّيْخُ ابْنُ عُثَيْمِينِ: “فَأَهْلُ السُّنَّةِ يُثْبِتُونَ النُّصُوصَ عَلَى حَقِيقَتِهَا وَظَاهِرِهَا اللَّائِقِ بِاللَّـهِ مِنْ غَيْرِ تَحْرِيفٍ وَلَا تَعْطِيلٍ، هَذِهِ الطَّرِيقَةُ الَّتِي مَشَىٰ عَلَيْهَا أَهْلُ السُّنَّةِ وَالجَمَاعَةِ”.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata: “Ahlus Sunnah menetapkan nash-nash sesuai hakikat dan zahirnya yang layak bagi Allah, tanpa tahrif dan ta’thil. Inilah metode yang ditempuh oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah.”

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber: IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.