مَا مِنْكُم مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ
Tidak Ada Seorangpun Melainkan Pasti Diajak Bicara Rabbnya (Bagian Keenam)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Tiap Kalian Pasti Diajak Bicara Oleh Rabbnya ini termasuk dalam Kategori Aqidah
وقال ابن القيم في “مدارج السالكين”: “والعصمة النافعة في هذا الباب: أن يُوصَفَ الله بما وصف به نفسه، وبما وصفه به رسوله صلى الله عليه وسلم، مِنْ غير تحريف ولا تعطيل، ومِنْ غير تكييف ولا تمثيل، بل تثبت له الأسماء والصفات، وتنفي عنه مشابهة المخلوقات، فيكونُ إثباتُك مُنَزَّهًا عن التشبيه، ونَفْيُك مُنَزَّهًا عن التعطيل”..
Ibnul Qayyim dalam Madarij As-Salikin berkata: “Penjagaan yang bermanfaat dalam masalah ini adalah dengan menetapkan sifat bagi Allah sebagaimana Allah menetapkan bagi diri-Nya, dan sebagaimana Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkannya, tanpa tahrif (mengubah makna) dan tanpa ta’thil (meniadakan makna), serta tanpa takyif (menanyakan bagaimana bentuknya) dan tanpa tamtsil (menyerupakannya dengan makhluk). Namun menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat, sekaligus meniadakan keserupaan-Nya dengan makhluk. Maka penetapanmu itu bersih dari penyerupaan, dan penafianmu itu bersih dari penafian total.”
وقال ابن تيمية في “مجموع الفتاوى”: “قَوْلُ الْجُمْهور وأَهْل الْحَدِيث وأَئِمَّتِهِم: إنَّ اللَّه تعالى لَمْ يزَلْ مُتَكَلِّمًا إذا شاء، وأَنَّه يَتَكَلَّم بِصَوْت كما جاءت بِه الْآثَار، وَالْقُرْآن وَغَيْره مِن الْكُتُب الْإِلَهِيَّة كَلَام اللَّه”.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa berkata: “Pendapat jumhur, Ahlul Hadits, dan para imam mereka adalah bahwa Allah Ta’ala senantiasa berbicara kapan saja Dia kehendaki, dan Dia berbicara dengan suara sebagaimana datang dalam riwayat-riwayat. Al-Qur’an dan kitab-kitab Ilahiyah lainnya adalah kalam Allah.”
وقال الشيخ ابن عثيمين: “عقيدة أهل السُنة والجماعة: أن الله يتكلم بكلام حقيقي، متى شاء وكيف شاء، بما شاء، بحرف وصوت، لا يماثل أصوات المخلوقين”.. وقال: “فالله تعالى لم يزل، ولا يزال متكلما، إذا شاء بما شاء، وكيف شاء، ويكلم مَنْ شاء مِنْ عباده مِنْ: ملائكته، ورسله، وعباده، وسائر الخَلق، ومِن كلامه الكتب، ومنها القرآن، فالقرآن كلام الله
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: “Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa Allah berbicara dengan kalam yang hakiki, kapan saja Dia kehendaki, bagaimana saja Dia kehendaki, dengan apa yang Dia kehendaki, dengan huruf dan suara yang tidak menyerupai suara makhluk.” Beliau juga berkata: “Allah Ta’ala senantiasa dan selamanya berbicara, kapan saja dengan apa yang Dia kehendaki, dan Dia berbicara kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, baik malaikat, rasul, hamba-hamba-Nya yang lain, dan seluruh makhluk. Di antara kalam-Nya adalah kitab-kitab, termasuk di dalamnya Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kalam Allah, sebagaimana Firman-Nya:
{وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ} (التوبة:٦)”.
{Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia, supaya ia sempat mendengar firman Allah} (At-Taubah: 6).”
حديث عَدِيّ بن حاتم رضي الله عنه وفيه قوله صلى الله عليه وسلم:
Hadits dari Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, di dalamnya terdapat ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
(ما منكم من أحَدٍ إلا سيُكَلِّمُه رَبُّه، ليس بينه وبينه تَرجمان).
“Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan Rabb-nya akan berbicara kepadanya, tanpa ada penerjemah antara dia dan Rabb-nya.”
حديث جليل النفع، عظيم القَدْر، ينبغي على كل مسلم أن يستحضر معناه، وقد بيَّن فيه النبي صلى الله عليه وسلم أنه ما مِنْ أحدٍ مِنَ البشر إلا سيقف بين يدي الرب جل وعلا يوم القيامة، فيحاسبه على أعماله، خيرها وشرها، دقيقها وجليلها، ما علِمَه وذكره العَبْد منها وما نسيه، ويحاسبه بدون واسطة، بل يتولى الرب عز وجل ذلك بنفسه، ويكلمه تكليماً مباشراً، وفي هذا إثبات صفة الكلام لله تبارك وتعالى، على ما يليق بجلال الله وعظمته، فالله يتكلم كما شاء، بما شاء، كلاماً يليق به، لا يماثل كلام المخلوقين، قال تعالى:
Hadits ini sangat besar manfaatnya dan agung kedudukannya, setiap muslim sepatutnya menghadirkan maknanya. Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa tidak seorang pun dari manusia kecuali akan berdiri di hadapan Rabb Yang Maha Mulia pada hari kiamat. Dia akan menghisab manusia atas amal-amalnya, baik yang baik maupun yang buruk, yang kecil maupun yang besar, yang diketahui dan diingat oleh hamba, maupun yang telah ia lupakan. Penghisaban itu dilakukan tanpa perantara, bahkan Allah sendiri yang melakukannya, dan Dia akan berbicara secara langsung. Di dalamnya terdapat penetapan sifat kalam (berbicara) bagi Allah Tabaraka wa Ta’ala, sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Allah berbicara sebagaimana yang Dia kehendaki, dengan apa yang Dia kehendaki, dengan pembicaraan yang layak bagi-Nya, dan tidak menyerupai pembicaraan makhluk. Allah berfirman :
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ}(الشورى:١١).
{Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat} (Asy-Syura: 11).
قال عبد الله بن عباس رضي الله عنه: “{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ} في الصّفة والْعلم والْقُدْرَة والتَّدْبِير”..
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dalam sifat, ilmu, kekuasaan, dan pengaturan.”
وفي الحديث: تكريم وتشريف المؤمنين بكلام رب العالمين، وسماعهم لكلام ربهم سبحانه وفهمه دون واسطة، ورؤيتهم له عز وجل يوم القيامة..
Dalam hadits ini juga terdapat penjelasan tentang kemuliaan dan penghormatan bagi orang-orang beriman, yaitu dengan mereka mendengar langsung kalam Rabb semesta alam, memahami-Nya tanpa perantara, dan melihat-Nya ‘Azza wa Jalla pada hari kiamat.
Alhamdulillah selesai rangkaian artikel 6 (Enam) Seri
Sumber: IslamWeb
Leave a Reply