[DALIILUS SAALIK] 410 – 412 Idhofah yang Dihilangkan Mudhof Ilaihi-nya (4) : Qabla dan Ba’da (2) – Mabni
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
w
الحالة الثانية لـ ( قبل وبعد ) البناء على الضم في محل نصب على الظرفية أو محل جر إن سبقته (من ) وذلك إذا حذف المضاف إليه ونوى معناه دون لفظه .
Keadaan kedua untuk Qabla dan ba’da : Mabni atas dhommah dalam posisi nashab atas Azh Zhorfiyah atau posisi Jar yang mendahuluinya (Min).
Hal tersebut jika Mudhof ilaihinya dihilangkan, dimana maknanya tersirat tapi tidak dilafazhkan.
نحو
Contoh :
كان النجاح حليفي فلله الشكر من قبلُ ومن بعدُ
Kemenangan ada di pihak kita, maka bagi Allah rasa syukur sebelum dan sesudahnya
قال تعالى
Firman Allah Ta’ala :
آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Surah Yunus ayat 91)
فـ (قبل ) ظرف زمان مبني على الضم في محل نصب
Qabla dalam ayat tersebut : Zharaf Zaman Mabni dengan dhommah dalam posisi nashab
Firman Allah Ta’ala :
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ
Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu? (Surah At Tiin ayat 7)
Dan Firman Allah Ta’ala
لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ ۚ
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (Surah Ar Ruum ayat 4)
فـ (قبل ) و( بعد ) ظرفان مبنيان على الضم في محل جر .
Maka Qabla dan Ba’da dalam ayat tersebut adalah Zharaf Mabni atas dhommah dalam posisi jar
والفرق بين نية المعنى ونية اللفظ .
Perbedaan Peruntukan Makna dan Peruntukan Lafazh
أن نية اللفظ أن يلاحظ اللفظ المنوي معناه في نفس المتكلم دون غيره من الألفاظ .ونية المعنى أن يلاحظ المعنى دون النظر إلى لفظ معين.
Peruntukan Lafazh : Lafazhnya menunjukkan makna yang dimaksudkan sendiri oleh sang pembicara, bukan dengan lafazh-lafazh yang selainnya. Sementara peruntukan Makna : Menyiratkan makna tanpa melihat lafazh tertentu.
وهذه الأحوال تنطبق على (غير ) المتقدم ذكرها إذا حذف المضاف إليه في نحو :
Ihwaal ini berlaku pada lafazh Ghayri seperti disebutkan sebelumnya jika Mudhof ilaihinya dihilangkan, seperti contoh :
حفظت من القرآن عشرة أجزاء ليس غير
Aku hafal dari Al Quran 10 Juz tidak lebih 1
.فيجوز في ( غير ) الأوجه الآتية :
Untuk Ghayri dalam contoh tersebut terdapat beberapa pendapat seperti berikut ini :
1- الإعراب بدون تنوين باعتبار أنها مضافة . والمضاف إليه محذوف . قد نوي لفظه نصاًّ .
Bentuk Pertama : I’rab dengan tanpa tanwin dengan pertimbangan bahwa dia adalah Mudhof, dan mudhof ilaihi-nya dihilangkan. Lafazhnya tersirat seperti yang dituliskan.
فهي اسم (ليس) و الخبر محذوف
Maka isim laisa dengan khabar yang dihilangkan, taqdirnya :
ليس غيرُ العشرة محفوظاً
Bukan selain 10 juz yang dihafalkan
Dibolehkan menashabkan :
ليس غيرَ
باعتبارها خبر (ليس) و الاسم محذف, اي
dengan pertimbangan khabar dari laisa dan isim laisa yang dihilangkan adalah :
ليس المحفوظُ غيرَ العشرة .
Bukan hafal selain sepuluh juz
2- الإعراب بتنوين
Bentuk kedua : I’rab dengan tanwin, menjadi
ليس غيرٌ أو غيراً
لأن المضاف إليه محذوف ولم ينو لفظه ولا معناه . فهو اسم (ليس ) أي :
Dikarenakan mudhof ilaihinya dihilangkan dan tidak ditunjukkan lafazhnya dan juga maknanya. Sehingga isim laisa adalah
ليس غيرٌ محفوظاً .
Bukan selainnya yang dihafal
أو خبر (ليس ) والتقدير :
Atau nashab khabar laisa taqdirnya :
ليس المحفوظ غيراً .
Bukan yang dihafalkan selainnya
3- البناء على الضم في محل رفع باعتبارها اسم ليس . والمضاف إليه محذوف قد نوى معناه فقط . والخبر محذوف والتقدير :
Bentuk ketiga : Mabni dengan dhommah dalam posisi rafa’ dengan pertimbangan bahwa dia adalah isim laisa. Mudhof ilaihinya dihilangkan untuk peruntukan maknanya saja. Khabarnya dihilangkan taqdirnya :
ليس غيرُ المذكور محفوظاً .
Bukan selain yang disebutkan yang dihafalkan
Leave a Reply