بل نفديك بآبائنا وأمهاتنا
Bahkan Kami Menebusmu dengan Ayah dan Ibu Kami (Bagian Pertama)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Bahkan Kami Menebusmu dengan Ayah dan Ibu Kami ini termasuk dalam Kategori Sirah Nabawiyah
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أحب إلى كل مؤمن من نفسه ومن أهله وماله وولده، كيف لا ومحبته صلى الله عليه وسلم أصل من أصول الدين، قال صلى الله عليه وسلم: “لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين”.
Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam lebih dicintai oleh setiap mukmin daripada dirinya sendiri, keluarganya, hartanya, dan anaknya. Bagaimana tidak, mencintai beliau adalah salah satu pokok agama. Beliau bersabda: “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia.”
وقد أخذ بيد عمر بن الخطاب يومًا فقال عمر: يا رسول الله، لأنت أحب إليَّ من كل شيء إلا من نفسي. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: “لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك” فقال عمر: فإنه الآن والله لأنت أحب إليَّ من نفسي. فقال النبي صلى الله عليه وسلم: “الآن يا عمر”.
Suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memegang tangan Umar bin Al-Khaththab. Umar berkata, “Wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Beliau bersabda, “Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Umar pun berkata, “Kalau begitu, demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku.” Nabi bersabda, “Sekarang (sempurna, wahai Umar).”
ولقد شنع الله على من كان أهله وماله أحب إليه من رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال سبحانه وتعالى: {قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة:٢٤].
Allah mencela orang-orang yang lebih mencintai keluarga, harta, dan kedudukan daripada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman: “Katakanlah: Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum fasik.” (Surah At-Taubah ayat 24)
فانظر كيف توعدهم ربنا: {فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ}، ثم أعلمهم أنهم بهذا فاسقون ضالون.
Perhatikan bagaimana Rabb kita mengancam mereka dengan firman-Nya: “Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Lalu Allah menegaskan bahwa sikap seperti itu merupakan kefasikan dan kesesatan.
يقول الدكتور محمد دراز في شرحه لقول النبي صلى الله عليه وسلم: “ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان، أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما”.
Dr. Muhammad Daraz—menjelaskan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Tiga perkara yang bila ada pada diri seseorang ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya …”—bahwa cinta kepada Allah dan Rasul merupakan puncak tertinggi dari cinta yang berlandaskan akal dan ma’rifat.
ومحبة الله ورسوله هي أرقى أنواع المحبة العقلية وأقواها، فمن كان باعث المحبة عنده معرفة ما في المحبوب من كمال ذاتي فالله تعالى أحق بمحبته؛ إذ الكمال خاصة ذاته، والجمال الأتم ليس إلا لصفاته، والرسول أحق من يتلوه في تلك المحبة؛ لأنه أكرم الخلق عند ربه، وهو ذو الخلق العظيم والهدي القويم،
Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah bentuk cinta rasional yang paling tinggi dan paling kuat. Bila pendorong cinta adalah pengenalan terhadap kesempurnaan dzati pada yang dicintai, maka Allah paling berhak dicintai; sebab kesempurnaan adalah sifat khas Dzat-Nya, dan keindahan yang paling sempurna hanyalah milik sifat-sifat-Nya. Rasul adalah pihak yang paling berhak menyusul setelah itu; karena beliau makhluk termulia di sisi Rabb-nya, berakhlak agung dan petunjuknya lurus.
ومن كانت محبته للغير تقاس بمقدار ما يوصله إليه ذلك الغير من المنافع، وما يغدق عليه من الخيرات، فالله تعالى أحق بهذه المحبة أيضًا، وإن نعمه علينا تجري مع الأنفاس ودقات القلوب ولا نعمة إلا هو مصدرها، {وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل:٥٣] … وهذا الرسول الكريم هو واسطة النعمة العظمى؛ إذ هو الذي أخرجنا الله به من الظلمات إلى النور ومن الضلالة إلى الهدى، واستنقذنا به من النار بعد أن كنا على شفا حفرة منها، فليس بعد الله أحدٌ أمن علينا منه، ومحبته الحقيقية شعبة من محبة الله.
Jika ukuran cinta kepada selainnya adalah sebesar manfaat dan kebaikan yang ia curahkan, maka Allah pun paling berhak atas cinta itu; sungguh nikmat-Nya mengalir bersama setiap helaan napas dan detak jantung—tiada nikmat kecuali dari-Nya—“Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian maka dari Allah-lah (datangnya).” (Surah An-Nahl ayat 53). Adapun Rasul yang mulia merupakan perantara nikmat terbesar: melalui beliau Allah mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya, dari kesesatan menuju petunjuk, dan menyelamatkan kita dari neraka setelah kita berada di tepi jurangnya. Tiada seorang pun setelah Allah yang lebih besar jasanya atas kita daripada beliau; karena itu, cinta yang sejati kepada Rasul adalah cabang dari cinta kepada Allah.
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply