ترك العمل في بنوك الربا بين الرخصة والعزيمة
Meninggalkan Pekerjaan di Bank Ribawi antara Rukhshah dan ‘Azimah (Bagian Pertama)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Meninggalkan Pekerjaan di Bank Ribawi, Rukhshah dan ‘Azimahini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
علمت عن طريق سيادتكم وعن طريق البحث الشاق في مسألة العمل في البنوك بحرمة العمل في البنوك الربوية ففكرت جديا والله أعلم بصدق نيتي في ترك العمل بالبنوك
Saya mengetahui dari penjelasan Anda, juga dari hasil pencarian panjang tentang hukum bekerja di bank, bahwa bekerja di bank ribawi adalah haram. Maka saya benar-benar berpikir serius—dan Allah lebih mengetahui ketulusan niat saya—untuk meninggalkan pekerjaan di bank.
إلا أنني مديون بمبلغ ليس بالكبير ولا القليل وذلك لبنوك أخرى وهذه المديونية تتطلب سداد مبالغ شهريا في حدود دخلي من العمل بالبنوك وعدم السداد يترتب عليه بعض المشاكل القانونية.
Namun saya masih memiliki utang dengan jumlah yang tidak terlalu besar, tapi juga tidak sedikit, kepada bank lain. Utang ini menuntut saya untuk membayar cicilan bulanan sesuai dengan pendapatan saya dari pekerjaan di bank. Jika saya tidak membayar, akan timbul masalah hukum.
فأنا الآن أسأل سيادتكم ما العمل أأترك العمل تطبيقا للآية الكريمة (ومن يتق الله يجعل له مخرجا )
Maka saya bertanya sekarang, apa yang sebaiknya saya lakukan? Apakah saya harus meninggalkan pekerjaan ini dengan berpegang pada ayat mulia “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar.” (Surah At-Thalaq: 2) ?
أم أنتظر وإذا انتظرت ما موقف عباداتي التي أقوم بأدائها أهي مرفوضة أم مقبولة،
Ataukah saya menunggu dulu? Dan jika saya menunggu, bagaimana status ibadah saya yang saya lakukan sekarang, apakah ditolak ataukah diterima?
أرجوكم أفيدوني لوجود صراع نفسي رهيب بداخلي كما أرجو أن تفيدوني باختلاف بعض العلماء في حرمة العمل في البنوك .
Mohon penjelasan, karena saya mengalami pergolakan batin yang berat. Saya juga berharap agar Anda menjelaskan adanya perbedaan pendapat sebagian ulama tentang keharaman bekerja di bank.
وجزاكم الله خيرا.
Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabat beliau, amma ba’du:
فإذا كان تركك للعمل في البنك الربوي قبل الحصول على عمل آخر مباح يترتب عليه وقوعك في ضرورة ملجئة مثل أن لا تجد ما تأكل أو ما تشرب ونحو ذلك أو عجزك عن سداد ما عليك من الديون وتعرضك للسجن الطويل، فيجوز لك البقاء في هذا العمل والأكل من دخله بالقدر الذي تندفع به الضرورة، حتى تجد عملا آخر،
Jika meninggalkan pekerjaan di bank ribawi sebelum mendapatkan pekerjaan lain yang halal membuat Anda jatuh dalam kondisi darurat, seperti tidak menemukan makanan atau minuman untuk bertahan hidup, atau tidak mampu membayar utang hingga terancam hukuman penjara panjang, maka diperbolehkan tetap bekerja di sana. Anda boleh mengambil gajinya sebatas untuk menutupi kebutuhan darurat, sampai Anda mendapatkan pekerjaan lain.
والأصل في هذا قوله تعالى:
Dasarnya adalah firman Allah Ta’ala :
وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ {الأنعام: ١١٩}.
“Dan sungguh Allah telah menjelaskan kepada kalian apa yang diharamkan atas kalian, kecuali apa yang kalian terpaksa melakukannya.” (Surah Al-An’am: 119).
وراجع الفتوى الأخرى هنا
Lihat juga fatwa lain disini
وأما إذا كان تركك لهذا العمل لا يترتب عليه شيء من ذلك فيجب عليك تركه فورا.
Namun jika meninggalkan pekerjaan ini tidak menyebabkan hal-hal darurat seperti itu, maka Anda wajib segera meninggalkannya.
وفي الحالة الأولى: إن شئت أن تترك هذا العمل رغم ما يترتب على تركه من وقوعك في ضرورة أو تعرضك للسجن الطويل اتكالا على الله ويقينا بوعده أنه سيرزقك من حيث لا تحتسب ويفرج كربك ، مع الصبر على ما يصيبك، فلك ذلك،
Pada kondisi pertama: jika Anda ingin meninggalkan pekerjaan itu meski konsekuensinya adalah jatuh dalam keadaan darurat atau bahkan dipenjara, tetapi Anda melakukannya dengan tawakal penuh kepada Allah, yakin pada janji-Nya bahwa Dia akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka, serta melapangkan kesulitan Anda—ditambah kesabaran menghadapi ujian—maka itu boleh.
بل هو الأفضل ما دام قلبك ممتلئا بالتوكل على الله واليقين بوعده والصبر على قضائه،
Bahkan itu lebih utama, selama hati Anda dipenuhi dengan tawakal, keyakinan pada janji Allah, dan kesabaran menerima ketetapan-Nya.
أما مع نقص التوكل واليقين والصبر وصدور الحرج وضيق الصدر فالأخذ برخصة البقاء في هذا العمل إن كنت مضطرا أولى حتى تجد غيره.
Namun jika tawakal, keyakinan, dan kesabaran Anda kurang, sehingga muncul rasa sempit dada dan keberatan hati, maka mengambil rukhshah untuk tetap bekerja—selama dalam keadaan terpaksa—lebih utama sampai Anda menemukan pekerjaan lain.
ولا علاقة لصحة العبادات وفسادها، بأكل الحرام، بمعنى أن العبد لا يطالب بها، بعد أدائها على وجهها المشروع ولو كان يأكل الحرام،
Tidak ada hubungan antara sah atau batalnya ibadah dengan makan dari yang haram. Artinya, seorang hamba tetap tidak dituntut mengulang ibadah setelah ia melaksanakannya sesuai tuntunan syariat, meskipun ia makan dari yang haram.
أما قبول هذه العبادات أو عدم قبولها، بمعنى الرضا عنها والإثابة عليها، فلا ريب أن لطيب المطعم أو خبثه أثراً مباشراً في قبول العبادات ولاسيما الدعاء.
Namun, diterima atau tidaknya ibadah—dalam arti diridhai dan diberi pahala—tidak diragukan lagi sangat dipengaruhi oleh halal atau haramnya makanan, terutama dalam masalah doa.
فإن كان العبد يتحرى أكل الحلال الطيب فإن دعاءه إقرب إلى القبول والإجابة،
Jika seorang hamba berhati-hati hanya memakan yang halal dan baik, maka doanya lebih dekat untuk diterima.
أما إن تجرأ على أكل الحرام فإنه قد يمنع من الإجابة والقبول.
Sebaliknya, jika ia berani memakan yang haram, bisa jadi doa dan amalannya terhalang dari penerimaan.
وفي هذا يقول صلى الله عليه وسلم :
Rasulullah ﷺ bersabda:
إن الله طيب لا يقبل إلا طيباً، وإن الله أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين، فقال: يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحا {المؤمنون: ٥١}. وقال: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ {البقرة: ١٧٢}.
“Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan Allah memerintahkan orang-orang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para rasul, Allah berfirman: ‘Wahai para rasul, makanlah dari yang baik-baik dan beramal shalihlah.’ (Surah Al-Mu’minun: 51). Dan Dia juga berfirman: ‘Wahai orang-orang beriman, makanlah dari yang baik-baik yang telah Kami rezekikan kepada kalian.’ (Surah Al-Baqarah: 172).”
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply