Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Al Aqidah fiLlah - Detail Buku
Halaman Ke : 189
Jumlah yang dimuat : 228
« Sebelumnya Halaman 189 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Bab Ketiga: Tauhid Allah

Makna dan Pembagiannya

Allah Subhanahu wa Ta‘ala Maha Esa dalam Dzat-Nya. Dia tidak memiliki yang serupa dan tidak ada tandingan bagi-Nya. Mahasuci Allah dari memiliki istri maupun anak. Allah berfirman:

﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ۝ اللَّهُ الصَّمَدُ ۝ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ۝ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ﴾

“Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.” (Surah Al-Ikhlas: 1–4)

Allah Subhanahu wa Ta‘ala juga disifati dengan seluruh sifat kesempurnaan, dan tidak ada satu pun makhluk yang menyerupai-Nya dalam sifat-sifat itu. Sebagaimana firman-Nya:

﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Surah Asy-Syura: 11)

Hanya Allah semata yang berkuasa mencipta, menghidupkan, mematikan, dan mengatur seluruh langit dan bumi. Seseorang tidak dianggap beriman hingga ia mengetahui dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah-lah yang Maha Esa dalam semua hal tersebut.

Tidak Cukup Tauhid Ilmiah, Harus Tauhid Amaliah

Tauhid yang hanya bersifat pengetahuan semata tidaklah cukup untuk menjadikan seseorang beriman. Harus ada tauhid dalam pengamalan, yaitu menjadikan Allah sebagai satu-satunya Ilah yang disembah, dengan memurnikan seluruh ibadah hanya kepada-Nya semata.

Sebab, Dialah satu-satunya Pencipta, Pemberi rezeki, Penganugerahan nikmat, yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan, yang disifati dengan kesempurnaan dan disucikan dari segala kekurangan. Maka hanya Dia yang berhak disembah. Selain Allah hanyalah makhluk yang diciptakan, yang tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri, tidak bisa menolak mudarat atau mendatangkan manfaat. Bagaimana mungkin sesuatu yang lemah itu disembah selain Allah?


  1. Tauhid yang benar adalah meyakini keesaan Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam Dzat dan sifat-sifat-Nya, kemudian mengesakan-Nya dalam ibadah. Konsep ini telah banyak diselewengkan. Sebagian kelompok beranggapan bahwa tauhid berarti menafikan sifat-sifat Allah, dengan alasan jika sifat ditetapkan maka akan ada banyak “tuhan wajib.” Sebagian kaum sufi beranggapan bahwa tauhid yang dimaksud di atas hanyalah “tauhid orang awam,” sementara tauhid orang khusus adalah tauhid yang didasarkan pada hakikat, lalu mereka mengklaim adanya “tauhid khususul khusus.” Semua keyakinan ini adalah kesesatan.

Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 189 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi