Dr. Mustafa Shakir Salim menulis komentar atas buku Man in the Mirror karya Clyde Kluckhohn mengenai manusia Neanderthal yang diklaim para pendukung teori Darwin sebagai manusia pertama yang berkembang dari kera atau gorila. Dr. Mustafa berkata: “Manusia Neanderthal memiliki ciri-ciri fisik utama sebagai berikut: otak yang lebih besar ukurannya dibandingkan otak manusia modern, serta tengkorak yang lebih besar dan lebar.” Ia menambahkan: “Selain itu, rangkaian fosil yang ada bersifat terputus-putus, tidak bersambung, sehingga disebut dengan istilah missing links (mata rantai yang hilang).”
Dr. Surial dalam bukunya The Collapse of Darwinism menyebutkan bantahan berikut:
- Mata rantai yang hilang: Kekurangan ini tidak hanya terdapat pada lapisan fosil manusia dan hewan di bawahnya saja, tetapi juga pada seluruh lapisan makhluk hidup. Tidak ada mata rantai yang menghubungkan hewan bersel tunggal dengan hewan multiseluler, tidak ada mata rantai antara hewan lunak (moluska) dan hewan berbuku-buku (arthropoda), tidak ada mata rantai antara invertebrata dengan ikan dan amfibi, tidak ada pula antara amfibi dengan reptil dan burung, serta tidak ada antara reptil dengan manusia. Semua ini disebutkan sesuai urutan kemunculannya dalam era geologi.
- Kemiripan embrio hewan: Ini adalah kesalahan besar yang dilakukan sebagian ilmuwan, akibat keterbatasan alat pembesar pada masa itu untuk menunjukkan detail-detail kecil yang membedakan embrio hewan satu dengan lainnya dalam susunan dan struktur. Ditambah lagi adanya pemalsuan yang dilakukan oleh ilmuwan Jerman, Ernst Haeckel, yang menggambar embrio dengan kemiripan yang dilebih-lebihkan. Setelah dikritik oleh para ahli embriologi, ia sendiri mengakui bahwa sekitar delapan persen dari gambar embrio yang ia buat adalah hasil rekayasa untuk melengkapi kekurangan ilustrasi yang tersedia.
- Usus buntu pada manusia: Adanya usus buntu sebagai organ sisa dari evolusi kera bukanlah bukti pasti bahwa manusia berasal dari kera. Bisa jadi keberadaannya diwariskan dari nenek moyang manusia yang bergantung pada tumbuhan, sehingga usus buntu diciptakan untuk membantunya mencerna tumbuhan. Selain itu, bisa saja ilmu pengetahuan di masa depan menemukan fungsi sebenarnya dari organ ini yang hingga hari ini masih belum diketahui secara jelas.