Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Al Aqidah fiLlah - Detail Buku
Halaman Ke : 21
Jumlah yang dimuat : 228
« Sebelumnya Halaman 21 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

Ilmu pengetahuan terus berkembang setiap hari. Jika sifat kebancian adalah ciri dari makhluk-makhluk rendah yang paling awal, dan berpasangan (jantan–betina) adalah ciri makhluk yang lebih tinggi, maka payudara adalah tanda dari sifat kewanitaan. Kita temukan gajah jantan memiliki payudara sebagaimana manusia, sementara jantan dari hewan berkuku seperti kuda dan keledai tidak memilikinya, kecuali sedikit kemiripan dengan induknya. Lalu mengapa bekas kebancian itu tetap ada pada manusia, tetapi tidak lagi ada pada makhluk yang lebih rendah darinya? Padahal Darwin beranggapan bahwa manusia berkembang dari yang lebih rendah darinya.

Bantahan terhadap penjelasan Darwin tentang proses evolusi:

1- Darwin mengatakan: ada hukum atau undang-undang yang bekerja untuk membinasakan makhluk hidup, sehingga yang tersisa hanyalah yang paling kuat, yang kemudian mewariskan sifat-sifatnya kepada keturunannya, dan sifat-sifat yang kuat itu terus menumpuk hingga menjadi hewan baru. Benar, memang ada sistem dan hukum yang bekerja untuk membinasakan seluruh makhluk hidup baik yang kuat maupun yang lemah, karena Allah telah menetapkan kematian atas setiap yang hidup. Akan tetapi, ada pula sistem dan hukum lain yang bekerja sebagai penyeimbang dari hukum tersebut, yaitu hukum kesalingan dalam kehidupan antara lingkungan dengan makhluk hidup. Karena Allah telah menetapkan kehidupan, maka Dia pun menyiapkan sebab-sebabnya. Kita temukan matahari, lautan, angin, hujan, tumbuh-tumbuhan, gravitasi, semua ini dan lainnya saling bekerjasama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

Memandang hanya pada faktor-faktor kebinasaan dan menutup mata dari faktor-faktor keberlangsungan hidup menimbulkan kerancuan dalam berpikir. Jika ada sunnatullah berupa kebinasaan, maka ada pula sunnatullah berupa kehidupan. Masing-masing memiliki peran dalam kehidupan. Jika kondisi alamiah seperti angin, guntur, panas, air, dan badai mampu merusak ciptaan atau menghancurkan bangunan—misalnya menutup mata atau meruntuhkan bangunan—maka sungguh tidak masuk akal bahwa kondisi alamiah yang mati, kaku, dan bebal itu mampu menciptakan mata bagi yang tidak memiliki mata, atau memperbaiki suatu bangunan yang terdapat kekurangan.

Akal memang dapat menerima bahwa kondisi alamiah bisa menyebabkan kerusakan dan kebinasaan. Namun, sungguh tidak masuk akal bila kondisi tersebut dijadikan penjelasan atas penciptaan yang menakjubkan, bentuk yang indah, serta susunan yang rapi dan sempurna. Setiap organ makhluk hidup telah dirancang dengan sangat teliti, dibentuk dengan sistem, disusun bagiannya dengan hikmah yang menakjubkan, dan diatur kerjanya secara selaras dengan bagian lain dalam keindahan yang luar biasa. Mustahil keindahan susunan dan keteraturan itu disandarkan pada kebetulan buta dari kondisi alamiah semata.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 21 dari 228 Berikutnya » Daftar Isi