Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Apa yang ditanamkan para orang tua ke dalam jiwa anak-anak mereka, dan apa yang ditanamkan oleh para penulis, guru, dan peneliti ke dalam pikiran generasi muda dapat merubah fitrah ini, mengotorinya, dan menutupinya dengan tirai sehingga tidak lagi mengarah kepada kebenaran.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan kebenaran hal ini. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه، أو ينصرانه، أو يمجسانه
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”(1)
Beliau tidak mengatakan “atau menjadikannya Muslim,” karena Islam memang sesuai dengan fitrah itu sendiri.
Mungkin ada yang bertanya: Jika kita membiarkan seorang anak tanpa dipengaruhi siapa pun, apakah ia akan keluar sebagai seorang yang bertauhid dan mengenal Rabb-nya? Jawabnya: jika manusia dibiarkan oleh setan dari kalangan manusia dan tidak menodai fitrah mereka, maka setan dari kalangan jin tidak akan membiarkan mereka. Karena setan telah bersumpah untuk menyesatkan anak cucu Adam:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ * إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Demi kemuliaan-Mu, aku benar-benar akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (Surah Shad: 82-83)
Setan juga diberi kemampuan untuk masuk ke dalam hati manusia. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih:
إن الشيطان يجري من الإنسان مجرى الدم، وإني خشيت أن يقذف في قلوبكما شراً
“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia sebagaimana aliran darah. Aku khawatir ia melemparkan sesuatu yang buruk ke dalam hati kalian berdua.”(2)
Al Quran juga menggambarkan setan yang darinya kita diperintahkan untuk berlindung sebagai sosok yang
يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
“membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” (Surah An-Nas: 5)
Telah sahih pula bahwa setiap manusia memiliki qarin (pendamping) dari kalangan jin yang selalu memerintahkannya kepada keburukan dan mendorongnya. Allah berfirman:
قَالَ قَرِينُهُ رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ وَلَكِنْ كَانَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ
“Berkatalah pendampingnya (setan): ‘Ya Rabb kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh.’” (Surah Qaf: 27)
Seseorang tidak bisa terbebas dari gangguan ini kecuali dengan berlindung kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ * مَلِكِ النَّاسِ * إِلَهِ النَّاسِ * مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ * الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ * مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia, Raja manusia, Tuhan manusia, dari kejahatan (setan) yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (Surah An-Nas: 1-6)