Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Rasulullah ﷺ menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Ketika ia bertaubat dan berhijrah, ajal menjemputnya di tengah perjalanan menuju negeri tempat ia hendak berhijrah. Maka malaikat rahmat dan malaikat azab pun berselisih tentang dirinya. Lalu Allah mengutus seorang malaikat dalam rupa manusia untuk menjadi hakim di antara mereka. Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka datanglah seorang malaikat dalam rupa manusia, lalu mereka menjadikannya sebagai penengah. Ia berkata: ‘Ukur jarak antara kedua negeri, ke negeri mana ia lebih dekat, maka itulah tempatnya.’” Tentu malaikat itu diutus dengan perintah Allah. Kisah ini terdapat dalam Shahih Muslim pada Kitab at-Taubah.
Demikian pula dalam kisah tiga orang dari Bani Israil yang diuji Allah—yaitu si penderita kusta, si botak, dan si buta—malaikat juga menampakkan diri dalam rupa manusia.
Sebagian ulama mencoba membahas tentang bagaimana cara malaikat dapat menjelma dengan pendekatan rasional semata. Namun perkataan mereka lemah dan tidak bermanfaat. Seharusnya mereka tidak perlu masuk ke ranah ghaib yang tidak dijelaskan secara detail oleh Allah dan Rasul-Nya. Cukuplah bagi kita berhenti pada batas yang ditetapkan wahyu. Jika ingin mengetahui uraian sebagian dari pembahasan tersebut, dapat merujuk pada kitab as-Suyuthi Al-Haba’ik fi Akhbar al-Mala’ik.
Kecepatan terbesar yang dikenal manusia adalah kecepatan cahaya, yaitu sekitar 186 ribu mil per detik. Namun kecepatan malaikat jauh melampaui hal itu, dan tidak bisa diukur dengan ukuran manusia. Seringkali, seorang penanya datang kepada Rasulullah ﷺ dan belum selesai pertanyaannya, Jibril sudah datang dengan jawaban dari Allah ﷻ. Seandainya ada kendaraan yang bergerak secepat cahaya sekalipun, ia masih membutuhkan waktu miliaran tahun cahaya untuk mencapai sebagian planet di alam semesta yang luas ini. Maka jelaslah bahwa kecepatan malaikat berada di luar jangkauan ukuran manusia.
Para malaikat memiliki ilmu yang banyak, Allah ﷻ yang mengajarkan kepada mereka. Namun mereka tidak memiliki kemampuan sebagaimana manusia untuk mengenali benda-benda dan memberi nama. Allah ﷻ berfirman:
﴿وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ - قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ﴾
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda ini jika kamu benar orang-orang yang benar.’ Mereka menjawab: ‘Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.’” (Surah Al-Baqarah: 31–32)
Dengan demikian, manusia diberi kelebihan berupa kemampuan mengenali, menamai, dan mengkaji sunnatullah di alam semesta. Sedangkan para malaikat mengetahui apa yang Allah ajarkan langsung kepada mereka.
id) oleh admin pada 18 September 2025 - 05:45:21.Rasulullah ﷺ menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Ketika ia bertaubat dan berhijrah, ajal menjemputnya di tengah perjalanan menuju negeri tempat ia hendak berhijrah. Maka malaikat rahmat dan malaikat azab pun berselisih tentang dirinya. Lalu Allah mengutus seorang malaikat dalam rupa manusia untuk menjadi hakim di antara mereka. Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka datanglah seorang malaikat dalam rupa manusia, lalu mereka menjadikannya sebagai penengah. Ia berkata: ‘Ukur jarak antara kedua negeri, ke negeri mana ia lebih dekat, maka itulah tempatnya.’” Tentu malaikat itu diutus dengan perintah Allah. Kisah ini terdapat dalam Shahih Muslim pada Kitab at-Taubah.
Demikian pula dalam kisah tiga orang dari Bani Israil yang diuji Allah—yaitu si penderita kusta, si botak, dan si buta—malaikat juga menampakkan diri dalam rupa manusia.
Sebagian ulama mencoba membahas tentang bagaimana cara malaikat dapat menjelma dengan pendekatan rasional semata. Namun perkataan mereka lemah dan tidak bermanfaat. Seharusnya mereka tidak perlu masuk ke ranah ghaib yang tidak dijelaskan secara detail oleh Allah dan Rasul-Nya. Cukuplah bagi kita berhenti pada batas yang ditetapkan wahyu. Jika ingin mengetahui uraian sebagian dari pembahasan tersebut, dapat merujuk pada kitab as-Suyuthi Al-Haba’ik fi Akhbar al-Mala’ik.
Kecepatan terbesar yang dikenal manusia adalah kecepatan cahaya, yaitu sekitar 186 ribu mil per detik. Namun kecepatan malaikat jauh melampaui hal itu, dan tidak bisa diukur dengan ukuran manusia. Seringkali, seorang penanya datang kepada Rasulullah ﷺ dan belum selesai pertanyaannya, Jibril sudah datang dengan jawaban dari Allah ﷻ. Seandainya ada kendaraan yang bergerak secepat cahaya sekalipun, ia masih membutuhkan waktu miliaran tahun cahaya untuk mencapai sebagian planet di alam semesta yang luas ini. Maka jelaslah bahwa kecepatan malaikat berada di luar jangkauan ukuran manusia.
Para malaikat memiliki ilmu yang banyak, Allah ﷻ yang mengajarkan kepada mereka. Namun mereka tidak memiliki kemampuan sebagaimana manusia untuk mengenali benda-benda dan memberi nama. Allah ﷻ berfirman:
﴿وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ - قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ﴾
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda ini jika kamu benar orang-orang yang benar.’ Mereka menjawab: ‘Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.’” (Surah Al-Baqarah: 31–32)
Dengan demikian, manusia diberi kelebihan berupa kemampuan mengenali, menamai, dan mengkaji sunnatullah di alam semesta. Sedangkan para malaikat mengetahui apa yang Allah ajarkan langsung kepada mereka.
| ID | Waktu | Bahasa | Penerjemah | Status | Aksi |
|---|---|---|---|---|---|
| #41 | 18 Sep 2025, 05:45:21 | id | admin | Tervalidasi | — |
Rasulullah ﷺ menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa. Ketika ia bertaubat dan berhijrah, ajal menjemputnya di tengah perjalanan menuju negeri tempat ia hendak berhijrah. Maka malaikat rahmat dan malaikat azab pun berselisih tentang dirinya. Lalu Allah mengutus seorang malaikat dalam rupa manusia untuk menjadi hakim di antara mereka. Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka datanglah seorang malaikat dalam rupa manusia, lalu mereka menjadikannya sebagai penengah. Ia berkata: ‘Ukur jarak antara kedua negeri, ke negeri mana ia lebih dekat, maka itulah tempatnya.’” Tentu malaikat itu diutus dengan perintah Allah. Kisah ini terdapat dalam Shahih Muslim pada Kitab at-Taubah. Demikian pula dalam kisah tiga orang dari Bani Israil yang diuji Allah—yaitu si penderita kusta, si botak, dan si buta—malaikat juga menampakkan diri dalam rupa manusia. Sebagian ulama mencoba membahas tentang bagaimana cara malaikat dapat menjelma dengan pendekatan rasional semata. Namun perkataan mereka lemah dan tidak bermanfaat. Seharusnya mereka tidak perlu masuk ke ranah ghaib yang tidak dijelaskan secara detail oleh Allah dan Rasul-Nya. Cukuplah bagi kita berhenti pada batas yang ditetapkan wahyu. Jika ingin mengetahui uraian sebagian dari pembahasan tersebut, dapat merujuk pada kitab as-Suyuthi Al-Haba’ik fi Akhbar al-Mala’ik. 2. Besarnya Kecepatan MalaikatKecepatan terbesar yang dikenal manusia adalah kecepatan cahaya, yaitu sekitar 186 ribu mil per detik. Namun kecepatan malaikat jauh melampaui hal itu, dan tidak bisa diukur dengan ukuran manusia. Seringkali, seorang penanya datang kepada Rasulullah ﷺ dan belum selesai pertanyaannya, Jibril sudah datang dengan jawaban dari Allah ﷻ. Seandainya ada kendaraan yang bergerak secepat cahaya sekalipun, ia masih membutuhkan waktu miliaran tahun cahaya untuk mencapai sebagian planet di alam semesta yang luas ini. Maka jelaslah bahwa kecepatan malaikat berada di luar jangkauan ukuran manusia. 3. Ilmu MalaikatPara malaikat memiliki ilmu yang banyak, Allah ﷻ yang mengajarkan kepada mereka. Namun mereka tidak memiliki kemampuan sebagaimana manusia untuk mengenali benda-benda dan memberi nama. Allah ﷻ berfirman: ﴿وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ - قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ﴾ “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda ini jika kamu benar orang-orang yang benar.’ Mereka menjawab: ‘Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.’” (Surah Al-Baqarah: 31–32) Dengan demikian, manusia diberi kelebihan berupa kemampuan mengenali, menamai, dan mengkaji sunnatullah di alam semesta. Sedangkan para malaikat mengetahui apa yang Allah ajarkan langsung kepada mereka.
| |||||