Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : At-Taqiyyah Asasu Din asy-Syi'ah al-Imamiyah - Detail Buku
Halaman Ke : 16
Jumlah yang dimuat : 32
« Sebelumnya Halaman 16 dari 32 Berikutnya » Daftar Isi
Tabel terjemah Inggris belum dibuat.
Bahasa Indonesia Translation

...keyakinan kami terhadap orang yang mengingkari imamah Amirul Mukminin dan para imam setelahnya adalah sama seperti orang yang mengingkari kenabian para nabi. Barang siapa mengakui kepemimpinan Amirul Mukminin lalu mengingkari satu saja dari imam setelahnya, maka kedudukannya seperti orang yang beriman kepada seluruh nabi kemudian mengingkari kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. (1)

Inilah akidah mereka tentang para imam dan bentuk ghuluw (berlebihan) mereka, sampai-sampai menyamakan orang yang menolak satu imam saja dengan orang yang mengingkari seluruh kenabian. Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi dari al-Baqir bahwa ia berkata: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan Ali ‘alaihis salam sebagai tanda antara Dia dengan makhluk-Nya. Maka barang siapa mengenalnya, ia seorang mukmin. Barang siapa mengingkarinya, ia seorang kafir. Barang siapa tidak mengenalnya, ia seorang sesat. Barang siapa menjadikan sekutu bersamanya, ia seorang musyrik. Dan barang siapa datang dengan loyalitas kepadanya, ia masuk surga.” (2)

Inilah agama Rafidhah, agama yang dibangun di atas kesyirikan kepada Allah dan penghambaan kepada Ahlul Bait. Riwayat-riwayat mereka menjadikan pengenalan kepada imam sebagai syarat sahnya iman. Mereka berkata atas nama para imamnya: “Kami adalah orang-orang yang Allah wajibkan ketaatan kepada kami. Manusia tidak boleh kecuali mengenal kami. Tidak ada alasan bagi mereka untuk jahil tentang kami. Barang siapa mengenal kami, ia seorang mukmin. Barang siapa mengingkari kami, ia seorang kafir. Barang siapa tidak mengenal kami dan tidak pula mengingkari kami, maka ia seorang sesat sampai ia kembali kepada petunjuk Allah berupa kewajiban taat kepada kami. Jika ia mati dalam kesesatannya, Allah berbuat padanya sesuai kehendak-Nya.” (3)

Agama mereka juga dibangun di atas kesombongan dan keangkuhan, mirip dengan ucapan orang-orang Yahudi: “Kami adalah umat pilihan Allah.”

Bagi Rafidhah, taqiyyah memiliki tujuan-tujuan besar dan maksud yang agung. Ia telah melekat dengan Syi’ah sebagai sistem rahasia dalam urusan mereka. Jika seorang imam hendak keluar melakukan revolusi melawan khalifah, ia menetapkan aturan dan strategi, lalu memberitahukan para pengikutnya untuk merahasiakannya, sementara secara lahir menampakkan ketaatan hingga rencana selesai dilaksanakan—ini mereka sebut taqiyyah. Jika mereka merasa terancam oleh orang kafir atau seorang Sunni, mereka berpura-pura setuju dan menampakkan persetujuan—ini pun disebut taqiyyah. Begitulah seterusnya. (4)

Sebagian kelompok batiniyyah juga mengambil prinsip taqiyyah, karena mereka bercita-cita mendirikan negara demi melaksanakan tujuan dan rencana mereka. Misalnya kaum Qaramithah, Fatimiyyah, Isma‘iliyyah, Druze, Baha’iyyah, dan berbagai kelompok batiniyyah lainnya yang menjaga tradisinya dengan sembunyi-sembunyi sampai mereka merasa kuat dan kemudian menampakkan diri setelah memiliki fondasi yang cukup untuk mempertahankan keberadaan mereka. (5)

Sub-Pembahasan Keenam: Sikap Moderat Ahlus Sunnah dalam Masalah Takfir antara Ekstrem dan Lalai

Adapun ghuluw Rafidhah dalam mengkafirkan mayoritas kaum muslimin dari kalangan Ahlus Sunnah sudah kita sebutkan sebelumnya dengan beberapa contohnya. Adapun Ahlus Sunnah, maka perlu diketahui dengan baik bahwa mereka adalah golongan yang paling jauh dari sikap mudah mengkafirkan, dan paling hati-hati serta berhati-hati dalam hal ini. Tidak heran, karena Allah telah menjadikan mereka sebagai umat yang pertengahan, adil, dan pilihan dalam setiap masalah yang diperselisihkan oleh berbagai kelompok, sebagaimana firman Allah Ta’ala:


Catatan Kaki

(1) al-I‘tiqadāt, karya Ibn Babawaih, hlm. 11.

(2) al-Kafi, al-Kulaini, 1/438.

(3) al-Kafi, al-Kulaini, 1/187.

(4) Da’irat al-Ma‘arif al-Islamiyyah, jilid 5, hlm. 419.

(5) al-Kasysyāf al-Farīd ‘an Ma‘āwil al-Hadm wa Naqā’idh at-Tawhīd, karya Khalid Muhammad al-Hajj, 1/114, cet. Idarah Ihya’ at-Turats, Qatar, 1983 M.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 16 dari 32 Berikutnya » Daftar Isi