Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
...kemudian penulis memberikan deskripsi tentang taqiyah dengan menjelaskan pengertiannya menurut para ulama Ahlus Sunnah dan para ulama Rafidhah. Setelah itu, ia memaparkan analisis mengenai pokok agama Rafidhah yang dibangun di atas taqiyah, menjelaskan kedudukannya dalam agama mereka, serta keyakinan bahwa kemuliaan bagi seorang Rafidhi tidak akan tercapai kecuali dengan taqiyah. Selanjutnya, ia menerangkan sikap berlebihan mereka dalam masalah ini. Karena mudârât (bersikap bijak) dan mudâhanah (kompromi batil) dalam sebagian hal tampak serupa dengan taqiyah, maka penulis pun membahas keduanya. Ia menjelaskan mudârât, maknanya dalam bahasa dan istilah, serta manfaatnya. Kemudian ia mendefinisikan mudâhanah, menjelaskan hukumnya, serta menyingkap akibat buruk yang ditimbulkannya. Akhirnya, penulis menutup uraian analisisnya dengan penjelasan tentang perbedaan antara mudârât dan mudâhanah.
Bab Pertama: Definisi Taqiyah, terdiri dari dua pembahasan.
[Pembukaan dan Penjelasan] Sebelum memasuki pembahasan penting ini, perlu ditegaskan bahwa agama Rafidhah dibangun dan didirikan di atas kebohongan, kedustaan, kemunafikan, dan fitnah. Dengan itu mereka keluar dari jalan Allah yang lurus. Mereka melapisi agama batiniyah yang rusak ini dengan selubung yang mereka sebut “taqiyah”. Dengan cara itu, mereka menyelisihi manhaj dan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dibangun di atas iman, kejujuran, keadilan, dan ihsan.
Tentang bid’ah mereka ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (w. 728 H) –rahimahullah– berkata: “Adapun Rafidhah, maka pokok bid’ah mereka adalah zindiq dan ilhad. Mereka banyak sekali melakukan kebohongan, dan mereka sendiri mengakuinya. Mereka berkata: ‘Agama kami adalah taqiyah’, yakni seseorang mengucapkan dengan lisannya sesuatu yang berbeda dengan isi hatinya. Itu adalah kebohongan dan kemunafikan. Mereka persis seperti peribahasa: ‘Dia menuduhku dengan penyakitnya sendiri, lalu ia pun lari.’”(1)
Pada kesempatan lain beliau juga menyebutkan kesepakatan para ulama tentang sifat mereka, beliau berkata –rahimahullah–: “Para ulama ahli riwayat dan sanad sepakat bahwa Rafidhah adalah golongan yang paling banyak berdusta, dan kebohongan itu sudah melekat lama dalam kelompok mereka. Oleh karena itu, para imam Islam mengetahui bahwa mereka berbeda dengan kelompok lain karena banyaknya kebohongan.”(2)
Oleh sebab itu, penulis merasa perlu menjelaskan makna taqiyah dengan gamblang, baik dari sisi bahasa maupun istilah, agar hakikatnya benar-benar jelas. Pembahasan pertama: Penjelasan makna taqiyah, yang terdiri dari dua poin. Dengan menjelaskan taqiyah dalam bahasa dan istilah, maknanya akan tampak jelas serta isinya lebih mudah dipahami.
Poin pertama: Pengertian taqiyah dalam bahasa. Secara bahasa, taqiyah berarti kehati-hatian dan perlindungan diri dari bahaya. Bentuk kata dasarnya adalah at-taqwa. Asalnya dari kata kerja “iwtqaa – yuwtqii”, lalu huruf waw-nya berubah menjadi ya karena didahului huruf berharakat kasrah, kemudian diganti menjadi ta dan diidghamkan, sehingga menjadi “ittaqaa – yattaqii”.(3) Ibnu Manzhur (w. 711 H) menyebutkan dalam kitabnya Lisan al-‘Arab pada kata (وقى): “ittaqaitu...”
Catatan Kaki: